Sertu Dwi Andi (39), prajurit Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, berhasil memecahkan rekor dunia setelah mematahkan 55 balok es.
Prajurit yang pernah ditugaskan ke Ambon, Aceh, dan Papua itu merupakan sosok yang patuh kepada orangtuanya.
Hal itu dikatakan Bambang Subiyanto (64), ayahanda Dwi Andi, kepada TribunSolo.com di Lapangan Bhirawa Yudha Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan, Senin (4/4/2016).
"Anaknya penurut dan hormat kepada orangtua," kata Bambang.
Sertu Dwi Andi juga dikenal loyal kepada teman-temannya.
Setiap kali ada permasalahan yang melibatkan temannya, anak kedua dari empat bersaudara ini sering ikut menyelesaikan, tanpa mengharapkan imbalan atau punya pamrih.
Menurut Bambang, ia terus memantau keberadaan anaknya, termasuk setelah menjadi prajurit Kopassus.
Bambang berujar, menjadi anggota TNI merupakan cita-cita Sertu Dwi Andi sejak masih anak-anak.
"Sebenarnya saat dia masuk TNI, kami tidak tega," katanya.
Alasannnya, karena pendidikan di TNI sangat berat dan penuh tantangan.
"Setelah lulus SMA tahun 1994 langsung kami daftarkan masuk calon tamtama komando di Cijantung," kata Bambang mengenang.
Satu Menit
Pematahan 55 balok es dilakukan Sertu Dwi Andi menggunakan kepalanya hanya dalam satu menit.
Sebelum pematahan balok es, terlebih dahulu dibuka demo beladiri Merpati Putih yang diikuti 84 prajurit.
Kemudian dilanjut pematahan balok es oleh Sertu Dwi Andi disaksikan Senior Manager Museum Rekor Indonesia (MURI), Yusuf Ngadri.
Adapun pemrakarsa atraksi tersebut adalah Danjen Kopassus, Mayjen TNI M Herindra.
Kegiatan ditutup dengan pembagian 1.200 sembilan bahan pokok (sembako) kepada warga.
Sertu Dwi Andi melakukan latihan selama empat bulan penuh sebelum melakukan aksinya.
"Saya latihan penuh selama empat bulan, mulai pagi, siang, dan malam," kata Sertu Dwi Andi.
Selain sebagai tantangan, Sertu Dwi Andi mengaku membutuhkan keahlian tinggi untuk bisa mematahkan balok es tersebut.
Ketepatan dalam menempatkan posisi kepala pada titik pematahan sangat diperlukan.
"Pernapasan dan fisik harus kuat. Kuncinya berlatih, berlatih dan berlatih," tegas dia.
Dirinya bangga usahanya tersebut mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI). (trbnsolo)
Prajurit yang pernah ditugaskan ke Ambon, Aceh, dan Papua itu merupakan sosok yang patuh kepada orangtuanya.
Hal itu dikatakan Bambang Subiyanto (64), ayahanda Dwi Andi, kepada TribunSolo.com di Lapangan Bhirawa Yudha Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan, Senin (4/4/2016).
"Anaknya penurut dan hormat kepada orangtua," kata Bambang.
Sertu Dwi Andi juga dikenal loyal kepada teman-temannya.
Setiap kali ada permasalahan yang melibatkan temannya, anak kedua dari empat bersaudara ini sering ikut menyelesaikan, tanpa mengharapkan imbalan atau punya pamrih.
Menurut Bambang, ia terus memantau keberadaan anaknya, termasuk setelah menjadi prajurit Kopassus.
Bambang berujar, menjadi anggota TNI merupakan cita-cita Sertu Dwi Andi sejak masih anak-anak.
"Sebenarnya saat dia masuk TNI, kami tidak tega," katanya.
Alasannnya, karena pendidikan di TNI sangat berat dan penuh tantangan.
"Setelah lulus SMA tahun 1994 langsung kami daftarkan masuk calon tamtama komando di Cijantung," kata Bambang mengenang.
Satu Menit
Pematahan 55 balok es dilakukan Sertu Dwi Andi menggunakan kepalanya hanya dalam satu menit.
Sebelum pematahan balok es, terlebih dahulu dibuka demo beladiri Merpati Putih yang diikuti 84 prajurit.
Kemudian dilanjut pematahan balok es oleh Sertu Dwi Andi disaksikan Senior Manager Museum Rekor Indonesia (MURI), Yusuf Ngadri.
Adapun pemrakarsa atraksi tersebut adalah Danjen Kopassus, Mayjen TNI M Herindra.
Kegiatan ditutup dengan pembagian 1.200 sembilan bahan pokok (sembako) kepada warga.
Sertu Dwi Andi melakukan latihan selama empat bulan penuh sebelum melakukan aksinya.
"Saya latihan penuh selama empat bulan, mulai pagi, siang, dan malam," kata Sertu Dwi Andi.
Selain sebagai tantangan, Sertu Dwi Andi mengaku membutuhkan keahlian tinggi untuk bisa mematahkan balok es tersebut.
Ketepatan dalam menempatkan posisi kepala pada titik pematahan sangat diperlukan.
"Pernapasan dan fisik harus kuat. Kuncinya berlatih, berlatih dan berlatih," tegas dia.
Dirinya bangga usahanya tersebut mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI). (trbnsolo)
Tag :
Peristiwa