Abadijaya News: Kericuhan yang berujung pembakaran kios dan musala di Tolikara, Papua membuat ratusan umat muslim harus mengungsi. Walaupun situasi sudah kondusif, namun para pengungsi masih takut ada serangan kembali.
Salah satu pengungsi, Absah (35) bercerita bahwa saat ini kondisi di Tolikara memang sudah kondusif. Namun dirinya bersama para pengungsi lain memiliki rasa takut jika adanya serangan pada 17 Juli kembali terulang.
"Walau kondisi sudah kondusif, tapi saya masih ada rasa ketakutan ada serangan kembali," terang ibu dari lima anak itu disela-sela kunjungan Menteri Sosial Khofifa, Selasa (21/7/2015).
Absah menuturkan, selama dirinya tinggal di wilayah tersebut dari tahun 2007, baru kemarin terjadi pelemparan yang berujung pembakaran saat salat Ied. Menurutnya, selama ini masyarakat wilayah tersebut sangat menjaga toleransi antar umat.
"Baru tahun ini seperti ini. Sebelumnya tidak pernah. Kita salat saja dan tidak dilarang-larang," terang Absah.
Sambil menahan air mata, Absah mengingat kembali saat penyerangan tersebut terjadi. Menurutnya, saat itu dirinya dan jemaat lain sedang salat dan tiba-tiba puluhan orang mendatangi dan melempari batu.
"Baru rakaat ketujuh dilempari batu. Saat itu saya dan anak saya lari menghindari lemparan. Tetapi mereka tetap melempari hingga akhirnya polisi berikan tembakan peringatan," terang Absah.
Selain Absah, rasa sedih juga dirasakan ustad Ali Mochtar. Menurutnya, saat itu dirinya sudah melakukan hal yang tidak menyulutkan konflik.
"Saya sudah memasang loudspeaker tidak kencang-kencang hanya bisa didengar jamaah saja. Karena saya tahu saat itu ada acara KKR pemuda," terang Ali yang sempat menahan air matanya.
Ali berkeinginan agar peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi. "Kota ini biasanya rukun tidak ada hal-hal yang seperti kemarin. Semoga ke depannya tidak akan terjadi lagi," tutup Ali.(detik)
Tag :
Peristiwa