Uniknya, sang raja dangdut yang juga berkecimpung di dunia politik, Rhoma Irama punya pendapat berbeda dengan rakyat. Menurutnya kedua pilihan yang ada merupakan sebuah hal yang demokratis.
"Apapun keputusan DPR kita harus terima. Ini sebuah proses demokrasi konstitusional. Adapun mengenai pilihan langsung atau tidak langsung, dua-duanya demokratis. Dua cara ini punya kelemahan jadi saya tidak melihat satu lebih baik dari yang lain. Dua-duanya punya potensi negatif dan positif," jawabnya ketika ditemui di Epicentrum XXI, Jakarta Selatan, Jumat (26/9).
Ditanya lebih lanjut, ia juga tak ragu-ragu menjelaskan panjang lebar mengenai sisi negatif dan positif dari pilkada langsung maupun tak langsung. Ayah empat anak itu menyebut jika Pilkada melalui rakyat berpotensi melahirkan koruptor
"Positifnya, dua-duanya ada transaksional. Negatifnya money politic. Tapi money politic DPR mudah dikontrol dan kita sudah punya KPK sekarang. Fakta sejarah membuktikan 60 persen pemimpin yang dipilih secara langsung ternyata koruptor. Kenapa? Karena biaya politik langsung sangat besar.
Kelebihannya rakyat memang bisa memilih. Kelemahannya, dengan langsung, siapapun bisa jadi pemimpin. Yang tidak kompeten pun bisa terpilih karena kekuatan politik uang. Kalo dipilih DPR itu pasti lebih berkualitas pemimpinnya. Kompetensinya lebih bisa dipertanggungjawabkan," jawabnya.
Menanggapi kemarahan netizen di socmed yang menyebut hal ini sebagai kemunduran demokrasi Indonesia, Rhoma tak setuju. Ia tetap menegaskan bahwa Pilkada lewat DPRD adalah sebuah hal yang demokratis.
"Tidak sependapat dengan netizen.
Karena kalau lihat konstitusi yang benar DPR. Dari preambule UUD, ada pancasila sila ke-4, artinya perwakilan yang berhak memilih pemimpin. Itu demokratis," pungkasnya.
Apa pendapat kalian mengenai ungkapan dari pelantun lagu Begadang ini (mrdk)
Tag :
politik