Kami adalah orang-orang pergerakan...kami bukan pemburu jabatan
Kami adalah prajurit. Itulah cita-cita kami. Kami bukan hamba dunia yang fana ini
Kalau ada yang ingin jabatan ini ambillah, tapi karena ini jabatan publik ada caranya
Jabatan ini bukan milikku pribadi. Aku tak bisa memberimu seperti memberi sepotong roti
Dan aku malu bicara begini, seolah kau tak mengerti. Tapi mengapa kau tak mengerti?
Tentang bicara ku...Kenapa bicara dianggap masalah? Bukankah aku tidak pernah mencuri?
Kalau aku pencuri dan korupsi apakah mungkin aku punya nyali?
Kenapa yang bicara kau persoalkan. Kenapa bukan yang diam?
Jika aku punya banyak cacat apa mungkin aku berani angkat mukaku di depan rakyat?
Kenapa yang bersikap jadi masalah. Kenapa bukan yang tidak punya sikap?
Aku membolak balik konstitusi ku dan ternyata aku dipilih untuk benyanyi!
Kenapa kau sakit hati oleh suaraku yang berusaha mewakili suara-suara hati yang kuwakili?
Kami orang pergerakan...sejak awal kami bergabung dengan barisan para pemberani
Aku pernah melintas malam di jakarta ketika tragedi Trisakti...seorang diri...
Kami bergabung dengan kaum pergerakan di bawah ancaman dan intimidasi
Kami menggeliat di bawah ruang gelap di antara pengintaian negara dan para preman
Kami pegang kebenaran meski seorang diri. Kami tak peduli.
Sejak awal kami bernyanyi dengan semboyan bahwa mati sebagai saksi, adalah cita-cita kami tertinggi.
Lalu sekarang kenapa banyak yang takut mati?
Untuk kebenaran aku telah tidak peduli...kebenaran itu harga mati. Sopan santun itu soal rasa
Dari twitter @fahrihamzah, 10/01/16
Tag :
PKS