Pabrik ini diperkirakan akan membuka seribu lapangan pekerjaan, tetapi warga Palestina memboikot perusahaan ini bertahun-tahun.
Koordinator pemerintah Israel terhadap akifitas di wilayah, COGAT, memperbolehkan sembilan truk berisi mesin-mesin untuk pabrik baru tersebut masuk ke jalur Gaza pada Senin (22/12).
"Pembangunan pabrik telah siap, perlengkapan produksi sudah siap," ujar Emad al-Hindi, direktur jenderal perusahaan.
"Kami berharap untuk dapat menyelesaikan semua tahapan tanpa hambatan apapun," ujar Emad menambahkan.
Pabrik di zona industri Karni akan dioperasikan oleh Perusahaan Minuman Nasional yang dilisensi oleh Coca-Cola dan bermarkas di West Bank.
Pejabat perusahaan memperkirakan pengiriman lain dari Jerman dan Turki akan menyusul untuk memulai produksi tahun depan.
Pabrik ini akan mulai beroperasi menghasilkan minuman beroperasi pada 2015, kemudian pada 2016-2017 mulai memproduksi jus dan minuman non-karbonasi.
Menurut perkiraan, sekitar US$20 juta telah diinvestasikan ke dalam proyek tersebut.
Selain itu, pabrik ini juga diperkirakan akan membuka setidaknya 150-360 lapangan kerja di tahap pertama dan kemudian jumlah tersebut akan meningkat hingga seribu.
Namun, beberapa warga Palestina meragukan Coca-Cola akan membawa kesejahteraan bagi mereka.
Perusahaan minuman ringan yang cukup besar ini telah menghadapi beberapa kritik keras dari kelompok serta negara-negara pro-Palestina untuk waktu yang lama, karena perusahaan ini mendukung Israel dan dilaporkan memiliki peternakan sapi perah di wilayah-wilayah pendudukan.
Pada musim panas lalu, selama serangan udara Israel di Gaza, banyak pertokoan di Turki, Malaysia dan India menghentikan pembelian produk-produk perusahaan yang menjadi bagian dari kampanye besar BDS (Boycott Divestment and Sanctions) yang dimulai sejak 2005.
Gagasan untuk membangun pabrik ini muncul dua tahun lalu, namun karena permasalahan registrasi dan kemudian pemboman pada Juni 2014, pembangunan pabrik terpaksa terhenti.
Saat itu pasukan militer Israel meluncurkan operasi tujuh minggu melawan militan Hamas.
Setidaknya 2.200 orang tewas dan lebih dari 10 ribu lainnya terluka. Selain itu, sejumlah besar bangunan turut hancur serta rusak parah.
"Ini harus mendapat persetujuan dari pemerintah Palestina melalui saluran resmi mereka untuk berkoordinasi dengan Pasukan Pertahanan Israel," ujar Zahi Khouri, pendiri dan presiden Perusahaan Minuman Nasional, kepada Jerusalem Post, dikutip dari RT.
Pabrik ini akan bersaing dengan pabrik Pepsi yang sudah beroperasi di Gaza dan telah memproduksi 7-Up sejak 1962 dan Pepsi Cola sejak 1997.(cnn)
Tag :
internasional,
palestina