Penggusuran kawasan Pasar Ikan yang berada di Sunda Kelapa, Penjaringan, Jakarta Utara, membuat ratusan orang kehilangan mata pencaharian.
Salah satunya, Khadijah (42), pedagang sembako di Pasar Ikan. Dia merasakan kenyataan pahit kehilangan sumber ekonomi akibat kebijakan pemerintah provinsi DKI Jakarta yang menggusur kawasan itu.
"Berat rasanya ninggalin sini (Pasar Ikan). Sudah 10 tahun tinggal di sini. Kalau di rusun (rumah susun) kan ga bisa (hidup) soalnya tidak boleh usaha di sana," kata Khadijah di kawasan Sunda Kelapa, Senin (11/4).
Perempuan asli Banten itu terpaksa meninggalkan seluruh usahanya di pesisir utara Jakarta. Bukan hanya warung tempat dia mengais rezeki selama 10 tahun, namun juga Khadijah meninggalkan harta berupa dua buah rumah di kawasan dekat Museum Bahari.
Kini, dua rumah yang dibeli dan perbaiki Khadijah sejak awal menetap di Jakarta sudah rata dengan tanah.
Pasca penggusuran, Khadijah tak akan meneruskan hidup di ibu kota. Ia lebih memilih pulang ke kampung halamannya di Balaraja, Tangerang, dibanding menetap di rusun yang sudah disediakan Pemprov DKI Jakarta.
Alasan Khadijah untuk pulang kampung sederhana. Ia ingin meneruskan hidup dan usaha di sana, tanpa harus terkekang oleh peraturan yang kerap membayangi jika ia bermukim di rusun.
"Rumah susun yang disediakan kan tetap kontrak statusnya. Harus bayar juga kalau sudah tiga bulan lewat. Lebih baik saya pulang, sudah angkut barang habis Rp2 juta ke Balaraja," katanya.
Ibu dari tiga anak itu mengaku tak mendapat bantuan sedikitpun dari Pemprov DKI Jakarta untuk pulang ke kampungnya. Ia akan pulang siang ini, setelah seluruh kerabat dan keluarganya selesai menyaksikan robohnya bekas kediaman mereka.
Penggusuran dan perpindahan Khadijah juga berdampak pada kebersamaan keluarganya. Khadijah yang memilih pulang kampung, terpaksa meninggalkan anaknya seorang diri di ibu kota sejak hari ini. Anaknya diminta tetap di Jakarta untuk melanjutkan pendidikannya.
"Anak saya tinggal di Kebon Jeruk, sekolah di sana masih SMP kelas 2. Tahun depan udah mau ujian di sini, makanya biar ditinggalin aja deh," katanya.
Bukan tanpa beban Khadijah meninggalkan anaknya seorang diri di Jakarta. Namun, menurutnya itu merupakan pilihan terbaik yang dapat diambil, agar pendidikan putranya dapat berjalan tanpa gangguan.(cnni)
Salah satunya, Khadijah (42), pedagang sembako di Pasar Ikan. Dia merasakan kenyataan pahit kehilangan sumber ekonomi akibat kebijakan pemerintah provinsi DKI Jakarta yang menggusur kawasan itu.
"Berat rasanya ninggalin sini (Pasar Ikan). Sudah 10 tahun tinggal di sini. Kalau di rusun (rumah susun) kan ga bisa (hidup) soalnya tidak boleh usaha di sana," kata Khadijah di kawasan Sunda Kelapa, Senin (11/4).
Perempuan asli Banten itu terpaksa meninggalkan seluruh usahanya di pesisir utara Jakarta. Bukan hanya warung tempat dia mengais rezeki selama 10 tahun, namun juga Khadijah meninggalkan harta berupa dua buah rumah di kawasan dekat Museum Bahari.
Kini, dua rumah yang dibeli dan perbaiki Khadijah sejak awal menetap di Jakarta sudah rata dengan tanah.
Pasca penggusuran, Khadijah tak akan meneruskan hidup di ibu kota. Ia lebih memilih pulang ke kampung halamannya di Balaraja, Tangerang, dibanding menetap di rusun yang sudah disediakan Pemprov DKI Jakarta.
Alasan Khadijah untuk pulang kampung sederhana. Ia ingin meneruskan hidup dan usaha di sana, tanpa harus terkekang oleh peraturan yang kerap membayangi jika ia bermukim di rusun.
"Rumah susun yang disediakan kan tetap kontrak statusnya. Harus bayar juga kalau sudah tiga bulan lewat. Lebih baik saya pulang, sudah angkut barang habis Rp2 juta ke Balaraja," katanya.
Ibu dari tiga anak itu mengaku tak mendapat bantuan sedikitpun dari Pemprov DKI Jakarta untuk pulang ke kampungnya. Ia akan pulang siang ini, setelah seluruh kerabat dan keluarganya selesai menyaksikan robohnya bekas kediaman mereka.
Penggusuran dan perpindahan Khadijah juga berdampak pada kebersamaan keluarganya. Khadijah yang memilih pulang kampung, terpaksa meninggalkan anaknya seorang diri di ibu kota sejak hari ini. Anaknya diminta tetap di Jakarta untuk melanjutkan pendidikannya.
"Anak saya tinggal di Kebon Jeruk, sekolah di sana masih SMP kelas 2. Tahun depan udah mau ujian di sini, makanya biar ditinggalin aja deh," katanya.
Bukan tanpa beban Khadijah meninggalkan anaknya seorang diri di Jakarta. Namun, menurutnya itu merupakan pilihan terbaik yang dapat diambil, agar pendidikan putranya dapat berjalan tanpa gangguan.(cnni)
Tag :
Warta Daerah