KH. Cholil Ridwan, Jika Keadaan Mendesak Risma Kita Pilih, Jangan Golput

SALAH satu alasan Gerakan Masyarakat Jakarta (GMJ) dan Majelis Pelayan Jakarta (MPJ) belum menentukan satu pasang Cagub-Cawagub muslim DKI Jakarta adalah karena GMJ maupun MPJ bukan pihak pengambil keputusan untuk menetapkan satu pasangan.

Idealnya, lima nama yang telah dikerucutkan ulama, seperti Adhiyaksa Dault, Sandiaga Uno, Sjafrie Sjamsuddin, Yusril Ihza Mahendra, dan Yusuf Mansur, bertemu, kemudian bersepakat untuk memutuskan satu nama, Nanti keempat nama lainnya mendukung.


Hal itu dikatakan Wakil Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Cholil Ridwan kepada Islampos usai Muzakarah ulama dan tokoh yang digelar Center of Study For Indonesian Leadership (CSIL) di Masjid Agung Al Azhar, Kamis (11/8).

“Kalau kita yang memutuskan untuk menetapkan satu pasang, nanti akan ada yang marah, jika dirinya tidak terpilih. Terpenting adalah Ahok harus dilawan dengan jihad. Jika salah satu nama, sudah mereka sepakati untuk maju dan yang lainnya mendukung, itu sudah merupakan jihad. Tapi tidak mereka (lima cagub) lakukan,” kata Kiai Cholil.

Munculnya nama Risma jelang Pilkada 2017, dan didukung oleh Jaklovers (Jakarta Love Risma) membuat peta politik berubah. Nama Risma pun kembali diperhitungkan dan digadang-gadang. Sampai-sampai imcumbent Ahok meresponnya dengan rasa cemas. Bahkan belum lama ini tujuh partai politik yang membentuk ‘Koalisi Kekeluargaan’. Diprediksi ketujuh parpol tersebut akan mengarah pada Risma-Sandiano.

Menurut Kiai Cholil, memasangkan Ibu Risma – Sandiano Uno itu bagus. Ulama harus mendukungnya. Kalau tidak mendungkung, Ahok bisa menang. Boleh jadi ada ulama yang terbelah soal pemimpin wanita, bab darurat, untuk membolehkan yang dilarang. Dalam hal ini pemimpin wanita.

Dalam hadits memang dinyatakan, jika suatu kaum menyerahkan pemerintahannya kepada perempuan, tidak akan berjaya. Tapi bukan berarti haram. Nah, jika terjadi darurat, dan waktunya temporal 5 tahun saja, bukan dalam rangka memilih pemimpin tertinggi (presiden), sebetulnya tidak masalah.

Ketika ditanya kenapa ulama yang tergabung dalam GMJ dan MPJ tidak bergabung saja dengan tujuh parpol (koalisi kekeluargaan), jika nantinya diputuskan nama pasangan Risma-Sandiano Uno?

“Justru kita dalam rangka itu. Karena kita tidak mengumpulkan KTP atau hak usung, kita akan ikut parpol. Kalau memang yang diusung parpol cocok dengan keinginan kita, maka ulama akan memfatwakan atau mewajibkan umat Islam untuk memilih satu pasang.”

Kiai Cholil tidak mempermasalahkan dengan pasangan Risma-Sandiano. Jika itu keputusannnya, pasti akan diumumkan.

“Politik itu tidak boleh kaku, setiap kesulitan ada kemudahan, artinya tidak mentok. Begitu juga, ketika seseorang tidak bisa shalat berdiri, maka ia dapat melakukan dengan duduk, atau dalam posisi terlentang, bahkan dengan isyarat mata. Secara fiqih, itu sah.

Sementara itu, di kalangan umat ada yang berpandangam, jika yang ditetapkan Risma melawan Ahok, lebih baik tidak memilih sama sekali. Lagi-lagi hanya karena alasan Risma adalah wanita, dan tidak bisa menjadi pemimpin.

“Pandangan itu dengan alasan itu salah, masih ada bab darurat. Dalam usul fiqh, jika memang kondisinya darurat, Risma bisa saja dimajukan. Yang pasti, pilihan golput itu salah. Sikap Golput itu malah memenangkan musuh. Mereka yang golput, tidak termasuk orang yang berjihad,” kata Kiai Cholil. (SP)
pageads