"Kelahiran DPR tandingan merupakan bentuk frustasi Koalisi Indonesia Hebat (KIH)," kata peneliti senior Founding Fathers House (FFH), Dian Permata lewat peasan dingkat kepaada INILAHCOM, Minggu (2/11/2014)
Menurut dia, partai pendukung Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla di DPR gagal melakukan manuver politik. Salah satunya adalah melakukan lobi-lobi terkait pemilihan pimpinan DPR dan puncaknya pada pembagian alat kelengkapan dewan.
"DPR tandingan buah tangan KIH, justru mencoreng citra pemerintah JKW-JK," ujat Dian.
Sementara pemerintah Jokowi-JK sejak awal berencana melakukan rekonsiliasi nasional (perbuatan menyelesaikan perbedaan). Namun, dengan adanya DPR tandingan dinilainya akan mempersulit tercapainya tujuan itu.
"Kemunculan (DPR tandingan oleh) KIH akan mengagalkan rencana tersebut," kata dian.
Seperti diketahui, perpecahan dalam parlemen semakin runcing seiring munculnya DPR tandingan yang digagas anggota Fraksi Koalisi Indonesia Hebat. KIH mendesak Presiden Jokowi mengabaikan pimpinan yang sah yakni Setya Novanto, Fadli Zon, Fahri Hamzah, Agus Hermanto, dan Taufik Kurniawan.
Namun, sebaliknya, KMP juga mendesak Jokowi untuk mengingatkan koalisi pendukungnya agar mereka mematuhi aturan internal parlemen. Belakangan Politikus PDI-P Effedi Simbolon meminta Anggota DPR dari KIH tidak mengambil gaji sebai bentuk perjuangan mosi tak percaya pada pimpinan DPR.(inilah)
Tag :
Parlemen