Mengajak kebaikan atau bahasa kerennya kegiatan dakwah, adalah bahasa cinta. Dan yang diajarkann Rasulullah SAW tentang mengajak kepada kebaikan ialah dengan kelembutan hati.
Maka diawal periode kehidupa dakwah Rasulullah SAW, Walaupun Rasulullah dapat sikap yang kurang baik dari masyarakatnya; dihina dan dimaki, tapi ia balas dengan cinta yang penuh arti.
Jadi disayangkan ketika kita ngajak kebaikan tapi diiringin dengan pemaksaan yang kesanya serem, itu sedikit keliru, kenapa? Karena sebagaimana yang diteladankan oleh Rasulullah SAW. Sesuatu yang baik perlu disampaikan dengan cara yang baik pula.
Contohnya banyak para muslimah yang baru belajar pake jilbab tapi belum terlalu baik, maka jangan disindir, apalagi di sudutkan, tapi beri perhatian, kelembutan senyuman dan keteladanan.
Disadarai atau tidak kita terkadang menilai mereka, kita merasa lebih dari mereka. Kalau ngajak kebaikan jangan serem-serem atuuh. Perlu proses bagi mereka, kan ini bukan cerita sangkuriang yang ngerjain kapal gede cuman semalem. tentu perlu proses dan perlu ketulusan juga kecintaan bagi kita untuk membantunya
Ada lagi nih, pemuda yang perilakunya masih tidak terjaga, dan kurang baik. yang kaya gini jangan dijauhin, apalagi kita kucilin. tapi harus kita deketin, Ada dinasehatin, kesannya kita ngeguruin, kita ngatain : “insyaflah nanti kamu mati, terus di kenerakain gimana? Taubatlah bung!!!”. Serem amet, kalau ngajak kebaikan jangan serem-serem atuuh.
Jadilah pribadi yang hangat dan gaul, biar mereka nyaman dengan kita. Perlu proses dan perlu ketulusan dan kecintaan bagi kita untuk membantunya. Lagian kewajiban kita cuman nyampein doang, bukan maksa mereka untuk sesuai dengan kita. Karena Allah yang berhak membolak balikin hati manusia. Cukup tugas kita hanya dengan menyampaikan.
Tentu saja kita sebagai para penyampai kebaikan tidak bisa luput dari kehilapan itu, bisa saja kita terlalu semangat sehingga lupa hal yang mendasar seperti itu tapi,kita juga perlu belajar untuk memahami. kalau ngajak kebaikan jangan serem-serem atuh.
Maka belajarlah dengan hikmah, plus tambah wawasan kita dengan membaca buku agama yang di imbangi dengan buku-buku psikologi, sejarah, manajemen dll. Nah membaca lingkungan juga adalah inti utama kita. Agar kita dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan masyarakat.
Dengan itu diharapkan pandangan kita gak terkesan membuat orang tergurui namun menikmati dan mengikuti.
Ada baiknya kita coba baca nasihat cinta yang ada di dalam buku pedoman hidup kita, yakni Al-Quran, Allah berfirman dalam surah An-Nahl : 125
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”
Kita kadang terlalu keras mengajak kebaikan kepada orang lain, tapi mampukah kita bersikap keras kepada diri kita sendiri? Besikap lembut penuh keteladananlah yang merupakan ciri kasih sayang dalam ngajak kebaiakan. Itu baru kebaikan yang hakiki. Kalau ngajak kebaikan jangan serem-serem atuh.
Ngajak kebaikan itu merupakan, ungkapan kasih seorang insan dalam menjaga saudaranya, itulah yang diajarkan duta Allah di muka bumi, tauladan kita, Rasulullah Muhammad SAW.(ldmuinbandung)
Maka diawal periode kehidupa dakwah Rasulullah SAW, Walaupun Rasulullah dapat sikap yang kurang baik dari masyarakatnya; dihina dan dimaki, tapi ia balas dengan cinta yang penuh arti.
Jadi disayangkan ketika kita ngajak kebaikan tapi diiringin dengan pemaksaan yang kesanya serem, itu sedikit keliru, kenapa? Karena sebagaimana yang diteladankan oleh Rasulullah SAW. Sesuatu yang baik perlu disampaikan dengan cara yang baik pula.
Contohnya banyak para muslimah yang baru belajar pake jilbab tapi belum terlalu baik, maka jangan disindir, apalagi di sudutkan, tapi beri perhatian, kelembutan senyuman dan keteladanan.
Disadarai atau tidak kita terkadang menilai mereka, kita merasa lebih dari mereka. Kalau ngajak kebaikan jangan serem-serem atuuh. Perlu proses bagi mereka, kan ini bukan cerita sangkuriang yang ngerjain kapal gede cuman semalem. tentu perlu proses dan perlu ketulusan juga kecintaan bagi kita untuk membantunya
Ada lagi nih, pemuda yang perilakunya masih tidak terjaga, dan kurang baik. yang kaya gini jangan dijauhin, apalagi kita kucilin. tapi harus kita deketin, Ada dinasehatin, kesannya kita ngeguruin, kita ngatain : “insyaflah nanti kamu mati, terus di kenerakain gimana? Taubatlah bung!!!”. Serem amet, kalau ngajak kebaikan jangan serem-serem atuuh.
Jadilah pribadi yang hangat dan gaul, biar mereka nyaman dengan kita. Perlu proses dan perlu ketulusan dan kecintaan bagi kita untuk membantunya. Lagian kewajiban kita cuman nyampein doang, bukan maksa mereka untuk sesuai dengan kita. Karena Allah yang berhak membolak balikin hati manusia. Cukup tugas kita hanya dengan menyampaikan.
Tentu saja kita sebagai para penyampai kebaikan tidak bisa luput dari kehilapan itu, bisa saja kita terlalu semangat sehingga lupa hal yang mendasar seperti itu tapi,kita juga perlu belajar untuk memahami. kalau ngajak kebaikan jangan serem-serem atuh.
Maka belajarlah dengan hikmah, plus tambah wawasan kita dengan membaca buku agama yang di imbangi dengan buku-buku psikologi, sejarah, manajemen dll. Nah membaca lingkungan juga adalah inti utama kita. Agar kita dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan masyarakat.
Dengan itu diharapkan pandangan kita gak terkesan membuat orang tergurui namun menikmati dan mengikuti.
Ada baiknya kita coba baca nasihat cinta yang ada di dalam buku pedoman hidup kita, yakni Al-Quran, Allah berfirman dalam surah An-Nahl : 125
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”
Kita kadang terlalu keras mengajak kebaikan kepada orang lain, tapi mampukah kita bersikap keras kepada diri kita sendiri? Besikap lembut penuh keteladananlah yang merupakan ciri kasih sayang dalam ngajak kebaiakan. Itu baru kebaikan yang hakiki. Kalau ngajak kebaikan jangan serem-serem atuh.
Ngajak kebaikan itu merupakan, ungkapan kasih seorang insan dalam menjaga saudaranya, itulah yang diajarkan duta Allah di muka bumi, tauladan kita, Rasulullah Muhammad SAW.(ldmuinbandung)
Tag :
liqo