JPNN merekam beberapa kejadian sejak
Presiden Joko Widodo memutuskan mencabut subsidi BBM yang ditandai
dengan naiknya harga jenis premium dan solar Rp 2 ribu. Premiun naik
dari Rp 6500 menjadi Rp 8500. Sementara untuk solar naik dari Rp 5500
menjadi Rp 7500. [Baca: Putuskan Kenaikan BBM, Jokowi Pakai Alasan
Pengalihan Subsidi]
Dalam tiga hari sejak kenaikan harga
BBM, dari 27-29 November 2014, ada empat nyawa melayang. Satu korban
tewas karena ikut melakukan aksi demonstrasi menolak dan tiga lainnya
meninggal dunia saat antre menerima dana Program Simpanan Keluarga
Sejahtera (PSKS) sebagai bentuk kompensasi BBM.
1. Muhammad Arif
Korban yang pertama meninggal dunia
adalah Muhammad Arif alias Ari. Dia dinyatakan tewas pada Jumat, 27
November 2014. Pria berusia 18 tahun tersebut dinyatakan sudah tidak
bernyawa dalam aksi penolakan BBM yang berujung anarkis di depan kampus
Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Sulawesi Selatan.
Penyebab kematian Ari sebelumnya sempat
simpang siur. Ada yang menyebut dilindas water cannon ketika polisi
melakukan pengamanan. Namun, informasi ini dibantah oleh aparat.
"Kami kejar, setelah itu korban
terjatuh. Teman-teman korban dan mahasiswa yang berlarian tak melihat
korban jatuh makanya terinjak-injak oleh teman sendiri,” kata Kapolsekta
Panakkukang, Kompol Tri Hambodo.
2. Yatirah, Nenek Berusia 80 tahun
Yatirah menjadi korban pertama pembagian
dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) yang menjadi kompensasi
buat masyarakat miskin juga memakan korban. Di Kantor Pos Jebres Solo,
Jawa Tengah, Yatirah, nenek berusia 80 tahun meninggal dunia saat antre
pembagian dana PSKS pada Jumat, 28 November 2014. Warga RT 02 RW 08,
Kelurahan Jebres, Solo diduga tewas karena terserang penyakit asma.
Korban sempat mendapat pertolongan darurat dan dilarikan ke RSUD Kota Surakarta. Namun, nyawanya tak tertolong
3. Cicih, Nenek Berusia 79 Tahun
Sama dengan kasus Yatirah, Nenek Cicih
yang berusia 79 tahun warga Kampung Torowek, Dirgahayu, Kadipaten
Tasikmalaya, Jawa Barat juga tewas saat berdesakan mengantre untuk
mendapatkan bantuan sebesar Rp 400 ribu. Korban masuk dalam antrean
untuk mendapatkan kompensasi BBM. Namun sesaat setelah mendapatkan uang
bantuan, tiba-tiba korban sesak napas dan jatuh pingsan.
Petugas medis yang sudah bersiaga
langsung membawa korban ke puskesmas terdekat dengan ambulan. Namun
diperjalanan korban menghembuskan napas terakhirnya. Diduga korban
memaksakan diri berangkat mengambil uang sementara kondisinya tengah
sakit. Karena tak kuat berdesakan korban pingsan sesaat setelah
mendapatkan uang bantuan.
4. Kumun, 82 Tahun Warga Pancatengah
Di hari yang sama, Sabtu 28 November
2014, Kumun yang berusia 82 tahun, warga Kampung Sekung RT 23/RW 10
Tawang, Kecamatan Pancatengah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat juga
meninggal dunia. Ia tewas setelah mengambil bantuan di halaman kantor
Kecamatan Pancatengah.
Awalnya, korban terjatuh saat dalam
kerumunan. Melihat korban terjatuh, warga menolongnya dan membawa ke
kantor kecamatan. Korban diperiksa oleh dokter Puskesmas yang berjaga.
Namun, hasil pemeriksaan korban dinyatakan telah meninggal dunia. Korban
pun diantarkan ke rumahnya dengan menggunakan kendaraan patroli Polsek
Pancatengah.
Tag :
Peristiwa