"KMP ini dijadikan kendaraan juga untuk posisi meningkatkan tawar, kalau enggak kan enggak dilirik (Jokowi). Enggak ada tawaran. Jadi adanya KMP ini posisi tawar, dan bukan hal yang baru dalam dunia politik di Indonesia," kata Ketua DPP Partai Gerindra, Desmond Junaedi Mahesa, Jumat (19/9/2014).
Desmond menambahkan, memang ada gejolak dari beberapa partai di KMP, seperti Partai Persatuan Pembangunan, Partai Golkar, dan belakangan Partai Amanat Nasional (PAN). Apalagi ketiga partai ini akan menggelar muktamar dan mukernas pada 2015, tentu tidak menutup kemungkinan bakal berubah haluan. Kalau pun KMP sampai pecah itu persoalan biasa dalam politik, termasuk dalam pembahasan RUU Pilkada yang terjadi tarik ulur.
"Memang dasarnya sudah rapuh ya. Koalisi Merah Putih ini jadi solid itu karena pada prosesnya Golkar mau gabung ke sana, terus PAN, kalau partai-partai ini ke sana gitu. Pada saat mendukung Prabowo, ya bisa dibilang ini pilihan, jadi posisi tawar menawar dari partai non Gerindra terhadap kekuasaan politik PDIP dan Jokowi kan," tukasnya.
Namun berbeda untuk PKS, lanjut Desmond, pihaknya menilai sejak awal ideologi partai berlambang bulan sabit kembar ini berbeda dengan PDIP. Artinya, posisi PKS dipastikan akan tetap loyal dengan Gerindra.
"Kalau hari ini misalkan PPP, PAN tanda-tandanya ke sana, bukan sesuatu yang baru dan kita siap menghadapinya," tuturnya.
Termasuk, kalau Gerindra hanya berdua dengan PKS berada di luar pemerintahan. Pasalnya, Gerindra juga belajar dari pengalaman PDIP yang sebelumnya menjadi oposisi.
"Kita belajar pengalaman dari PDIP, yang lalu lah, dia kan sendiri ya gak papa. Apalagi kita bersama PKS. Ada teman kita cukup satu, Alhamdulilah," pungkasnya. (okzn)
Tag :
nasional