
Berdasar informasi yang dikumpulkan Rakyat Aceh (JPNN Group),
pulau yang telah berubah nama menjadi Pulau Susi tersebut telah dibeli
di bawah tangan seharga Rp 60 juta pada 2005. Meski membantah, tampaknya
Susi tak bisa berkelit setelah Rustam Effendi, 61, manajer PT Asi
Pudiastuti, ditemui wartawan di rumah karyawan Susi, Adriman Badai,
Minggu (16/11).
Rustam mengaku bahwa pembelian pulau itu
diatasnamakan orang lain. Bukan atas nama Susi, tetapi Eno Sugiarto,
warga Pangandaran, Jabar, asal menteri nyentrik tersebut. Transaksi jual
beli pulau dari Jamal, penduduk desa di Simeulue, kepada Eno dilakukan
dengan bukti kuitansi.
”Iya, pulau itu sudah dibeli, uangnya dari
Ibu Susi dan yang melaksanakan jual beli itu Pak Eno Sugiarto dari Pak
Jamal, pemilik pulau itu, sekitar April 2005,” kata Rustam.
Ketika ditanya soal keberadaan bukti
tersebut, Rustam menyatakan, kuitansi tidak dibawa dan disimpan di
kantor Pusat PT Asi Pudjiastuti. Setelah pulau beralih kepemilikan,
Menteri Susi bersama anak dan suaminya sering menginap di Sevelak.
Meski telah terjadi jual beli dan berubah
kepemilikan atas Pulau Sevelak, Rustam menepis Pulau Sevelak milik Susi.
”Ibu susi tidak pernah merasa memiliki pulau ini. Hanya masyarakat
hingga ke tingkat pejabat yang menganggap pulau itu telah menjadi milik
Bu Susi. Padahal, tidak demikian,” imbuh Rustam.
Wartawan dan tim investigasi dari Jakarta
akhirnya mendatangi pulau tempat pengembangbiakan lobster tersebut
dengan menggunakan perahu bermesin milik Buyung, 40, warga Desa Salur,
Kecamatan Teupah Barat, Minggu kemarin.
Dari kejauhan sudah tampak tanda-tanda
bahwa pulau itu dihuni dan ada aktivitas. Sebab, terlihat asap mengepul
dari jarak 100 meter. Setelah rombongan tiba di pulau, terlihat sejumlah
pondok dan satu panggung dari kayu dan landasan helikopter. Juga, pohon
cemara yang hidup subur dengan jarak yang teratur.
Di sana Rakyat Aceh bersama tim
investigasi dari Jakarta bertemu dengan pekerja, yakni Riadi Widiananda,
22, yang mengaku bekerja di lokasi milik Menteri Susi itu sejak
Februari 2014. ”Saya bekerja dan menjaga pulau Bu Susi bersama dua teman
saya lagi,” kata Raidi yang setiap hari bekerja membersihkan dan
menjaga area Pulau Sevelak.
Dia mengaku tidak melarang nelayan atau
warga yang datang ke Pulau Sevelak untuk memancing, berwisata, atau
sekadar singgah untuk berlindung dari cuaca buruk. Namun, mereka harus
melapor terlebih dahulu.
Riadi memperlihatkan sejumlah ruangan
rumah penginapan yang telah dibangun yang terbuat dari kayu berkualitas,
termasuk kamar yang khusus untuk Menteri Susi saat berkunjung ke Pulau
Sevelak.
Satu rumah panggung ukuran 9 x 6 meter
memiliki satu kamar dan ruang tamu yang lumayan luas, dilengkapi dapur
dan kebutuhan listrik yang disuplai dari genset. Kemudian, satu rumah
khusus untuk tamu dan digunakan untuk ruang pertemuan seluas 4 x 5
meter. Tak jauh dari dua rumah itu, terdapat landasan pendaratan
helikopter dengan luas 10 x 9 meter yang telah dibeton. Lokasinya
strategis dan menghadap langsung ke laut.
Riadi bersama dua rekannya, yakni Semi dan
Kuyut, setiap bulan digaji Rp 1,5 juta. ”Kerja saya di sini, menyapu,
membersihkan, serta merawat semua yang ada di pulau ini. Setiap bulan
kami digaji lebih dari Rp 1,5 juta,” jelas Riadi.
Riadi mengajak keliling dan menelusuri
pantai Pulau Sevelak yang didominasi pantai karang dan pasir putih. Di
sana juga terdapat pohon dengan diameter 50 cm, kelapa, serta tempat
ribuan kelelawar.
Dia memberitahukan, saat ini tidak ada
tempat untuk penangkaran atau tempat penampungan untuk transaksi
lobster. Pengembangbiakan lobster telah dialihkan di Ujung Sarang, Desa
Sambai, Kecamatan Teluk Dalam, 42 kilometer dari Sinabang, ibu kota
Kabupaten Simeulue.
Setelah dua jam berkeliling, Rakyat Aceh
dan tim investigasi meninggalkan Pulau Sevelak, lalu menuju rumah
Adriman Badai. Dia salah seorang karyawan Susi yang telah mengabdi
sebelas tahun dan yang bertanggung jawab untuk mengawasi Pulau Sevelak
yang dikuasai Susi.
Adriman yang ditemui di kediamannya menyambut rombongan dengan wajah tidak ramah. ”Kalian kalau ke sana permisi dulu lah, melapor dulu kepada saya, karena saya yang bertanggung jawab terhadap pulau milik Susi itu,” kata Adriman dengan suara ketus.
Tag :
nasional