Dua gurubesar dari Universitas Pattimura Ambon yakni Prof. A Watloly dan Prof. Mus Huliselan merasa tersinggung dengan pernyataan Menteri ESDM Sudirman Said yang mengatakan bahwa aspirasi semua masyarakat Maluku agar pembangunan kilang Blok Masela di darat adalah bohong.
"Sebenarnya siapa yang bohong? Masyarakat, pemerintah daerah dan intelektual dia bilang bohong karena meminta kilang Blok Masela dibangun di darat. Berarti hanya menteri ESDM yang jujur. Sebelum menuding pihak lain bohong, saya minta Menteri ini mendengar dengan hati nuraninya karena kupingnya salah tangkap," kata Watloly saat dihubungi wartawan, Senin (29/2).
Selaku Koordinator Intelektual Maluku Barat Daya, Watloly menyatakan menyimak dengan baik keinginan masyarakat di Maluku Tenggara, Maluku Tenggara Barat dan Maluku Barat Daya.
"Semua ingin di darat, karena memiliki efek ganda yang nyata dan langsung kepada masyarakat. Maluku Tenggara ini dibiarkan miskin dan terbelakang. Sekarang ada Blok Masela yang memberikan harapan. Tolong jangan abaikan kami, apalagi menuding kami bohong," tegasnya.
Dia mengingatkan, dalam Musyawarah Besar Maluku yang dibuka Wakil Presiden Jusuf Kalla, sangat jelas ada kesimpulan dan rekomendasi agar semua blok di Maluku dibangun di darat. Musyawarah ini dihadiri Gubernur, Bupati/Walikota, diaspora, akademisi dan tokoh masyarakat.
"Kok sekarang dibilang berbohong. Semua itu ada dokumennya. Kita lihat fakta dan ketahuan siapa yang berbohong. Kami tidak punya kepentingan, hanya ingin masyarakat memperoleh dampak ekonomi dari keberadaan Blok Masela. Itu saja," tegasnya.
Begitu juga, dalam Focus Group Discussion di Universitas Pattimura yang dihadiri SKK Migas dan Inpex. Semua peserta ingin pembangunan kilang di darat.
"Dokumennya ada. SKK Migas dan Inpex tahu ini semua. Saya pembicara pertama. Kami ingin itu dibangun di darat dan kini dibilang bohong, dengan segala hormat jangan-jangan mereka yang bohong," kata putra Maluku Barat Daya.
Dia menambahkan, dalam FGD dipaparkan hasil penelitian tiga perguruan tinggi besar. Padahal nama tiga perguruan tinggi itu diperalat untuk melegitimasi.
"Saya hormati UI sebagai institusi. Tetapi, peneliti tidak menggambarkan moralitas dari UI. Penelitian dibiayai Inpex. Hasilnya hanya legitimasi dari keinginan investor. Sekali lagi, saya hormati UI," tegas Watloly.
Terpisah seperti dilansir dari JPNN.Com, Mus Huliselan, menambahkan aspirasi masyarakat Maluku menginginkan kilang itu dibangun di darat benar adanya. Alasannya kata Mus, agar masyarakat mendapat multiplyers effect.
"Kalau Menteri ESDM bilang ada aspirasi masyarakat kilang itu dibangun di laut, jelas sekali siapa yang bohong. Sebab kalau dibangun di laut justru tidak tahu seperti apa dampaknya untuk rakyat. Belum lagi soal kontrol terhadap keberadaan kilang," ujarnya.
Karena itu Mus mempertanyakan pernyataan menteri ESDM bahwa masyarakat Maluku ingin kilang dibangun di laut.
"Yang membuat rekomendasi agar kilang dibangun di laut itu berasal dari penelitian UI, ITS dan ITB, karena untuk penelitian itu tiga institusi tersebut dibiayai investor. Karena dibiayai, tentu ikut maunya investor," imbuhnya(rmol)
"Sebenarnya siapa yang bohong? Masyarakat, pemerintah daerah dan intelektual dia bilang bohong karena meminta kilang Blok Masela dibangun di darat. Berarti hanya menteri ESDM yang jujur. Sebelum menuding pihak lain bohong, saya minta Menteri ini mendengar dengan hati nuraninya karena kupingnya salah tangkap," kata Watloly saat dihubungi wartawan, Senin (29/2).
Selaku Koordinator Intelektual Maluku Barat Daya, Watloly menyatakan menyimak dengan baik keinginan masyarakat di Maluku Tenggara, Maluku Tenggara Barat dan Maluku Barat Daya.
"Semua ingin di darat, karena memiliki efek ganda yang nyata dan langsung kepada masyarakat. Maluku Tenggara ini dibiarkan miskin dan terbelakang. Sekarang ada Blok Masela yang memberikan harapan. Tolong jangan abaikan kami, apalagi menuding kami bohong," tegasnya.
Dia mengingatkan, dalam Musyawarah Besar Maluku yang dibuka Wakil Presiden Jusuf Kalla, sangat jelas ada kesimpulan dan rekomendasi agar semua blok di Maluku dibangun di darat. Musyawarah ini dihadiri Gubernur, Bupati/Walikota, diaspora, akademisi dan tokoh masyarakat.
"Kok sekarang dibilang berbohong. Semua itu ada dokumennya. Kita lihat fakta dan ketahuan siapa yang berbohong. Kami tidak punya kepentingan, hanya ingin masyarakat memperoleh dampak ekonomi dari keberadaan Blok Masela. Itu saja," tegasnya.
Begitu juga, dalam Focus Group Discussion di Universitas Pattimura yang dihadiri SKK Migas dan Inpex. Semua peserta ingin pembangunan kilang di darat.
"Dokumennya ada. SKK Migas dan Inpex tahu ini semua. Saya pembicara pertama. Kami ingin itu dibangun di darat dan kini dibilang bohong, dengan segala hormat jangan-jangan mereka yang bohong," kata putra Maluku Barat Daya.
Dia menambahkan, dalam FGD dipaparkan hasil penelitian tiga perguruan tinggi besar. Padahal nama tiga perguruan tinggi itu diperalat untuk melegitimasi.
"Saya hormati UI sebagai institusi. Tetapi, peneliti tidak menggambarkan moralitas dari UI. Penelitian dibiayai Inpex. Hasilnya hanya legitimasi dari keinginan investor. Sekali lagi, saya hormati UI," tegas Watloly.
Terpisah seperti dilansir dari JPNN.Com, Mus Huliselan, menambahkan aspirasi masyarakat Maluku menginginkan kilang itu dibangun di darat benar adanya. Alasannya kata Mus, agar masyarakat mendapat multiplyers effect.
"Kalau Menteri ESDM bilang ada aspirasi masyarakat kilang itu dibangun di laut, jelas sekali siapa yang bohong. Sebab kalau dibangun di laut justru tidak tahu seperti apa dampaknya untuk rakyat. Belum lagi soal kontrol terhadap keberadaan kilang," ujarnya.
Karena itu Mus mempertanyakan pernyataan menteri ESDM bahwa masyarakat Maluku ingin kilang dibangun di laut.
"Yang membuat rekomendasi agar kilang dibangun di laut itu berasal dari penelitian UI, ITS dan ITB, karena untuk penelitian itu tiga institusi tersebut dibiayai investor. Karena dibiayai, tentu ikut maunya investor," imbuhnya(rmol)
Tag :
Kabinet