Taujih Anis Matta : Alasan Kenapa Kita Harus Kaya (Bag-3 Habis)

Kelima, harta itu salah satu sebab yang dapat membuat orang itu bisa bahagia di dunia. Jangan lagi pernah bilang “biar miskin asal bahagia”. Sekarang perlu kita balik, “biar kaya asal bahagia”. Saya ingat guru saya waktu SD selalu mencari kamuflase, bahwa walaupun kita miskin tetap bisa bahagia. Memang bisa, tapi susah. Adalagi yang bilang “uang tidak bisa membeli cinta”. Memang tidak bisa, tapi kalau kita jatuh cinta dan punya uang itu lebih enak. Rasulullah SAW realistis sekali ketika dia mengatakan bahwa diantara yang membuat orang itu bahagia adalah: Pertama, Istri yang sholehah, kedua, rumah yang luas, dalam  hadits  lain  disebutkan  kamar-kamar  yang  banyak.  Menurut Syeikh Qordlowy yang disebut kamar-kamar itu minimal enam kamar. 


Satu buah kamar untuk suami istri, sebuah kamar untuk anak laki- laki, sebuah kamar untuk anak perempuan, sebuah untuk pembantu, dua buah  kamar  lainnya  untuk  kerabat  suami  dan  istri  yang  datang menginap di rumah. Itu 6 kamar tidak termasuk dapur, ruang makan, ruang  keluarga,  ruang  tamu,  perpustakaan  keluarga  dan  musholla. Kelanjutan dari hadits itu, dan kendaraan yang nyaman.


Antum  perhatikan  Rasulullah  mengatakan  rumah  dan  kendaraan. Rumah  itu  adalah  indikator  stabilitas  dan  kendaraan  itu  adalah indikator mobilitas. Rasulullah mengatakan kendaraan yang nyaman bukan sekedar kendaraan. Naik angkot itu kendaraan tapi belum tentu nyaman, tapi kalau ada sedan yang empuk sehingga kita bisa rehat, itu lebih bagus. Pulang mengisi Liqa’, kalau kendaraannya nyaman kan sedikit  mengurangi  kelelahan.  

Itu  juga  perlu  garasi.  Jika  suaminya pengurus DPW, istrinya pengurus DPW, maka masing- masing perlu kendaraan juga. Kalau anaknya 7 siapa yang antar anaknya sekolah, jadi minimal perlu 3 mobil. Waktu saya tidak punya mobil, saya punya motor. Anak saya sekolah di al-Hikmah, jadi kalau pulang diantar sama keponakan saya, anak saya diikat, takut kalau tidur sewaktu-waktu bisa jatuh dari motor.


Saya bilang saya dosa kalau anak saya sampai meninggal, akhirnya saya menelepon teman saya, “tolong sediakan mobil untuk saya”. Itulah pertama kali saya punya mobil. Dosa kita, kasihan anak itu jatuh dari motor. Setengah mati kita pupuk- pupuk, kita lahirkan dengan baik, tapi mati karena kecelakaan begitu. Kalau suaminya  pengurus  DPW  dan  istrinya  aktif  di  salimah  atau  di  Pos Wanita Keadilan, kan perlu mobilitas juga. Masa suaminya pergi pakai mobil, sedangkan istrinya pergi rapat kemana- mana sambil gendong anak. Dia sudah hamil 9 bulan, merawat anak, malam tidak tidur. Kita zhalim juga terhadap istri kalau kita tidak memberikan hal-hal yang membuat  dia  nyaman  dalam  kehidupan.  Untungnya  waktu  kita menikah dulu banyak akhwat kita yang tidak tahu hadits ini.

Padahal dalam banyak pendapat di berbagai madzhab misalnya di madzhab Imam  Syafi’i,  apalagi  Imam  Malik,  kewajiban  wanita  itu  yang sebenarnya  hanya  melayani  suami  dan  mendidik  anak,  sedangkan pekerjaan rumah tangga, mencuci dan seterusnya itu tidak termasuk dalam kewajiban wanita. Qiyadah-qiyadah akhwat mengikuti daurah tingkat nasional kemarin di Jakarta. Coba bayangkan akhwat-akhwat kita sebagian besar sarjana. Waktu kuliah dia direkrut kan salah satu alasannya  karena  dia  anshirut  taqyir  dan  otaknya  brilian.  

Banyak akhwat kita Indeks Prestasinya 4,1 begitu 10 tahun menikah, dia sudah tidak  nyambung  lagi  dengan  suaminya  kalau  bicara,  karena  dia mengalami  stagnasi  intelektual.  Tiba-tiba  dia  mengerjakan  semua semua  pekerjaan  pembantu  rumah  tangga,  dia  melahirkan  juga, melayani  suami  juga,  memasak  juga,  mencuci  juga,  dan  kadang-kadang  kita  terbawa  oleh  romantika  perjuangan,  rasanya  heroik melihat istri mencuci, suami pulang dakwah dalam keadaan lelah, istri dirumah  mencuci,  mengepel  lantai. 

Sepuluh  tahun  kemudian  kita dielus-elus oleh istri, kita pikir sedang dipijit, padahal hanya dielus-elus karena tangannya dipakai untuk mencuci, jadi tangannya sudah bukan tangan ratu. Sementara suami pegang pulpen, pegang kertas karena sibuk mengisi halaqah, sedangkan pekerjaan yang kasar-kasar dikerjakan oleh istri. Sudah saatnya pekerjaan- pekerjaan begitu kita delegasikan kepada mesin. Jangan buang waktu di dapur, di tempat mencuci. Delegasikan kepada mesin. Kita ini orang- orang pilihan dari umat kita. 

Berapa banyak orang yang sarjana di negeri ini, sedikit. Makanya kalau capres syaratnya S-1 calonnya juga nanti sedikit. Saya tidak setuju kalau capres itu syaratnya S1, tamat SD pun bisalah. Sebagian besar orang ikut. Jadi yang bisa merasakan pendidikan tinggi itu barang elit di negeri ini. Jadi kalau akhwat kita yang sarjana itu setelah  menikah  disuruh  jadi  pembantu  rumah  tangga  atas  nama kesetiaan,  ketaatan,  cinta  dan  sejenisnya  maka  kita  telah  berbuat zalim terhadap SDM kita sendiri. Mungkin akhwat kita itu sabar-sabar, dia menerima keadaan.

Tetapi walaupun dia menerima keadaan, kita kehilangan potensi, kita kehilangan umur-umur terbaik. Sebenarnya kalau  dipacu  untuk  dakwah,  untuk  kepentingan lebih besar, lebih strategis, faedah yang didapat pun akanjauh lebih besar, waktu kita ini tidak akan cukup mengerjakan hal- hal tersebut, maka belilah waktu orang  lain.  Hitung-  hitung  kalau  beli  tenaga  pembantu  kita  buka lapangan kerja, kita bukan hanya mendelegasikan pekerjaan kita juga buka pekerjaan bagi orang lain. Kira-kira itulah 5 alasan mengapa kita perlu kaya. 

Memang, walaupun kita miskin kita masih bisa bahagia, tapi itu jauh lebih susah. Bahkan terkadang kekayaan itu lebih mendekatkan orang kepada Allah SWT dibanding  kemiskinan.  Makanya  Rasul  mengatakan  tentang  minum susu,  makan  habbatussauda’,  madu.  Coba  kalau  antum,  misalnya, tidur diatas kasur yang empuk dalam ruangan ber-AC, tidur 2 jam itu bisa  sangat  nyenyak.  Apalagi  minum  susu  hangat  sebelum  tidur.

Bangun  pagi  minum  madu  campur  habbatussauda’.  Saya  kira  kita perlu  memperbaiki  dan  melihat  kembali  pemahaman  keagamaan seperti   ini   secara   benar.   Sehingga   kita   jangan   menganggap kemewahan itu justru melelehkan orang tapi bikin nyaman. Inilah 5 alasan mengapa kita harus kaya.((anismatta/repostabadijayanews) tulisan 1-3


pageads