"Munas Golkar di Bali tercium aroma kepentingan KMP dengan kehadiran pimpinan partai koalisi plus Partai Demokrat yang seolah memberikan dukungan politik kepada Aburizal Bakrie," kata Karyono Wibowo saat dihubungi, Selasa (2/12).
Karyono mengatakan, munas yang tidak mengundang perwakilan unsur pemerintah, juga semakin menegaskan sikap Partai Golkar di bawah kepemimpinan Aburizal Bakrie akan tetap mengambil posisi diametral dengan pemerintah.
"Posisi Golkar tersebut juga ditegaskan Aburizal Bakrie bahwa Golkar tetap berada di poros KMP, dan akan mengontrol pemerintahan Jokowi-JK," kata dia.
Menurut Karyono, Munas Golkar di Bali hanya untuk menetapkan Aburizal Bakrie menjadi ketua umum untuk kedua kalinya. Sebab, dalam pertarungan calon ketua umum nyaris tidak ada calon yang kuat yang bisa menandingi Ical.
"Perlu diingat, Aburizal Bakrie saat ini masih memegang kendali Partai Golkar karena posisinya sebagai ketua umum. Dia masih memiliki kekuatan untuk membuat skenario bersama dengan timnya yang masih loyal untuk mengondisikan munas serta mengatur taktik dan strategi untuk memuluskannya terpilih kembali," kata dia.
Karyono mengatakan skenario tersebut jelas sudah dibaca oleh para kandidat lainnya seperti Hajrianto Tohari, MS Hidayat, Airlangga Hartarto, Priyo Budi Santoso, Agus Gumiwang Kartasasmita dan Agung Laksono, sehingga terjadi tarik menarik waktu pelaksanaan munas.
Menurut dia, masing-masing kubu memiliki kalkulasi politik. Kubu di luar Aburizal Bakrie berharap munas diselenggarakan 2015 agar ada waktu untuk konsolidasi menggalang dukungan.
Sebaliknya, kubu Aburizal Bakrie ngotot pelaksanaan Munas secepatnya agar lawan Ical tidak memiliki waktu untuk konsolidasi kekuatan.
"Berdasarkan kalkulasi politik, Aburizal Bakrie berpeluang besar terpilih menjadi ketua umum Golkar karena semua aturan munas sudah dikondisikan berikut strategi penggalangan pemenangannya."akt
Tag :
politik