Seluruh lampu di Tugu Gempa di kawasan Museum Adityawarman, Padang, pudur total, Sabtu (19/3) malam. Kawasan itu berubah kelam. Sejumlah anak muda kemudian menghidupkan lilin sebagai penerang.
Di antara kumpulan anak muda itu terlihat Walikota Padang, H. Mahyeldi Dt Marajo. Walikota ikut menyalakan ratusan lilin berbentuk angka 60+ di pelataran tugu tersebut.
Malam itu, Kota Padang sengaja mematikan lampu untuk memperingati “Earth Hour” #PadangKalam. Puncak peringatan mengusung tema “Padang Bisa Mengubah Dunia” itu dilakukan sebagai bentuk gerakan penghematan energi.
Walikota Padang mengatakan, gerakan ini sangat penting untuk mengingatkan warga Padang dan Indonesia tentang pentingnya kepedulian terhadap penghematan energi.
“Indonesia, termasuk Padang, masih kekurangan energi sehingga harus melakukan penghematan. Saya berharap, gerakan seperti ini berlanjut dan semakin banyak warga yang terlibat,” kata Mahyeldi.
Walikota menyebut, pada waktu pagi hari cukup banyak rumah dan kantor yang masih menghidupkan lampu. Hal ini terbilang mubazir. Apalagi saat ini Padang masih kekurangan energi.
“Energi listrik yang terpenuhi sekitar duapertiga. Kita butuh sepertiga lagi. Realnya, Padang butuh 600 Mw, yang terpenuhi hanya 400 Mw,” tukas Walikota yang malam itu didampingi Kepala Bapedalda, Edi Hasymi serta Kabag Humas dan Protokol, Mursalim.
Koordinator Earth Hour Padang, Rizky Sekar, menyebut bahwa Padang menjadi satu dari 37 kota yang telah terdaftar di Earth Hour Indonesia. Adapun Earth Hour 2016 menjadi tahun ketiga bagi Kota Padang mengambil bagian dari gerakan di bawah naungan World Wild Foundation (WWF) tersebut.
Rizky mengatakan, berbagai aksi digelar dalam memperingati Earth Hour 2016. Seperti pembersihan sungai, pengumpulan kertas tidak terpakai di sekolah atau instansi untuk program bank sampah, serta pembuatan tas dari baju bekas untuk mendukung gerakan kantong plastik berbayar.
“Pada acara puncak malam ini, selain talkshow interaktif dengan pemerintah provinsi dan kota, kami juga menggelar doa bersama untuk korban gempa bumi 2009, pertunjukan oleh rekan-rekan komunitas, dan pemadaman lampu secara serentak di sejumlah titik,” kata Rizky.
Founder Earth Hour Padang, Andahayani Yoseph, mengatakan, meskipun ini upaya kecil, kalau bisa dilakukan serentak, efeknya akan sangat besar.
Sebelumnya, Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno juga menyempatkan diri hadir dalam acara ini. Gubernur mengatakan sangat mendukung kegiatan tersebut. Irwan berjanji untuk mendorong agar pada tahun berikutnya, kegiatan tersebut digelar tidak hanya di Padang, tetapi juga kabupaten dan kota lain di Sumatera Barat.(padangrancak)
Di antara kumpulan anak muda itu terlihat Walikota Padang, H. Mahyeldi Dt Marajo. Walikota ikut menyalakan ratusan lilin berbentuk angka 60+ di pelataran tugu tersebut.
Malam itu, Kota Padang sengaja mematikan lampu untuk memperingati “Earth Hour” #PadangKalam. Puncak peringatan mengusung tema “Padang Bisa Mengubah Dunia” itu dilakukan sebagai bentuk gerakan penghematan energi.
Walikota Padang mengatakan, gerakan ini sangat penting untuk mengingatkan warga Padang dan Indonesia tentang pentingnya kepedulian terhadap penghematan energi.
“Indonesia, termasuk Padang, masih kekurangan energi sehingga harus melakukan penghematan. Saya berharap, gerakan seperti ini berlanjut dan semakin banyak warga yang terlibat,” kata Mahyeldi.
Walikota menyebut, pada waktu pagi hari cukup banyak rumah dan kantor yang masih menghidupkan lampu. Hal ini terbilang mubazir. Apalagi saat ini Padang masih kekurangan energi.
“Energi listrik yang terpenuhi sekitar duapertiga. Kita butuh sepertiga lagi. Realnya, Padang butuh 600 Mw, yang terpenuhi hanya 400 Mw,” tukas Walikota yang malam itu didampingi Kepala Bapedalda, Edi Hasymi serta Kabag Humas dan Protokol, Mursalim.
Koordinator Earth Hour Padang, Rizky Sekar, menyebut bahwa Padang menjadi satu dari 37 kota yang telah terdaftar di Earth Hour Indonesia. Adapun Earth Hour 2016 menjadi tahun ketiga bagi Kota Padang mengambil bagian dari gerakan di bawah naungan World Wild Foundation (WWF) tersebut.
Rizky mengatakan, berbagai aksi digelar dalam memperingati Earth Hour 2016. Seperti pembersihan sungai, pengumpulan kertas tidak terpakai di sekolah atau instansi untuk program bank sampah, serta pembuatan tas dari baju bekas untuk mendukung gerakan kantong plastik berbayar.
“Pada acara puncak malam ini, selain talkshow interaktif dengan pemerintah provinsi dan kota, kami juga menggelar doa bersama untuk korban gempa bumi 2009, pertunjukan oleh rekan-rekan komunitas, dan pemadaman lampu secara serentak di sejumlah titik,” kata Rizky.
Founder Earth Hour Padang, Andahayani Yoseph, mengatakan, meskipun ini upaya kecil, kalau bisa dilakukan serentak, efeknya akan sangat besar.
Sebelumnya, Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno juga menyempatkan diri hadir dalam acara ini. Gubernur mengatakan sangat mendukung kegiatan tersebut. Irwan berjanji untuk mendorong agar pada tahun berikutnya, kegiatan tersebut digelar tidak hanya di Padang, tetapi juga kabupaten dan kota lain di Sumatera Barat.(padangrancak)
Tag :
Warta Daerah