Begitulah cara mereka menggunakan
uang. Kalaupun orang kaya itu muslim, tidak berjudi, tapi dia tidak punya visi
dakwah, dan tidak hidup untuk satu misi besar dalam hidupnya, dia pasti akan
menggunakan uangnya untuk kesenangan pribadi, seperti perhiasan dan seterusnya.
Saya punya kawan, kalau dia pakai seluruh perhiasannya kira- kira sekitar 2
juta dollar di badannya, cincinnya 1 juta dollar. Mobilnya ½ juta dollar, jam
tangannya biasa sampai 2milyar. Adalagi temannya kira- kira punya 200-an jam
tangan. Sebuah jam tangan itu harganya kira- kira 2 milyar. Lebih buruk lagi,
kadang-kadang orang kaya
yang tidak baik
memakai uangnya untuk memerangi kebaikan.
Itulah yang terjadi ketika orang-orang Yahudi
memegang kendali keuangan dunia. Maka dari itu menjadi kaya itu bagi kita
adalah satu keharusan, untuk mengembalikan keseimbangan sosial, kehidupan
di tengah- tengah
kita.
Ketiga,
terlalu banyak perintah syariah
yang hanya bisa dilaksanakan dengan uang. Antum lihat 5 rukun Islam, Syahadat
tidak pakai uang, sholat tidak pakai uang, puasa tidak pakai uang tapi zakat
dan haji pakai uang. Kalau 200 ribu
orang umat Islam
Indonesia tiap tahun
pergi haji. Rata-
rata mengeluarkan 5000 dollar, coba antum kalikan berapa banyak uang
yang beredar untuk melaksanakan satu ibadah. Belum lagi Jihad. Jadi kita tidak
bisa berjihad kecuali dengan uang. Misalnya kita di Indonesia sekarang mau
pergi ke Palestina untuk pergi berperang, tenaga kita tidak diperlukan karena
tenaga sudah cukup dengan ada yang disana. Rasul Mengatakan “Siapa yang
menyiapkan seseorang bertempur maka dia juga dapat pahala perang”. Jadi bannyak
sekali perintah-perintah Islam yang memerlukan uang.
Waktu Rasulullah SAW hijrah ke Madinah,
diantara hadits-hadits pertama yang beliau sampaikan pada waktu itu adalah
Afsussalam wa ath’imu tho’am. Jadi mentraktir itu tradisi nabawiyah.
Sering-seringlah mentraktir karena
itu perintah Nabi, dan
ini turunnya di
Madinah pada saat
menjelang mihwar daulah. Kira-
kira di jaman kita inilah, di mihwar dakwah sekarang. Washilul arham dan
sambung shilaturrahim. Antum akan melihat nanti di akhir penjelasan saya nanti
bahwa ciri-ciri orang maju itu salah satunya adalah kalau belanjanya dalam 3
hal lebih besar daripada belanja kebutuhan lauk- pauknya, salah satunya belanja
komunikasi. Jadi kalau biaya pulsa kita lebih tinggi itu indikator yang baik.
Itu artinya shilaturrahim kita jalan. Jangan missed call, suruh orang telpon
balik.
Keempat, Karena harta itu adalah hal- hal
yang dibanggakan oleh manusia sehingga menentukan strata sosial. Antum akan
lebih berwibawa dan didengar orang kalau punya uang. Apabila tidak punya
uang, biasanya kita
juga biasanya jarang
didengar oleh orang. Misalnya dalam
keluarga. Antum bersaudara
ada 7 orang. Kalau kontribusi
finansial antum dalam keluarga itu tidak banyak dan bila antum satu-satunya
da’i dalam keluarga, dakwah antum juga kurang didengar oleh keluarga. Karena
disamping ingin mendengarkan nasihat yang baik orang juga ingin mendapatkan
uang yang banyak.
Hadiah-hadiah pada hari lebaran,
infaq-infaq dan seterusnya dan itu biasanya melancarkan dakwah
kita. Saya hadir
pada suatu waktu
di sidang Ikatan anggota Parlemen
Negara-Negara OKI. Setiap kali ada waktu bertanya yang paling pertama diberi
kesempatan bertanya itu utusan dari Arab Saudi, sedangkan utusan dari Negara
miskin seperti Maroko atau Tunisia biasanya tidak dapat giliran, kalau bukan
sendiri yang angkat tangan. Masalah harta ternyata juga berpengaruh pada hal-
hal seperti itu.
Pada tahun 1994 saya ke Jerman.
Dua tahun baru selesai kuliah, disana saya bertemu dengan salah seorang ikhwah
pengusaha yang punya beberapa supermarket disana. Dia datang menemui saya
memakai Mercy. Saya protes kepada dia dengan semangat dakwah dan jihad, antum
itu tega pakai Mercy, saudara-saudara antum di Palestina di sana masih
berjuang, antum hidup
di Jerman ini
pakai Mercy bagaimana ceritanya.
Baca Juga : Taujih Anis Matta: Hakekat Bisnis dan Infaq
Baca Juga : Taujih Anis Matta: Hakekat Bisnis dan Infaq
Dia bilang nanti saya jelaskan, antum ikut saya saja dulu. Saya diajak keliling
supermarketnya dulu. Orang itu memang kaya. Sudah keliling dia bilang, di
Jerman ini kalau kau ingin ketemu seorang direktur, begitu kamu parkir mobil
nanti direktur itu suruh sekretarisnya tengok dia itu pakai mobil apa. Jika kau
tidak pakai Mercy nanti sekretarisnya bilang Direktur sedang tidak ada. Kalau
kau pakai Mercy kau disambut baik-baik oleh mereka. Mercy ini wajib disini. Itu
hal- hal yang dibangga-banggakan oleh manusia. Dan itu berkali-kali disebutkan
dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu sebagai Muslim saya ingin didengarkan orang,
apalagi kita sebagai da’i kita perlu punya wibawa di depan orang. Sebagian dari
wibawa itu dibentuk 0leh kondisi finansial kita.
Ulama- ulama kita juga
meriwayatkan bahwa ternyata diantara hal-hal
yang disenangi oleh
wanita kepada laki-laki
salah satunya adalah uangnya. Perempuan itu katanya menyenangi pada
laki-laki kalau dia lebih pintar daripada si perempuan, kalau dia lebih
kaya daripada perempuan,
lebih kuat daripada perempuan.
Dan kepemimpinan itu kan diberikan kepada laki-laki salah satu sebabnya
karena kewajiban memberikan nafkah itu. Kalau kita ingin berwibawa di depan
istri tolong kewajibannya ditunaikan dengan sempurna. Itu akan menaikkan wibawa
kita di depan istri. Seorang istri itu tidak hanya membutuhkan seorang suami
yang romantis tapi juga seorang suami yang romantis dan realistis. Ada seorang
akhwat berkata kepada saya, saya sebenarnya tidak materialistis tapi masalahnya
kita realistis karena kita tidak bisa hidup tanpa materi. Dan kalau materi kita
sedikit maka hidup kita
juga tidak akan
nyaman. Sedikit banyak
itu juga penting. (anismatta/repostabadijayanews) tulisan 1-3
Tag :
taujih anis matta