Muammar Umar (15), hanya menunduk dan sesekali tertawa saat duduk menyendiri di The Clove Cafe & Resto, Kota Turikale, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Akhir pekan, kafe-kafe di sekitar kawasan pusat kuliner Pantai Tak Berombak (PTB) Maros itu, memang ramai dikunjungi remaja seusianya.
Malam itu, penampilan Muammar laiknya anak gehol (gaul).
Jins ketat, mirip model Joger, dan pakai sweater berkupluk hitam.
Tulisan jaket itu, "Damn! I Love Indonesia".
Damn! adalah semacam umpatan, bahasa Inggris yang kurang lebih berarti 'bangsat'.
Tapi siapa sangka, ternyata remaja yang sedari tadi diam dan tersenyum sendiri itu, ternyata penghafal Quran.
Hingga pekan kedua September, hafalannya sudah memasuki juz ke-23.
Artinya, tersisa tujuh juz lagi, dia akan menghafal 114 surah, 6.236 ayat dan 51.900 kata dalam Kitab Suci Ummat Muhammad itu.
"Insyallah, sebelum Tahun Baru ini saya sudah tembus," kata Muammar, yang memang sudah empat tahun 'menghafal' di Pondok Pesantren Tahfidzul Quran (PPTQ) Al-Amin Aminullah, Dusun Barandasi, Kecamatan Maccini Baji, Maros.
"Tidak ada penghafal modelnya kayak kau," kata M Yusuf Latief (43), seorang pegawai di dinas BLHD, Kebersihan dan Pertamanan Pemkab Maros, mengomentari penampilan Muammar, yang laiknya remaja sekolah umum kebanyakan.
Kebetulan si Yusuf, juga santri di salah satu pondok pesantren di Mangkoso Barru dan Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Ujungpandang (1990-1993).
"Hafidz itu, pakai baju gamis, sokong tak pernah lepas, kau ini rambutmu mirip artis saja," ujar Yusuf.
"Satu bulan-ki baru bisa pegang HP kodong, dan disini ada Wi-Fi gratis, mau na lihat artis Lee Min Hoo, yang mirip mukanya," canda Aminullah, tetangga rumah sekaligus teman SD Muammar di Betang, sebuah kampung di pesisir barat Maros, Kelurahan Bajubodoa, Kecamatan Maros Baru.
Aminullah, juga santri di pondok pesantren salafiyah di Kecamatan Maros Baru.
Memang sepintas, Muammar mirip artis, model dan penyanti ternama Korea itu.
Karena masih belum percaya, bersama Yusuf Latief, penulis ikut menguji kuantitas dan kualitas hafalan putra tertua, seorang staf penyuluh agama di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Lau, Maros itu.(tribun)
Akhir pekan, kafe-kafe di sekitar kawasan pusat kuliner Pantai Tak Berombak (PTB) Maros itu, memang ramai dikunjungi remaja seusianya.
Malam itu, penampilan Muammar laiknya anak gehol (gaul).
Jins ketat, mirip model Joger, dan pakai sweater berkupluk hitam.
Tulisan jaket itu, "Damn! I Love Indonesia".
Damn! adalah semacam umpatan, bahasa Inggris yang kurang lebih berarti 'bangsat'.
Tapi siapa sangka, ternyata remaja yang sedari tadi diam dan tersenyum sendiri itu, ternyata penghafal Quran.
Hingga pekan kedua September, hafalannya sudah memasuki juz ke-23.
Artinya, tersisa tujuh juz lagi, dia akan menghafal 114 surah, 6.236 ayat dan 51.900 kata dalam Kitab Suci Ummat Muhammad itu.
"Insyallah, sebelum Tahun Baru ini saya sudah tembus," kata Muammar, yang memang sudah empat tahun 'menghafal' di Pondok Pesantren Tahfidzul Quran (PPTQ) Al-Amin Aminullah, Dusun Barandasi, Kecamatan Maccini Baji, Maros.
"Tidak ada penghafal modelnya kayak kau," kata M Yusuf Latief (43), seorang pegawai di dinas BLHD, Kebersihan dan Pertamanan Pemkab Maros, mengomentari penampilan Muammar, yang laiknya remaja sekolah umum kebanyakan.
Kebetulan si Yusuf, juga santri di salah satu pondok pesantren di Mangkoso Barru dan Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Ujungpandang (1990-1993).
"Hafidz itu, pakai baju gamis, sokong tak pernah lepas, kau ini rambutmu mirip artis saja," ujar Yusuf.
"Satu bulan-ki baru bisa pegang HP kodong, dan disini ada Wi-Fi gratis, mau na lihat artis Lee Min Hoo, yang mirip mukanya," canda Aminullah, tetangga rumah sekaligus teman SD Muammar di Betang, sebuah kampung di pesisir barat Maros, Kelurahan Bajubodoa, Kecamatan Maros Baru.
Aminullah, juga santri di pondok pesantren salafiyah di Kecamatan Maros Baru.
Memang sepintas, Muammar mirip artis, model dan penyanti ternama Korea itu.
Karena masih belum percaya, bersama Yusuf Latief, penulis ikut menguji kuantitas dan kualitas hafalan putra tertua, seorang staf penyuluh agama di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Lau, Maros itu.(tribun)
Tag :
Peristiwa