Ini Rahasia Membangun Kemandirian Ekonomi Kader

Oleh: Ummu Hannah

Kemandirian ekonomi merupakan sebuah keniscayaan bagi setiap manusia yang ingin melestarikan kehidupannya. Ekonomi mencakup adanya pangan, sandang dan papan ini terkadang menjadi syarat kebahagiaan lahiriah seseorang meskipun bukan artian mutlak, juga parameter kesejahteraan yang tampak dari luar.

Dalam Islam mencari nafkah bagi seorang kepala keluarga dinilai jihad dan dilarang seorang muslim hidup dalam meminta-minta, demikian Islam memuliakan martabat seorang hamba dengan pahala yang besar agar menjadi makhluk mulia. Rasulullah SAW sangat mencintai ummatnya yang bekerja dan beliau telah mencontohkan dengan menjadi seorang pedagang yang free modal hanya bekal kepercayaan atas akhlaknya yang jujur.


Para sahabat pun telah berhasil menjadi teladan gemilang dengan bisnis dan usaha mereka Islam dapat menaklukkan negeri yang belum tersentuh Islam, memenangkan Islam dengan biaya perang yang tidak sedikit, menolong kaum yang lemah dan mendirikan perkampungan Islam dengan biaya yang tak terhitung jumlahnya.

Bagi kader dakwah sudah seyogiyanya memaknai bahwa ekonomi yang mandiri itu sangat luas, yakni dapat membuka amal dunia akhirat, membantu dunia Islam dan mendanai para da'i yang membuka lahan dakwah baru.

Imam Al Banna berpesan agar kita berusaha dan bekerja walaupun sudah kaya dan tercukupi semua kebutuhan. Berusaha di sini lebih dispesifikkan pada membuka usaha mandiri baik beternak, bertani, dan berdagang barang atau jasa, marketing barang, atau membuka peluang-peluang usaha yang berpotensi di daerahnya. Berusaha di sini konteksnya juga pengembangan ekonomi Islam yakni ekonomi yang mendukung dan mensupport produk Islam dimana pemiliknya seorang muslim, sistemnya Islam dan perputarannya untuk orang Islam.

Hendaknya semua kader dakwah menyadari bahwa setiap hari milyaran uang berputar di pasar-pasar negeri kita itu siapakah yang mengelolanya? Siapakah pesaham dan investor terbesar negara kita?Kita belum bisa menjawab kalau mereka adalah seorang muslim. Justeru kaum muslimin hari ini masih terjajah dan belum merdeka masih dikuasai ekonomi sistemik luar negeri. Misalnya hanya memenuhi kebutuhan sayur dan buah saja masih bergantung dengan negara tetangga, membeli ikan dan protein hewani juga masih suka yang kaleng.

Bayangkan bila setiap kader di rumahnya menanam batang ubi, daun sup, kangkung, tomat, cabe rawit, daun katu, kunyit, daun salam, serai, lengkuas dan kencur maka sudah terpenuhi kebutuhan sehari-hari untuk sayur dan bumbu dapur. Lalu jika kader di rumahnya bisa membuat kolam ikan sederhana, ternak ayam kampung hanya beberapa ekor atau ternak kambing, tentu telah tercukupi pula kebutuhan protein keluarga.

Dengan demikian kader bisa dikatakan mandiri ekonominya bila ia tidak lagi bergantung dengan orang lain saat itulah ia bisa dikatakan sebagai muzakki. Dakwah bercita-cita bahwa kemampuan dan potensi masing-masing kader dapat membangkitkan dan menghidupkan semangat berusaha sehingga setelah kader sejahtera dan mandiri semua cita-cita dakwah akan mudah terwujud.

Rumah tahfidz, pesantren qur'an, sekolah islami, koperasi islami, pasar islami semuanya akan segera dibentuk. Kader bisa umrah setiap tahun, pekerjaannya hanya jaulah dan melayani ummat dengan harta yang dimiliki. Segera terwujud masyarakat yang adil dan sejahtera dan agama ini tidak lagi terasa berat untuk diamalkan karena tak ada lagi alasan absen dari kegiatan dakwah yang hampir semua memerluakan kebutuhan uang.

Dakwah akan menjadi panglima apabila harta sudah dikelola oleh orang-orang beriman, dakwah akan menjadi panglima bila semua biaya untuk melayani ummat ditanggung oleh dakwah itu sendiri, dakwah itu bisa melayani apabila semua kadernya mandiri, sejahtera dan bisa mengelola kekayaan dengan baik. Kekayaan dibumi ini harus ditangan orang beriman akan berbahaya bila dikuasai oleh yang buruk agamanya apalagi mereka yang bukan muslim.(humaspksmeranti)

Wallahu'alam

pageads