ABadijaya News: Ketua Komisi I DPR RI FPKS Mahfudz Shiddiq merasa terusik ketika menyaksikan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di televisi dalam wawancara dengan menggunakan bahasa yang sangat tidak santun. Bahkan beberapa kali mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor.
“Bapak sebagai Gubernur sering menggunakan kosa kata yang sering saya dengar saat anak-anak sedang bertengkar dan saling mengumpat. Pada awalnya saya coba memahami mungkin Bapak sedang marah dan kesal. Namun, perilaku itu ternyata sering berulang dan semakin hari kata-kata yang Bapak gunakan semakin kasar dan kotor,” tegas Wasekjen DPP PKS itu dalam keterangan tertulisnya pada wartawan di Gedung DPR RI Jakarta, Jumat (20/3/2015).
Mahfudz lebih kecewa dan gelisah lagi ketika menyaksikan wawancara Ahok pada salah satu stasiun TV yang lagi-lagi menggunakan kata-kata kotor dan kasar. Meski di awal pembawa acara sudah diingatkan bahwa acara tersebut disiarkan secara langsung, ternyata Ahok menolak memperbaiki kosa kata kasar dan kotor yang keluar dari mulut seorang gubernur tersebut.
“Ibu saya yang sudah sepuh ikut menonton siaran itu pun di rumah tak berhenti untuk beristighfar. Saya tidak tahu apa reaksi jutaan warga masyarakat yang ikut menonton, bukan hanya di Jakarta tapi di seluruh Indonesia,” ujarnya sedih.
Mahfudz mempertanyakan, apakah Ahok tidak menyadari bahwa sekian juta masyarakat Indonesia menyaksikan acara tersebut? "Apakah Bapak tidak mengingat bahwa sosok Gubernur adalah seorang yang dijadikan panutan oleh masyarakat Jakarta? Termasuk sekian banyak anak-anak dan remaja yang butuh pembelajaran dan keteladanan yang baik?"
Pak Gubernur, bangsa kita saat ini, terutama generasi mudanya sedang mengalami krisis moral. Perilaku yang tidak lagi saling menghormati dan menyayangi sesama, perilaku saling memperolok dan menyakiti serta kebiasaan menggunakan kata-kata kasar dan kotor.
“Saya meyakini untuk memperbaiki kondisi ini kita harus memberikan contoh dan teladan yang baik, khususnya dari para pemimpinnya,” tambah Mahfudz.
Sebab, apa jadinya jika anak-anak, remaja dan generasi muda kita melihat bahwa pemimpinnya sendiri berbicara dengan tutur kata yang buruk, tidak sopan dan bahkan tidak segan mengeluarkan makian kasar di depan umum.
“Saya sangat menghormati Anda Pak Gubernur sebagai pimpinan masyarakat Jakarta. Saya akan dukung penuh program nyata Bapak yang baik. Saya juga dukung penuh jika Bapak ingin membersihkan praktek curang dan korup. Namun, sekali lagi lakukan itu dengan cara yang baik,” tutur Mahfudz lagi.
Terakhir Pak Gubernur, kebetulan pekerjaan saya mengharuskan saya berinteraksi dengan banyak tokoh dan pemimpin di berbagai negara. Ternyata mereka pun memberi perhatian terhadap berita-berita media menyangkut kiprah Bapak.
“Maka, dengan kerendahan hati saya berharap suara warga ini sampai dan Bapak mau dengarkan. Bahwa sebaik-baik manusia adalah yang mau mendengarkan perkataan, dan mengikuti apa-apa yang baik," pungkasnya.
Mahfudz Shiddiq adalah warga Jakarta, lahir dan besar di Jakarta. Demikian pula kedua orang tua, kakek-neneknya, dan hampir selama 50 tahun ini terus mengikuti kiprah para Gubernur DKI Jakarta, dan ikut peduli membangun daerah ini. Tentu memiliki harapan besar terhadap setiap Gubernur DKI Jakarta, agar sukses, dan menjadi kebanggaan serta panutan semua warganya. Tapi, untuk kali ini warga Jakarta, merasa aneh, terkejut dan prihatin dengan perilaku Gubernurnya(PR)
Tag :
PKS