Kelima, harta itu salah satu sebab yang
dapat membuat orang itu bisa bahagia di dunia. Jangan lagi pernah bilang “biar miskin
asal bahagia”. Sekarang perlu kita balik, “biar kaya asal bahagia”. Saya ingat
guru saya waktu SD selalu mencari kamuflase, bahwa walaupun kita miskin tetap
bisa bahagia. Memang bisa, tapi susah. Adalagi yang bilang “uang tidak bisa
membeli cinta”. Memang tidak bisa, tapi kalau kita jatuh cinta dan punya uang
itu lebih enak. Rasulullah SAW realistis sekali ketika dia mengatakan bahwa
diantara yang membuat orang itu bahagia adalah: Pertama, Istri yang sholehah,
kedua, rumah yang luas, dalam
hadits lain disebutkan
kamar-kamar yang banyak.
Menurut Syeikh Qordlowy yang disebut kamar-kamar itu minimal enam kamar.
Satu buah kamar untuk suami istri, sebuah kamar untuk anak laki- laki, sebuah
kamar untuk anak perempuan, sebuah untuk pembantu, dua buah kamar
lainnya untuk kerabat
suami dan istri
yang datang menginap di rumah.
Itu 6 kamar tidak termasuk dapur, ruang makan, ruang keluarga,
ruang tamu, perpustakaan
keluarga dan musholla. Kelanjutan dari hadits itu, dan
kendaraan yang nyaman.
Antum perhatikan
Rasulullah mengatakan rumah
dan kendaraan. Rumah itu
adalah indikator stabilitas
dan kendaraan itu
adalah indikator mobilitas. Rasulullah mengatakan kendaraan yang nyaman
bukan sekedar kendaraan. Naik angkot itu kendaraan tapi belum tentu nyaman,
tapi kalau ada sedan yang empuk sehingga kita bisa rehat, itu lebih bagus.
Pulang mengisi Liqa’, kalau kendaraannya nyaman kan sedikit mengurangi
kelelahan.
Itu juga
perlu garasi. Jika
suaminya pengurus DPW, istrinya pengurus DPW, maka masing- masing perlu
kendaraan juga. Kalau anaknya 7 siapa yang antar anaknya sekolah, jadi minimal
perlu 3 mobil. Waktu saya tidak punya mobil, saya punya motor. Anak saya
sekolah di al-Hikmah, jadi kalau pulang diantar sama keponakan saya, anak saya
diikat, takut kalau tidur sewaktu-waktu bisa jatuh dari motor.
Saya bilang saya dosa kalau anak
saya sampai meninggal, akhirnya saya menelepon teman saya, “tolong sediakan
mobil untuk saya”. Itulah pertama kali saya punya mobil. Dosa kita, kasihan anak
itu jatuh dari motor. Setengah mati kita pupuk- pupuk, kita lahirkan dengan
baik, tapi mati karena kecelakaan begitu. Kalau suaminya pengurus
DPW dan istrinya
aktif di salimah
atau di Pos Wanita Keadilan, kan perlu mobilitas
juga. Masa suaminya pergi pakai mobil, sedangkan istrinya pergi rapat kemana-
mana sambil gendong anak. Dia sudah hamil 9 bulan, merawat anak, malam tidak
tidur. Kita zhalim juga terhadap istri kalau kita tidak memberikan hal-hal yang
membuat dia nyaman
dalam kehidupan. Untungnya
waktu kita menikah dulu banyak
akhwat kita yang tidak tahu hadits ini.
Padahal dalam banyak pendapat di
berbagai madzhab misalnya di madzhab Imam
Syafi’i, apalagi Imam Malik, kewajiban
wanita itu yang sebenarnya hanya
melayani suami dan
mendidik anak, sedangkan pekerjaan rumah tangga, mencuci dan
seterusnya itu tidak termasuk dalam kewajiban wanita. Qiyadah-qiyadah akhwat
mengikuti daurah tingkat nasional kemarin di Jakarta. Coba bayangkan
akhwat-akhwat kita sebagian besar sarjana. Waktu kuliah dia direkrut kan salah
satu alasannya karena dia
anshirut taqyir dan
otaknya brilian.
Banyak akhwat kita Indeks Prestasinya 4,1
begitu 10 tahun menikah, dia sudah tidak
nyambung lagi dengan
suaminya kalau bicara,
karena dia mengalami stagnasi
intelektual. Tiba-tiba dia
mengerjakan semua semua pekerjaan
pembantu rumah tangga,
dia melahirkan juga, melayani suami
juga, memasak juga,
mencuci juga, dan
kadang-kadang kita terbawa
oleh romantika perjuangan,
rasanya heroik melihat istri
mencuci, suami pulang dakwah dalam keadaan lelah, istri dirumah mencuci,
mengepel lantai.
Sepuluh tahun
kemudian kita dielus-elus oleh
istri, kita pikir sedang dipijit, padahal hanya dielus-elus karena tangannya dipakai
untuk mencuci, jadi tangannya sudah bukan tangan ratu. Sementara suami pegang
pulpen, pegang kertas karena sibuk mengisi halaqah, sedangkan pekerjaan yang
kasar-kasar dikerjakan oleh istri. Sudah saatnya pekerjaan- pekerjaan begitu
kita delegasikan kepada mesin. Jangan buang waktu di dapur, di tempat mencuci.
Delegasikan kepada mesin. Kita ini orang- orang pilihan dari umat kita.
Berapa
banyak orang yang sarjana di negeri ini, sedikit. Makanya kalau capres
syaratnya S-1 calonnya juga nanti sedikit. Saya tidak setuju kalau capres itu
syaratnya S1, tamat SD pun bisalah. Sebagian besar orang ikut. Jadi yang bisa
merasakan pendidikan tinggi itu barang elit di negeri ini. Jadi kalau akhwat
kita yang sarjana itu setelah
menikah disuruh jadi
pembantu rumah tangga
atas nama kesetiaan, ketaatan,
cinta dan sejenisnya
maka kita telah
berbuat zalim terhadap SDM kita sendiri. Mungkin akhwat kita itu
sabar-sabar, dia menerima keadaan.
Tetapi walaupun dia menerima
keadaan, kita kehilangan potensi, kita kehilangan umur-umur terbaik. Sebenarnya
kalau dipacu untuk
dakwah, untuk kepentingan lebih besar, lebih strategis,
faedah yang didapat pun akanjauh lebih besar, waktu kita ini tidak akan cukup
mengerjakan hal- hal tersebut, maka belilah waktu orang lain.
Hitung- hitung kalau
beli tenaga pembantu
kita buka lapangan kerja, kita
bukan hanya mendelegasikan pekerjaan kita juga buka pekerjaan bagi orang lain. Kira-kira
itulah 5 alasan mengapa kita perlu kaya.
Memang, walaupun kita miskin kita masih
bisa bahagia, tapi itu jauh lebih susah. Bahkan terkadang kekayaan itu lebih
mendekatkan orang kepada Allah SWT dibanding
kemiskinan. Makanya Rasul
mengatakan tentang minum susu,
makan habbatussauda’, madu.
Coba kalau antum,
misalnya, tidur diatas kasur yang empuk dalam ruangan ber-AC, tidur 2
jam itu bisa sangat nyenyak.
Apalagi minum susu
hangat sebelum tidur.
Bangun pagi
minum madu campur
habbatussauda’. Saya kira
kita perlu memperbaiki dan
melihat kembali pemahaman
keagamaan seperti ini secara
benar. Sehingga kita
jangan menganggap kemewahan itu
justru melelehkan orang tapi bikin nyaman. Inilah 5 alasan mengapa kita harus
kaya.((anismatta/repostabadijayanews) tulisan 1-3
Tag :
taujih anis matta