Ibu Syariyah |
ABADIJAYA via (wk/kr) - Kisah dalam sinetron "Tukang Bubur Naik Haji" rupanya benar-benar ada dalam kehidupan nyata. Ibu yang satu ini, sudah menabung puluhan tahun demi keinginannya ke Tanah Suci.
Meski hanya tukang bubur candil keliling, tak menghalangi Syariyah untuk pergi haji. Keuntungannya dari berjualan, ia pakai untuk biaya makan keluarga dan sekolah anaknya, sedangkan sisanya ditabung untuk naik haji.
Akhirnya, setelah 24 tahun, ibu berusia 52 tahun itu dapat mewujudkan keinginannya. "Pada 2010, saya diberi tahu kalau uang tabungan sudah cukup untuk biaya haji," ungkapnya terharu.
Syariyah mengaku mulai keliling pada tahun 1990. Ibu satu anak ini berjualan mulai pukul 13:00 WIB hingga 18:00 WIB. Selain bubur sumsum, ia juga menjual panganan kecil yang biasa dijajakannya di tiga desa yang dekat dengan rumahnya.
Penghasilan tiap satu bungkus plastik bubur saat itu hanya Rp 1.500. Ia kemudian berhasil mengumpulkan Rp 5 ribu hingga Rp 7 ribu, saat hanya menggunakan gendongan. Usianya yang semakin lanjut membuatnya tak kuat untuk menggendong jualannya.
"Awalnya saya berjualan bubur dengan cara menggendong. Tetapi, karena capai dan cepat pegal, saya menggunakan sepeda tua," jelasnya. Beruntung, setelah menjajakannya dengan sepeda, penghasilannya meningkat menjadi Rp 30 ribu. Setengah dari penghasilannya ia tabung untuk berhaji.
Saat ini, Syariyah akan berangkat bersama sekitar 932 calon haji lainnya dari Banyumas. Sariyah sendiri masuk dalam kelompok terbang 47 dan termasuk dalam rombongan kedua.
Tercapainya keinginan untuk menunaikan ibadah haji, menurut Sariyah adalah karena didasari niat dan kerja keras untuk memenuhi panggilan Tuhan. "Jika ada niat untuk naik haji, maka Allah akan mengizinkan, meski hanya pedagang kecil," tutup Sariyah.
Kisah Syariyah ini rupanya baru diketahui oleh masyarakat sekitarnya. "Saya kira kisah tukang bubur naik haji hanya ada di sinetron. Tetapi ini, sungguh perjuangan yang luar biasa dari Ibu Sariyah," puji Slamet Mubarak, Kepala Dusun I tempat Sariyah tinggal.
Meski hanya tukang bubur candil keliling, tak menghalangi Syariyah untuk pergi haji. Keuntungannya dari berjualan, ia pakai untuk biaya makan keluarga dan sekolah anaknya, sedangkan sisanya ditabung untuk naik haji.
Akhirnya, setelah 24 tahun, ibu berusia 52 tahun itu dapat mewujudkan keinginannya. "Pada 2010, saya diberi tahu kalau uang tabungan sudah cukup untuk biaya haji," ungkapnya terharu.
Syariyah mengaku mulai keliling pada tahun 1990. Ibu satu anak ini berjualan mulai pukul 13:00 WIB hingga 18:00 WIB. Selain bubur sumsum, ia juga menjual panganan kecil yang biasa dijajakannya di tiga desa yang dekat dengan rumahnya.
Penghasilan tiap satu bungkus plastik bubur saat itu hanya Rp 1.500. Ia kemudian berhasil mengumpulkan Rp 5 ribu hingga Rp 7 ribu, saat hanya menggunakan gendongan. Usianya yang semakin lanjut membuatnya tak kuat untuk menggendong jualannya.
"Awalnya saya berjualan bubur dengan cara menggendong. Tetapi, karena capai dan cepat pegal, saya menggunakan sepeda tua," jelasnya. Beruntung, setelah menjajakannya dengan sepeda, penghasilannya meningkat menjadi Rp 30 ribu. Setengah dari penghasilannya ia tabung untuk berhaji.
Saat ini, Syariyah akan berangkat bersama sekitar 932 calon haji lainnya dari Banyumas. Sariyah sendiri masuk dalam kelompok terbang 47 dan termasuk dalam rombongan kedua.
Tercapainya keinginan untuk menunaikan ibadah haji, menurut Sariyah adalah karena didasari niat dan kerja keras untuk memenuhi panggilan Tuhan. "Jika ada niat untuk naik haji, maka Allah akan mengizinkan, meski hanya pedagang kecil," tutup Sariyah.
Kisah Syariyah ini rupanya baru diketahui oleh masyarakat sekitarnya. "Saya kira kisah tukang bubur naik haji hanya ada di sinetron. Tetapi ini, sungguh perjuangan yang luar biasa dari Ibu Sariyah," puji Slamet Mubarak, Kepala Dusun I tempat Sariyah tinggal.
Tag :
Hikmah & Keluarga