(1) AlMaidah 51 fenomenal. Berteman setia dengan Yahudi dan Nasrani, apalagi menjadikan mereka pemimpin. Muslim yang bersama kafir, bagian utuh dari kekufuran. Muslim tanpa iman.
(2) Muslim yang hatinya berpenyakit, bergegas memberikan dukungan pada kaum kafir. Mulutnya selalu berkata bijak. Berlindung di balik dalil dan dalih. Hatinya busuk mengkhawatirkan, kekalahan menimpa kaum kafir.
(3) Satu sama lain saling menutupi. Saling melindungi. Tak boleh ada yang terbongkar. Satu saja terbongkar. Kejahatan lebih besar lagi bisa terang benderang. Prinsip mereka: tidak boleh kalah, walau langit runtuh sekalipun.
(4) Tipe muslim di atas. Allah pastikan akan menggantinya dengan generasi pilihan. Generasi yang Allah cintai. Mencintai Allah. Santun pada sesama Muslim. Tegas pada kaum kafir. Konsisten dalam jihad fi Sabilillah. Tak peduli sinisme atau tuduhan intoleran hingga teroris.
(5) Masalahnya siapa generasi dimaksud? Generasi yang hidupnya fokus pada penuntasan misi-misi Ilahi. Generasi demikian hanya lahir dari proses tanzhim (organisasi terstruktur, massif). Pepatah mengatakan: Kebenaran yang tidak tersistem, dikalahkan kebatilan yang sistemik.
(6) Perhatikan. Anasir kebatilan bisa bercokol di republik yang dimerdekakan oleh pekikan takbir dan gelora jihad. Lho kok bisa? Jelas bisa. Mereka menebar dan mengakar ke dalam sanubari kehidupan. Ibarat kangker. Terus mematikan sel-sel kebaikan.
(7) Seni. Budaya. Politik. Ekonomi. Militer. Sosial. Agama. Semua mereka isi. Pintu masuk berbeda-beda. Bendera berlainan. Bersabar. Terus menjadi magnet. Menarik semua elemen. Menjadi pengikut fanatik, tak tergoyahkan.
(8) Iwan Fals. Slank. Ahox. Jokowi. Tito. Ade Armando. Zuhairi. Nusron. Lalu generasi tuanya: Luhut, Mega, Sutiyoso, Tjiptaning, Hendro, segelintir contoh dari ordo yang sistemik. Tak henti meregenerasi. Fokus pada target yang dibebankan.
(9) Bandingkan dengan sel-sel kebajikan. Dalam bahasa DannySiregar mengistilahkannya (maaf) dengan ONANI. Terpuaskan sebentar. Lalu abai. Setelah itu sibuk dengan kesulitan hidup. Lupa pada visi dan tugas keilahian. Potensi terberai. Bergerak tak tentu arah.
(10) Satu lagi. Anasir kebatilan punya dirijen yang piawai. Suara berlainan. Tapi dipadukan jadi satu irama. Membuai dan melalaikan kalangan awam. Menipu kalangan terdidik. Lain halnya dengan anasir kebajikan. Tidak lagi memiliki dirijen.
(11) Momentum 411 atau 2511, sepatutnya melahirkan dirijen baru. Sosok penakluk, muharrik, ahli ibadah, berjiwa ksatria yang bisa mengolah kumpulan manusia menjadi energi dahsyat. Power yang bisa menyingkirkan sel-sel jahat.
(12) Siapakah dirijen itu? Yang jelas bukan sosok penakut yang berlindung di balik fasilitas dan jabatan mewah.(nandang burhanudin)
(2) Muslim yang hatinya berpenyakit, bergegas memberikan dukungan pada kaum kafir. Mulutnya selalu berkata bijak. Berlindung di balik dalil dan dalih. Hatinya busuk mengkhawatirkan, kekalahan menimpa kaum kafir.
(3) Satu sama lain saling menutupi. Saling melindungi. Tak boleh ada yang terbongkar. Satu saja terbongkar. Kejahatan lebih besar lagi bisa terang benderang. Prinsip mereka: tidak boleh kalah, walau langit runtuh sekalipun.
(4) Tipe muslim di atas. Allah pastikan akan menggantinya dengan generasi pilihan. Generasi yang Allah cintai. Mencintai Allah. Santun pada sesama Muslim. Tegas pada kaum kafir. Konsisten dalam jihad fi Sabilillah. Tak peduli sinisme atau tuduhan intoleran hingga teroris.
(5) Masalahnya siapa generasi dimaksud? Generasi yang hidupnya fokus pada penuntasan misi-misi Ilahi. Generasi demikian hanya lahir dari proses tanzhim (organisasi terstruktur, massif). Pepatah mengatakan: Kebenaran yang tidak tersistem, dikalahkan kebatilan yang sistemik.
(6) Perhatikan. Anasir kebatilan bisa bercokol di republik yang dimerdekakan oleh pekikan takbir dan gelora jihad. Lho kok bisa? Jelas bisa. Mereka menebar dan mengakar ke dalam sanubari kehidupan. Ibarat kangker. Terus mematikan sel-sel kebaikan.
(7) Seni. Budaya. Politik. Ekonomi. Militer. Sosial. Agama. Semua mereka isi. Pintu masuk berbeda-beda. Bendera berlainan. Bersabar. Terus menjadi magnet. Menarik semua elemen. Menjadi pengikut fanatik, tak tergoyahkan.
(8) Iwan Fals. Slank. Ahox. Jokowi. Tito. Ade Armando. Zuhairi. Nusron. Lalu generasi tuanya: Luhut, Mega, Sutiyoso, Tjiptaning, Hendro, segelintir contoh dari ordo yang sistemik. Tak henti meregenerasi. Fokus pada target yang dibebankan.
(9) Bandingkan dengan sel-sel kebajikan. Dalam bahasa DannySiregar mengistilahkannya (maaf) dengan ONANI. Terpuaskan sebentar. Lalu abai. Setelah itu sibuk dengan kesulitan hidup. Lupa pada visi dan tugas keilahian. Potensi terberai. Bergerak tak tentu arah.
(10) Satu lagi. Anasir kebatilan punya dirijen yang piawai. Suara berlainan. Tapi dipadukan jadi satu irama. Membuai dan melalaikan kalangan awam. Menipu kalangan terdidik. Lain halnya dengan anasir kebajikan. Tidak lagi memiliki dirijen.
(11) Momentum 411 atau 2511, sepatutnya melahirkan dirijen baru. Sosok penakluk, muharrik, ahli ibadah, berjiwa ksatria yang bisa mengolah kumpulan manusia menjadi energi dahsyat. Power yang bisa menyingkirkan sel-sel jahat.
(12) Siapakah dirijen itu? Yang jelas bukan sosok penakut yang berlindung di balik fasilitas dan jabatan mewah.(nandang burhanudin)