Buruh Kecewa Terhadap Pemerintahan Jokowi-JK

Abadijaya News: Rencana sejumlah federasi buruh menggelar aksi mogok nasional pada 10-11 Desember, mendatang ditunda. Sebagai gantinya, mereka akan menggelar aksi turun ke jalan disejumlah kota di 20 provinsi. Tuntutan mereka segera revisi Upah Minimum Provinsi (UMP), karena tidak disesuaikan dengan kenaikan BBM.

Sekjen Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Mu­ham­mad Rusdi mengatakan, mo­gok nasional buruh akan diawali de­ngan aksi besar-besaran pada 10 dan 11 Desember mendatang. M­ogok nasional tetap dila­ku­kan, setelah buruh menggelar aksi besar-besaran di sejumlah pro­vinsi dengan menyerbu kantor gubernur, kantor bupati/walikota, atau DPRD, untuk di Jakarta 50 ribu buruh akan turun ke Bun­daran HI,” katanya dalam jumpa pers di Jakarta, kemarin.

Rusdi menyebutkan, isu yang akan diusung pada aksi kali ini ada­lah revisi kenaikan UMP/UMK, tolak kenaikan upah lima tahun sekali, tolak penangguhan upah minimum, usut kenaikan harga BBM, hapuskan out­sour­cing, jalankan Jaminan Ke­se­hatan Nasional (JKN) dan hen­ti­kan represifitas terhadap aksi-aksi buruh. Sampai saat ini, su­dah 41 federasi buruh yang me­nya­takan siap bergabung dalam aksi nanti,” katanya.

Menurut dia, aksi ditujukan untuk melawan sistem ketena­ga­ker­jaan di Indonesia yang tidak ber­pihak pada kaum buruh. Aksi nasional ini adalah persiapan agar ada totalitas dalam mogok nasio­nal nanti,” tekannya.

Dia mengaku kecewa dengan Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri, yang sejak dilantik be­lum pernah menggelar dialog de­ngan buruh. Ini bukti peme­rin­tah tidak mau memperhatikan buruh, arah pembangunan peme­rin­tahan Jokowi juga tidak jelas, baru sebulan menjabat dia malah me­nurunkan daya beli buruh de­ngan cara menaikkan harga BBM,” tuturnya.

Ketua Umum Serikat Pekerja Nasional (SPN), Iwan Kus­mawan menyatakan, aksi besar-besaran ini menandakan seluruh elemen serikat buruh sepakat un­tuk bersatu melawan kedzali­man.

Iwan menuntut adanya revisi terhadap UMP yang ditetapkan sebelum kenaikan harga BBM. Sebelum UMP 2015 ditetapkan kita sudah minta kenaikan upah 30 persen, dan minta penam­bah­an Komponen Hidup Layak (KHL), tapi yang ada sekarang se­lain UMP tidak sesuai usulan kita malah pemerintah membuka peluang bagi pengusaha untuk menangguhkan upah,” keluhnya.

Iwan menilai, meski sudah gan­ti presiden dan ganti menteri, kaum buruh di Indo­nesia tidak kun­jung sejahtera. Ma­na pe­me­rintah yang katanya berpihak pada kita? Lebih baik kita bersatu lawan kapitalis dan pemerintah yang tidak berpihak pada kita dengan aksi-aksi ja­lanan,” te­gas­nya.

Wakil koordinator nasional Brigade Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI), Fathoni, me­ngaku kecewa pada pemerintahan Jokowi-JK. Pada pemilu lalu Bri­gade SPSI adalah anggota relawan buruh sahabat Jokowi, awalnya kita yakin kalau Menteri Ketenagakerjaan-nya dari buruh maka dia akan mudah merubah tatanan ketenagakerjaan di Indonesia,” katanya.

Fathoni menegaskan, siapa­pun Menteri Ketenagakerjaan akan dilawan jika tidak berpihak pada buruh. Kami akan terus mela­wan kebijakan-kebijakan yang ti­dak berpihak pada buruh, kami sudah mengajak seluruh anggota kami untuk turun aksi pada 10-11 De­sember men­da­tang,” tandas­nya.

Ketua Umum Gabungan Se­rikat Pekerja Merdeka In­do­nesia (Gaspermindo), Bambang Eka, me­ngaku buruh akan terus ber­juang melawan kebijakan-ke­bi­jak­an yang tidak pro rakyat. Me­mang bertubi-tubi cobaan bagi buruh Indonesia, Undang Un­dang Ketenagakerjaan yang se­karang lebih buruk dari Undang Undang sebelumnya, sementara ge­rakan buruh terus diperlemah dan pemilu hanya bikin buruh jadi budak politik,” sebutnya.

Bambang melihat, tidak ada­nya aktivis buruh yang duduk sebagai anggota DPR atau men­teri menyebabkan puluhan juta buruh di Indonesia terus dile­cehkan. Jadi kami tegaskan, aksi besar-besaran ini bukan sekedar rutinitas. Kaum buruh harus menjadi kekuatan yang bersatu demi melawan kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat,” pung­kasnya.(rmol)




pageads
Tag : nasional