Sandal Bilal (sahabat Nabi Muhammad Saw) Dibalik Hikmah dan Teknologi

Abadijaya News : Bilal bin Rabah adalah nama seorang sahabat yang melalui dia, kita akan dapat banyak pelajaran. Ia adalah seorang mantan budak orang kafir yang sering dihina karena kulitnya yang hitam bahkan ia pernah diseret dengan posisi telungkup dan tangan diikat ke kuda di tengah panasnya padang gurun Arab karena kesaksiannya akan Islam. Bilal sangat teguh dalam Islam dan sangat Sabar dalam menghadapi berbagai macam cobaan yang berat.
Maka, Maha Suci Allah yang telah meninggikan seorang Bilal bin Rabah melalui Nabi Muhammad dalam hadits berikut:

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu. Bahwasannya Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam pernah bersabda kepada Bilal selepas shalat Shubuh:
“Ceritakan kepadaku satu amalan yang paling engkau andalkan dalam Islam, karena dalam suatu malam aku pernah mendengar suara terompahmu berada di pintu surga”, Bilal berkata : “Setiap aku berwudhu, kapan pun itu, baik siang maupun malam, aku selalu melakukan shalat dengan wudhu tersebut” (HR. Al Bukhari)
“Shalat sunnah setelah wudhu” adalah jawaban Bilal atas pertanyaan Rasulullah tentang amalan unggulannya. Bilal tak menjawab pengorbanannya diseret di atas pasir panas dulu, ia juga tak menjawab azan merdu dari lisannya yang mengumpulkan umat Muslim untuk Shalat, ia malah menjawab “Shalat sunnah setelah wudhu” yang dilakukannya kapan pun setiap ia selesai berwudhu.

Konsisten adalah poin plus dari shalat sunnah setelah wudhu bilal. Amalannya mungkin tidak besar secara kuantitas pahalanya, namun ia melakukannya secara konsisten, dan justru amalan kecil yang dilakukan konsisten lah yang paling diandalkan untuk membuat seorang Bilal masuk surga.

Rasulullah sangat menyayangi ummatnya, “ummatku, ummatku, ummatku” merupakan kata-kata yang keluar dari Rasulullah menjelang wafatnya yang membuktikan bahwa beliau sangat sayang kepada ummatnya.

Rasa sayang Rasulullah pun terbukti dalam hadits ini. Sangat besar rasa sayang Rasulullah, hingga beliau pun hapal bunyi terompah (sandal) dari seorang Bilal. Rasulullah langsung mengenali bahwa bunyi dalam mimpinya adalah bunyi terompah, dan beliapun langsung mengenali bahwa terompah tersebut milik Bilal padahal Rasulullah tak melihat wajah Bilal dalam mimpinya, ia hanya mendengar suara terompahnya.

Hal ini kita ambil pelajaran untuk selalu mengenal objek dakwah kita hingga ke hal-hal yang detail. Jika kita sudah kenal hal-hal yang detail dalam objek dakwah kita, maka kita pun akan tahu metode dakwah yang tepat untuk mereka
Keutamaan amal Bilal ra. yang selalu melaksanakan shalat setelah berwudhu mungkin sudah sangat familiar bagi kita. Namun penggalan hadits di mana suara terompah yang Rasulullah saw kenali sebagai terompah atau langkah kaki bilal mungkin tidak banyak yang mengaitkannya dengan topik teknologi. Terlepas dari apakah karena kekhasan terompah Bilal, atau memang irama langkah kaki bilal yang unik, Rasulullah saw mengenali petunjuk yang beliau dengar tersebut dan mengidentifikasinya sebagai sesuatu yang “dimiliki” oleh Bilal. Identifikasi tersebut selain menunjukkan betapa dekatnya Rasul dengan para sahabatnya, juga menunjukkan kemungkinan bahwa  langkah manusia bisa menjadi petunjuk tentang siapakah identitas orang yang berjalan.

Pada masa sekarang ini, pengenalan/ identifikasi tersebut akan menjadi menarik jika sebuah mesin/komputer yang melakukannya. Teknologi yang mempelajari bagaimana agar unsur yang melekat pada manusia bisa dikenali sebagai identitas manusia itu sendiri disebut dengan biometrik. Teknologi identifikasi berkembang melalui kreasi yang berbasis filosofi tradisional, yakni “what you have” seperti kunci rumah (pemegangnya berarti “pemilik”nya), kartu pengenal seperti KTP, SIM, dsb,  atau dengan filosofi  “what you know” seperti mengingat password email atau pin ATM, dan akhirnya biometrik muncul dengan filosofi “what you are”, seperti sidik jari, suara, wajah, dsb, sejalan dengan berkembangnya juga masalah dan kebutuhan pengamanan/sekuriti yang semakin besar.

Salah satu teknologi biometrik terbaru yang muncul pada akhir tahun 90-an dan awal 00-an, adalah teknologi biometrik yang berbasis pada cara berjalan manusia. Penelitian berbasis psikofisika yang mengungkapkan bahwa cara berjalan manusia memang bisa dikenali dimulai pada tahun 70-an (Johansson et al., 1975), di mana percobaan dilakukan dengan menggunakan ruangan gelap dan bola lampu yang ditempelkan pada subjek manusia dan subjek tersebut diminta untuk berjalan di ruangan tersebut. Lalu seseorang yang lain diminta untuk mengenali siapakah atau gender apakah yang berjalan tersebut. Hasilnya diketahui bahwa memang sebagian besar identitas orang bisa dikenali berdasarkan petunjuk gerakan bola lampu di tubuh manusia yang berjalan.

Memasuki milenium baru, penelitian terkait dengan cara berjalan (yang selanjutnya disebut dengan gait), mulai memasuki dunia ilmu komputer. Penelitian berbasis gait ini mendapatkan perhatian yang cukup besar karena gait memiliki beberapa keuntungan yang tidak dimiliki oleh unsur biometrik lain. Yang pertama, gait tidak perlu menyentuh sensor secara langsung. Yang kedua, gait dapat di”tangkap” dari jarak jauh. Yang ketiga, untuk “menangkap” gait, tidak diperlukan kamera video (sebagai sensor) yang memiliki resolusi tinggi. Tujuan dari aplikasi biometrik gait ini diantaranya adalah pengawasan dan sekuriti (surveillance and security), pencegahan kejahatan atau terorisme, dan juga kesehatan (identifikasi jenis penyakit dari abnormalitas cara berjalan).(dbs)
pageads