[Politikus PKS dituduh SARA] PKS: Engga Ada yang SARA kan dia Ahok Yang SARA

 Wakil Ketua Komisi II DPR Almuzzammil Yusuf mengatakan, apa yang disampaikan sebelum rapat paripurna dibuka terkait pernyataan Gubernur Basuki Tjahja Purnama alias Ahok adalah salah satu haknya sebagai wakil rakyat.

Menurut Politikus PKS itu, pernyataan dalam rapat paripurna yang membahas mengenai perjanjian Paris atas Konvensi Kerangka Kerja PBB mengenai perubahan iklim belum masuk ke materi. Untuk itu, tak ada salah dengan pernyataanya tersebut.


"Paripurna kan boleh mengangkat masalah apa aja, masalah nasional. Saya kan di awal rapat belum masuk ke materi rapat, setelah Indonesia Raya kan belum masuk ke rapat paripurna," kata Muzzammil saat kepada INILAHCOM, Jakarta, Kamis (20/10/2016).

Dengan itu, Muzzammil menolak pernyataan itu dikategorikan masuk dalam unsur SARA dan untuk tujuan tertentu. Mengingat tidak lama lagi akan dilangsungkan Pilkada DKI Jakarta dan Ahok adalah salah satu bakal calon yang kembali maju dalam perebutan kursi DKI 1.

Menurut dia, apa yang disampaikannya semata-mata adalah mengenai toleransi antar umat beragama. Hal itu seperti yang pernah disampaikan seorang doktor asal Universitas Brawijaya soal toleransi antar umat beragama pada dirinya.

"Engga ada (mengarah ke SARA), yang SARA kan dia (Ahok). Yang SARA itu kan yang tidak toleransi, saya kan hanya mengangkat toleransi," papar dia.

Adapun Muzzammil sebelum masuk ke pembahasan paripurna DPR memang mengajukan interupsi untuk membacakan surat. Berikut surat yang disampaikan dia:


*Yth Pimpinan dan para Anggota DPR RI serta hadirin semua

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Perkenankanlah saya pada forum terhormat ini membacakan satu tulisan dr. Gamal Albinsaid, Alumni FK Brawijaya penerima berbagai penghargaan internasional karena bank sampah yang dikelolanya untuk keluarga miskin.

Kalaupun ini ternyata bukan tulisan atau tidak sepenuhnya tulisan yang bersangkutan, maka saya tetap membaca dengan sepenuhnya menyetujui isi surat ini, dengan beberapa penyesuaian oleh saya. sehingga pembacaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.*

(demikian isi sebagian suratnya saya kutipkan langsung)

" Bismillahirrahmanirrahim...

Dua hari lalu, sebelum saya menerima penghargaan Empowering people Award dari Siemens di Jerman, salah seorang panitia mendatangi saya untuk menanyakan cara bersalaman diatas panggung karena pimpinan mereka adalah seorang wanita. Mereka menghormati ketika tahu saya tidak bersalaman dengan wanita karena tidak ingin bersentuhan dengan yang bukan muhrim saya. Saya cukup menempelkan keduatangan saya, lalu menyapa mereka tanpa menyentuh tangannya. Mereka mengatur itu diatas panggung agar saya merasakan kenyamanan. Itulah toleransi.

Di perjalanan ke Inggris untuk kunjungan ke 15 perusahaan, pernah saya menaiki pesawat yang tidak menyediakan makanan halal. Setelah saya sampaikan kepada mereka saya hanya bisa makan makanan halal, mereka mencari sebuah mie instan yang memiliki label halal untuk saya. Itulah toleransi

Ketika saya harus presentasi di California University yang bersamaan saat shalat Jumat, saya minta panitia menggeser jam presentasi kami, karena saya ingin melaksanakan Salat Jumat disana. Mereka mengijinkan menggeser waktu presentasi saya. Itulah toleransi.

Ketika makan malam dengan pangeran Charles di Istana Buckingham, mereka mengatur supaya saya mendapatkan makanan untuk vegetarian agar saya merasa nyaman. Itulah toleransi.

Di berbagai pengalaman itu, saya merasakan dan menyimpulkan bahwa bentuk toleransi adalah hormat. Bagi saya "The highest result of tolerance is respect and social relations", toleransi itu adalah bentuk penghormatan kita pada perbedaan yang ada. Mulai dari hal yang kecil seperti makanan, cara berpakaian, cara beraktivitas, sampai hal yang besar soal agama, kitab suci, dan prinsip Ketuhanan.
UNESCO dalam publikasinya "Tolerance : The Threshold of Peace" menyatakan social relationsadalah salah satu indikator dari suksesnya toleransi di sebuah masyarakat. Oleh karenanya hasil dari toleransi adalah kenyamanan individu dan keharmonisan sosial.

Mau tidak mau, pemimpin berperan besar dalam menjaga, membangun, dan menciptakan toleransi yang baik. Tidak boleh pemimpin itu masuk atau memberikan komentar terhadap agama, kitab suci, prinsip Ketuhanan, dan cara beribadah sebuah agama.

Peran pemimpin itu penting sekali dalam toleransi yang kita bangun. Kita rindu pemimpin yang mampu menyejukkan perbedaan kita dalam kesantunan, menciptakan keharmonisan diantara perbedaan dengan sikap saling menghormati dalam cinta kasih.


Bukan pemimpin yang tidak mempedulikan perbedaan yang ada, menciptakan ketegangan dengan menghina agama, melecehkan kitab, membatasi cara beribadah.

Seorang pemimpin harus menghormati agama yang berbeda dengan tidak menilai atau mengomentari agama, tidak mengomentari kitab suci, dan tidak mengomentari cara beribadah. Lalu bagaimana keharmonisan bisa hadir jika pernyataan mengarah pada pelecehan atau penghinaan pada kitab suci dan isi kitab suci?

Teruntuk Pak Ahok, Sungguh menyakitkan jika anda merasakan bagaimana yang kami rasakan sebagai umat Islam, kitab yang kami baca tiap hari, kami jadikan pegangan hidup, kami hafalkan, kami baca saat banyak orang tidur, kami pelajari bertahun-tahun, lalu dengan mudahnya anda sebut sebagai alat melakukan kebohongan.

Apakah Pak Ahok pernah menempuh jurusan tafsir hingga merasa berhak menafsirkan Alquran seenaknya ?

Pak Ahok, jangan hina kitab suci saya hanya untuk kepentingan politik anda ! Tidak ada sedikitpun kebohongan dalam Alquran ! Hormati Alquran kami !

"Dont get so tolerant that you tolerate intolerance" (Bill Maher).
(Kita tidak boleh mentoleransi sesuatu yang tidak bisa ditoleransi).

Nasehat Ayaan Hirsi Ali bahwa "Tolerance of intolerance is cowardice (mentoleransi sebuah intoleransi adalah sikap pengecut)" cukup memantapkan hati saya untuk tidak diam.

Gagasan toleransi Ayaah Hirsi Ali itu sama dengan apa yang dikatakan Haji Abdul malik Karim Amrullah atau yang biasa kita kenal dengan Buya Hamka, "Jika agamamu, nabimu, kitabmu dihina dan engkau diam saja, jelaslah ghiroh telah hilang darimu.

Jika ghiroh telah hilang dari hati, gantinya hanya satu, yaitu kain kafan. Sebab kehilangan ghiroh sama dengan mati..","

itulah sebagian isi surat yang bersangkutan

*Dengan pertimbangan hal-hal diatas maka saya Almuzzammil Yusuf, Nomor Anggota A93 FPKS DPR RI meminta kepada Presiden Jokowi dan Kapolri Jenderal Polisi Tito Carnivan, untuk menghormati tuntutan publik Indonesia secara meluas, bahkan ulama Islam Internasional, untuk segera memproses kasus penistaan agama tersebut melalui jalur hukum. karena Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi hukum dan keadilan.

Itulah cara kita menghormati dan menegakkan Pancasila sila pertama "Ketuhanan yang Maha Esa dan sila ketiga Persatuan Indonesia", yang telah dikumandangkan oleh Bapak-Bapak bangsa kita, terutama Presiden Soekarno.

Sinyalemen pak Hendro Priyono yang mengkhawatirkan terjadinya Darurat Sipil, tidak perlu terjadi, karena yang dituntut umat Islam Indonesia adalah tuntutan damai melalui jalur hukum.

Perkenankan saya menutup statement saya ini dengan membacakan Hadist Nabi SAW untuk menjadi peringatan bagi muslim Indonesia yang masih mencintai Nabi SAW :

Dari Abu Said Al Khudri ra, dia berkata, "aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "barang siapa diantara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. apabila tidak mampu maka hendaknya dengan lisannya. dan apabila tidak mampu lagi maka dengan hatinya, sesungguhnya itulah selemah-lemahnya iman". (HR. Muslim)

Mari kita teriakkan Takbir 3x. ALLAHU AKBAR3X.

Terima kasih atas perhatiannya, Wassalamualaikum wr.wb.
pageads
Tag : Hukum

Related Post: