Gaya kepemimpinan adalah cara atau pendekatan yang dilakukan oleh pemimpin kepada bawahannya agar bawahannya ingin melakukan rencana-rencana yang di susun oleh pemimpinnya. Gaya kepemimpinan yang salah atau pendekatan yang salah kepada bawahan akan berdampak buruk kepada citra pemimpin itu sendiri. Jika citra pemimpin tersebut tidak lagi dianggap positif oleh para pendukungnya, maka hal ini bisa menjadi sebuah ancaman untuk para pemimpin yang dianggap buruk oleh bawahannya. Saya telah merangkum gaya kepemimpinan para pemimpin negara yang dinilai sudah terlalu lama dan kurang baik oleh rakyatnya sehingga para pemimpin tersebut dijatuhkan atas dasar kekuatan rakyat.
1. Soeharto
Kakek Soeharto yang memiliki rutinitas memberi komando pada kerbau saat membajak sawah merupakan awal Soeharto dalam belajar kepemimpinan. Haji Muhammad Soeharto lahir di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta pada tanggal 8 Juni 1921. Presiden Indonesia yang kedua ini memulai berkuasa pada tahun 1968, menggantikan presiden RI pertama, Soekarno. Ia terpilih dalam memimpin Negara Republik Indonesia selama hampir tujuh periode berturut-turut, pada tahun 1968, 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, 1998. Namun pada tahun 1998 melalui aksi demo besar-besaran pada Mei 1998, ia ditumbangkan oleh kekuatan rakyat. Sejumlah aktivis dari kalangan mahasiswa turun ke jalan meminta agar ia turun dari jabatannya. Puncak kemarahan mahasiswa adalah pada tanggal 12 Mei 1998, yang terbunuhnya 4 mahasiswa Universitas Trisakti. Sehingga memicu demo yang lebih besar lagi. Pada tanggal 21 Mei 1998, presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia untuk menghindari perpecahan dan meletusnya ketidakstabilan di Indonesia. Kepemimpinan Soeharto membuat Indonesia dijuluki sebagai macan Asia karena pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat, dan hubungan baik dengan negara-negara di PBB sehingga membuat Indonesia terangkat dari daftar salah satu negara miskin di dunia, menjadi negara berkembang. Namun selama 32 tahun berkuasa, setelah pada posisi pucuk Presiden Soeharto mulai menunjukkan taringnya. kepemimpinannya dinilai bersifat otoriter, tidak semua orang bisa mengkritisi pola kepemimpinannya. Pada 20 Januari 1978, Presiden Soeharto melarang terbit tujuh surat kabar, yaitu Kompas, Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesian Times, Sinar Pagi, Pos Hari. Pers, masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk mengemukakan opini. Selama presiden ini berkuasa, cukup banyak aktivis yang hilang karena mengkritik pola pemerintahannya. Kepemimpinan Soeharto juga dinilai dengan banyaknya penyimpangan tindakan korupsi, sehingga kemakmuran hanya dinikmati oleh orang-orang disekitarnya, tidak merata kepada masyarakat miskin, angka pengangguran sangat tinggi. Menurut Tranparency International, Soeharto menggelapkan uang dengan jumlah terbanyak dibandingkan pemimpin dunia lain dalam sejarah dengan perkiraan 15-35 miliar dolar A.S. selama 32 tahun masa pemerintahannya.
2. Husni Mubarak
Kepemimpinan Husni Mubarak adalah pada saat Presiden Anwar Sadat terbunuh pada 6 Oktober 1981 oleh kelompok radikal. Presiden Mesir yang keempat ini lahir di Kafr-El Meselha, Al Monufiyah pada tanggal 4 Mei 1928. Ia memerintah selama lebih kurang 30 tahun. Dia adalah presiden terlama mesir. Pola pemerintahannya dinilai bersifat diktator, kejam, dan korup. Kepemimpinan mubarok dinilai penuh dengan skandal dan penyiksaan. Menurut Kemlu AS, tekanan dan penyiksaan oleh pemerintah Mesir dialamatkan kepada para aktivis politik. Terutama diantaranya adalah gerakan Ikhwanul Muslimin (IM). Pada usianya yang telah memasuki angka delapan. Mubarak dipaksa mundur oleh rakyatnya. Rakyat Mesir nampaknya sudah lelah dengan gaya kepemimpinan mubarak, dan dinilai Mubarak sudah tidak peka lagi dengan krisis ekonomi yang terjadi di Mesir. Demonstrasi besar-besaran yang terjadi di seluruh Mesir menuntut agar Presiden Hosni Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun untuk melepaskan jabatannya. Setelah demonstrasi berlangsung selama 18 hari, akhirnya Presiden Mubarak mundur pada tanggal 11 Februari 2011. Kemundurannya merupakan awal Revolusi Mesir pada tahun 2011.
3. Ferdinand Marcos
Ferdinand Edralin Marcos lahir di Sarrat, Ilocos Norte, Filipina, pada 11 September 1917. Ia merupakan Presiden Philipinan ke-10. Kepemimpinannya dimuladi pada tanggal 30 Desember 1965 sampai 25 Februari. “People Power Revolution” mendesak ia untuk turun dari jabatannya. Hal ini karena rakyat sudah tak tahan lagi dengan gaya kepemimpinannya yang diktator, otoriter, dan syarat dengan berbagai kecurangan. ia dianggap sebagai pemimpin yang korup dan melakukan pelanggaran Ham Aksasi Manusia. Pemerhati HAM menyatakan Presiden ini bertanggung jawab atas kehilangan 759 orang, 3.257 pembunuhan, 35.000 penyiksaan dan 70.000 penahanan. Saking berkuasanya dia bisa meletakan istrinya menjadi Menteri Pemukiman (1972-1986). Setelah terjadinya “People Power Revolution”, Marcos dan istrinya, Imelda Marcos, kabur ke Hawai, dan dia meninggal dunia di tempat pelariannya pada tanggal 28 September 1989 akibat penyakit ginjal, jantung, dan paru-paru.
4. Ali Abdullah Saleh
Ali Abdullah Saleh adalah Presiden Yaman yang pada periode 1990-2012. Ali Abdullah Saleh lahir pada tanggal 21 Maret 1942. Ali Abdullah Saleh telah memerintah Yaman Selama 33 tahun. Ia mengundurkan diri pada Februari 2012 seteleh digoyang demontrasi besar-besaran anti-Saleh. Tak kurang dari 20.000 pengunjuk rasa anti pemerintah Yaman meminta pergantian pemerintah dan menolak tawaran Presiden Saleh untuk mundur pada tahun 2013. Rakyat menginginkan pergantian rezim. Ali Abdullah Saleh dinilai pemimpin yang korup, dan diktator. Rakyat mengeluhkan soal peningkatan kemiskinan di kalangan rakyat berusia produktif yang terus bertambah, dan kurangnya kebebasan berpolitik. Angka pengangguran di Yaman mencapai 40 %, sementara harga pangan terus meningkat dan tingkat kurang gizi mencapai titik yang parah. Pada saat kepemimpinanya pula masyarakat diresahkan dengan masalah keamanan seperti gerakan separatis di selatan dan perlawanan para pemberontak Shai Houthi di wilayah utara.
5. Zine Abidine Ben Ali
Zine Abidine Ben Ali adalah Presiden Republik Tunisia. Ia lahir pada tanggal 3 September 1936. Berawal pada saat terjadinya kudeta berdarah untuk menggulingkan Presiden Habib Bourguiba, ia mulai menjabat sebagai presiden pada tanggal 7 November 1987. Pola kepemimpinan Ben dianggap otoriter dan tidak mau mendengarkan rakyatnya sendiri, lawan politiknya yang memberikan opini tentang pola kepemimpinannya banyak yang dianaya, angka pengangguran dan kemiskinan pun sangat tinggi. Kemarahan rakyat terhadap presiden ini memuncak setelah seorang tukang sayur berusia 26 tahun, Mohamed Bouazizi, melakukan aksi bakar diri karena barang dangannya disita polisi di kota Sidi Bouzid pada tanggal 17 Desember 2010. Rakyat yang sudah geram dengan pola kepemimpinanya yang diktator, dan otoriter selama 23 berkuasa memicu penolakan terhadap dirinya. Hal ini ditandai dengan aksi demo besar-besaran di seantero negeri yang menimbulkan korban jiwa sekitar 100 orang. Pada tanggal 14 Januari 2011 Ben menyatakan mundur melepaskan bangku jabatannya.
6. Joseph Estrada
Joseph Estrada merupakan Presiden Filipina yang ke-13. Ia lahir di Tondo, Manila pada tanggal 19 April 1937. Ia mulai berkuasa pada tanggal 30 Juni 1998. Kasus skandal korupsi membuat karis Joseph hancur. Kemarahan pun terjadinya sehingga pada tanggal 20 Januari 2001, Joseph digulingkan rakyatnya melalui revolusi ADSA.
7. Muammar Abu Minyar al-Qaddafi
Muammar Gaddafi adalah pemimpin libia. Ia lahir pada tanggal 7 Juni 1942 di Surt, Tripolitania. Ia telah memipin libya selama lebih kurang 41 tahun, dari tahun 1969 sampai dengan tahun 2011. Ghadaffi dianggap merupakan pemimpin yang kejam, dan diktator. Kehidupan warga Libya dibatasi semenjak ia mencapai puncak tertinggi pemerintahan Libya. Keluarga Gaddafi mengambil alif sebagian besar perekonomian Libya. Gaddafi menggunakan miliaran pendapatan minyak untuk proyek-proyek internasional. Menurut informasi, ia mengalokasikan pendapatan negara untuk mensponsori teror dan kegiatan politik lainnya di seluruh dunia. Kelelahan masyarakat akan kepemimpinannya memicu demo besar-besaran menuntut dirinya turun dari jabatan tertinggi pemerintahan Libya. Pemberontakan terhadap rezim kolonel Gaddafi yang mulai berkuasa lebih kurang 41 tahun mulai pecah pertengahan bulan Februari setelah rakyat Tunisi dan Mesir bangkit dan melengserkan pemimpin masing-masing.
Bila kita melihat gaya kepemimpinan mereka, mereka cenderung memiliki gaya kepemimpinan yang otoriter, diktator, yang tidak mau mendengarkan aspirasi rakyat. Padahal rakyat sangat berpengaruh dalam melengserkan mereka. Aspirasi rakyat biasanya ditunjukkan dalam demo pada sistem pemerintahan demokrasi, namun jika demo tersebut tetap tidak didengar oleh pemimpinnya demo tersebut akan berubah menjadi democrazy. (helmanilaadi)
1. Soeharto
Kakek Soeharto yang memiliki rutinitas memberi komando pada kerbau saat membajak sawah merupakan awal Soeharto dalam belajar kepemimpinan. Haji Muhammad Soeharto lahir di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta pada tanggal 8 Juni 1921. Presiden Indonesia yang kedua ini memulai berkuasa pada tahun 1968, menggantikan presiden RI pertama, Soekarno. Ia terpilih dalam memimpin Negara Republik Indonesia selama hampir tujuh periode berturut-turut, pada tahun 1968, 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, 1998. Namun pada tahun 1998 melalui aksi demo besar-besaran pada Mei 1998, ia ditumbangkan oleh kekuatan rakyat. Sejumlah aktivis dari kalangan mahasiswa turun ke jalan meminta agar ia turun dari jabatannya. Puncak kemarahan mahasiswa adalah pada tanggal 12 Mei 1998, yang terbunuhnya 4 mahasiswa Universitas Trisakti. Sehingga memicu demo yang lebih besar lagi. Pada tanggal 21 Mei 1998, presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia untuk menghindari perpecahan dan meletusnya ketidakstabilan di Indonesia. Kepemimpinan Soeharto membuat Indonesia dijuluki sebagai macan Asia karena pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat, dan hubungan baik dengan negara-negara di PBB sehingga membuat Indonesia terangkat dari daftar salah satu negara miskin di dunia, menjadi negara berkembang. Namun selama 32 tahun berkuasa, setelah pada posisi pucuk Presiden Soeharto mulai menunjukkan taringnya. kepemimpinannya dinilai bersifat otoriter, tidak semua orang bisa mengkritisi pola kepemimpinannya. Pada 20 Januari 1978, Presiden Soeharto melarang terbit tujuh surat kabar, yaitu Kompas, Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesian Times, Sinar Pagi, Pos Hari. Pers, masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk mengemukakan opini. Selama presiden ini berkuasa, cukup banyak aktivis yang hilang karena mengkritik pola pemerintahannya. Kepemimpinan Soeharto juga dinilai dengan banyaknya penyimpangan tindakan korupsi, sehingga kemakmuran hanya dinikmati oleh orang-orang disekitarnya, tidak merata kepada masyarakat miskin, angka pengangguran sangat tinggi. Menurut Tranparency International, Soeharto menggelapkan uang dengan jumlah terbanyak dibandingkan pemimpin dunia lain dalam sejarah dengan perkiraan 15-35 miliar dolar A.S. selama 32 tahun masa pemerintahannya.
2. Husni Mubarak
Kepemimpinan Husni Mubarak adalah pada saat Presiden Anwar Sadat terbunuh pada 6 Oktober 1981 oleh kelompok radikal. Presiden Mesir yang keempat ini lahir di Kafr-El Meselha, Al Monufiyah pada tanggal 4 Mei 1928. Ia memerintah selama lebih kurang 30 tahun. Dia adalah presiden terlama mesir. Pola pemerintahannya dinilai bersifat diktator, kejam, dan korup. Kepemimpinan mubarok dinilai penuh dengan skandal dan penyiksaan. Menurut Kemlu AS, tekanan dan penyiksaan oleh pemerintah Mesir dialamatkan kepada para aktivis politik. Terutama diantaranya adalah gerakan Ikhwanul Muslimin (IM). Pada usianya yang telah memasuki angka delapan. Mubarak dipaksa mundur oleh rakyatnya. Rakyat Mesir nampaknya sudah lelah dengan gaya kepemimpinan mubarak, dan dinilai Mubarak sudah tidak peka lagi dengan krisis ekonomi yang terjadi di Mesir. Demonstrasi besar-besaran yang terjadi di seluruh Mesir menuntut agar Presiden Hosni Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun untuk melepaskan jabatannya. Setelah demonstrasi berlangsung selama 18 hari, akhirnya Presiden Mubarak mundur pada tanggal 11 Februari 2011. Kemundurannya merupakan awal Revolusi Mesir pada tahun 2011.
3. Ferdinand Marcos
Ferdinand Edralin Marcos lahir di Sarrat, Ilocos Norte, Filipina, pada 11 September 1917. Ia merupakan Presiden Philipinan ke-10. Kepemimpinannya dimuladi pada tanggal 30 Desember 1965 sampai 25 Februari. “People Power Revolution” mendesak ia untuk turun dari jabatannya. Hal ini karena rakyat sudah tak tahan lagi dengan gaya kepemimpinannya yang diktator, otoriter, dan syarat dengan berbagai kecurangan. ia dianggap sebagai pemimpin yang korup dan melakukan pelanggaran Ham Aksasi Manusia. Pemerhati HAM menyatakan Presiden ini bertanggung jawab atas kehilangan 759 orang, 3.257 pembunuhan, 35.000 penyiksaan dan 70.000 penahanan. Saking berkuasanya dia bisa meletakan istrinya menjadi Menteri Pemukiman (1972-1986). Setelah terjadinya “People Power Revolution”, Marcos dan istrinya, Imelda Marcos, kabur ke Hawai, dan dia meninggal dunia di tempat pelariannya pada tanggal 28 September 1989 akibat penyakit ginjal, jantung, dan paru-paru.
4. Ali Abdullah Saleh
Ali Abdullah Saleh adalah Presiden Yaman yang pada periode 1990-2012. Ali Abdullah Saleh lahir pada tanggal 21 Maret 1942. Ali Abdullah Saleh telah memerintah Yaman Selama 33 tahun. Ia mengundurkan diri pada Februari 2012 seteleh digoyang demontrasi besar-besaran anti-Saleh. Tak kurang dari 20.000 pengunjuk rasa anti pemerintah Yaman meminta pergantian pemerintah dan menolak tawaran Presiden Saleh untuk mundur pada tahun 2013. Rakyat menginginkan pergantian rezim. Ali Abdullah Saleh dinilai pemimpin yang korup, dan diktator. Rakyat mengeluhkan soal peningkatan kemiskinan di kalangan rakyat berusia produktif yang terus bertambah, dan kurangnya kebebasan berpolitik. Angka pengangguran di Yaman mencapai 40 %, sementara harga pangan terus meningkat dan tingkat kurang gizi mencapai titik yang parah. Pada saat kepemimpinanya pula masyarakat diresahkan dengan masalah keamanan seperti gerakan separatis di selatan dan perlawanan para pemberontak Shai Houthi di wilayah utara.
5. Zine Abidine Ben Ali
Zine Abidine Ben Ali adalah Presiden Republik Tunisia. Ia lahir pada tanggal 3 September 1936. Berawal pada saat terjadinya kudeta berdarah untuk menggulingkan Presiden Habib Bourguiba, ia mulai menjabat sebagai presiden pada tanggal 7 November 1987. Pola kepemimpinan Ben dianggap otoriter dan tidak mau mendengarkan rakyatnya sendiri, lawan politiknya yang memberikan opini tentang pola kepemimpinannya banyak yang dianaya, angka pengangguran dan kemiskinan pun sangat tinggi. Kemarahan rakyat terhadap presiden ini memuncak setelah seorang tukang sayur berusia 26 tahun, Mohamed Bouazizi, melakukan aksi bakar diri karena barang dangannya disita polisi di kota Sidi Bouzid pada tanggal 17 Desember 2010. Rakyat yang sudah geram dengan pola kepemimpinanya yang diktator, dan otoriter selama 23 berkuasa memicu penolakan terhadap dirinya. Hal ini ditandai dengan aksi demo besar-besaran di seantero negeri yang menimbulkan korban jiwa sekitar 100 orang. Pada tanggal 14 Januari 2011 Ben menyatakan mundur melepaskan bangku jabatannya.
6. Joseph Estrada
Joseph Estrada merupakan Presiden Filipina yang ke-13. Ia lahir di Tondo, Manila pada tanggal 19 April 1937. Ia mulai berkuasa pada tanggal 30 Juni 1998. Kasus skandal korupsi membuat karis Joseph hancur. Kemarahan pun terjadinya sehingga pada tanggal 20 Januari 2001, Joseph digulingkan rakyatnya melalui revolusi ADSA.
7. Muammar Abu Minyar al-Qaddafi
Muammar Gaddafi adalah pemimpin libia. Ia lahir pada tanggal 7 Juni 1942 di Surt, Tripolitania. Ia telah memipin libya selama lebih kurang 41 tahun, dari tahun 1969 sampai dengan tahun 2011. Ghadaffi dianggap merupakan pemimpin yang kejam, dan diktator. Kehidupan warga Libya dibatasi semenjak ia mencapai puncak tertinggi pemerintahan Libya. Keluarga Gaddafi mengambil alif sebagian besar perekonomian Libya. Gaddafi menggunakan miliaran pendapatan minyak untuk proyek-proyek internasional. Menurut informasi, ia mengalokasikan pendapatan negara untuk mensponsori teror dan kegiatan politik lainnya di seluruh dunia. Kelelahan masyarakat akan kepemimpinannya memicu demo besar-besaran menuntut dirinya turun dari jabatan tertinggi pemerintahan Libya. Pemberontakan terhadap rezim kolonel Gaddafi yang mulai berkuasa lebih kurang 41 tahun mulai pecah pertengahan bulan Februari setelah rakyat Tunisi dan Mesir bangkit dan melengserkan pemimpin masing-masing.
Bila kita melihat gaya kepemimpinan mereka, mereka cenderung memiliki gaya kepemimpinan yang otoriter, diktator, yang tidak mau mendengarkan aspirasi rakyat. Padahal rakyat sangat berpengaruh dalam melengserkan mereka. Aspirasi rakyat biasanya ditunjukkan dalam demo pada sistem pemerintahan demokrasi, namun jika demo tersebut tetap tidak didengar oleh pemimpinnya demo tersebut akan berubah menjadi democrazy. (helmanilaadi)
Tag :
Hikmah & Keluarga