Untuk membendung maraknya radikalisasi Islam, pemerintah Tajikistan di Asia Tengah, melakukan operasi cukur jenggot terhadap 13.000 orang, tulis Washington Post, kamis (21/1/2016).
Pemerintah juga menutup sekitar 160 toko yang menjual pakaian tradisionalMuslim, selain membujuk 1700 wanita Muslim untuk tidak lagi mengenakan jilbab.
Menurut Radio Free Europe siaran bahasa Tajik, aturan ini berlaku di Kathlon, wilayah Tajikistan barat daya yang berbatasan langsung dengan Afghanistan. Kapolda Kathlon mengatakan, sebanyak 12.818 pria bejenggot sangat panjang terjaring razia dan potong jenggotnya oleh polisi sepanjang 2015.
Pemerintahan sekuler rezim Presiden Emomali Rakhmon dikenal keras menindak oposisi dari kubu Islamis. Perang saudara berkobar selama lima tahun (1992-1997) antara pendukung pemerintah pimpinan Rakhmon dan oposisi golongan Islam, memangsa antara 50 ribu dan 100 ribu nyawa manusia.
Pemerintah Rakhmon mengklaim tradisi Islam Tajikistan diimpor dari Afghanistan, negeri para Mullah itu. Kementerian Luar Negeri AS memperkirakan sekitar 90 persen populasi Tajikistan memeluk Islam (85 persen Islam Sunni dan 5 opersen Syiah)m dan kini ketaatan para pemeluk Islam kian kemuncak. Pemerintahan otoriter Rakhmon justru sangat khawatir dengan kecenderungan kebangkitan Islam yang kerap dikaitkan dengan ekstremisme. Rakhmon sendiri adalah penganut Sunni.
Magkamah Agung Tajikistan, pada September tahun lalu, melarang satu-satunya partai politik Islam yang terdaftar dan diakui secara resmi. Sementara pada Desember, Parlemen tajikistan memberi kekebalan hukum terhadap Rakhmon dan keluarganya, karena "dialah penggalang perdamaian dan persatuan nasional Tajikistan."
Populasi Tajikistan yang cuma 7 juta. Sebagian besar terjerat kemiskinan. Ada ratusan orang Tajik diyakini sekarang berada di Irak dan Suriah membela ISIS. Tahun lalu kepala kepolisian elit Tajikistan yang ditugasi mengganyang ektremis Islam malah menghilang dan diperkirakan kini ikut bergabung dengan ISIS.(inilah)
Pemerintah juga menutup sekitar 160 toko yang menjual pakaian tradisionalMuslim, selain membujuk 1700 wanita Muslim untuk tidak lagi mengenakan jilbab.
Menurut Radio Free Europe siaran bahasa Tajik, aturan ini berlaku di Kathlon, wilayah Tajikistan barat daya yang berbatasan langsung dengan Afghanistan. Kapolda Kathlon mengatakan, sebanyak 12.818 pria bejenggot sangat panjang terjaring razia dan potong jenggotnya oleh polisi sepanjang 2015.
Pemerintahan sekuler rezim Presiden Emomali Rakhmon dikenal keras menindak oposisi dari kubu Islamis. Perang saudara berkobar selama lima tahun (1992-1997) antara pendukung pemerintah pimpinan Rakhmon dan oposisi golongan Islam, memangsa antara 50 ribu dan 100 ribu nyawa manusia.
Pemerintah Rakhmon mengklaim tradisi Islam Tajikistan diimpor dari Afghanistan, negeri para Mullah itu. Kementerian Luar Negeri AS memperkirakan sekitar 90 persen populasi Tajikistan memeluk Islam (85 persen Islam Sunni dan 5 opersen Syiah)m dan kini ketaatan para pemeluk Islam kian kemuncak. Pemerintahan otoriter Rakhmon justru sangat khawatir dengan kecenderungan kebangkitan Islam yang kerap dikaitkan dengan ekstremisme. Rakhmon sendiri adalah penganut Sunni.
Magkamah Agung Tajikistan, pada September tahun lalu, melarang satu-satunya partai politik Islam yang terdaftar dan diakui secara resmi. Sementara pada Desember, Parlemen tajikistan memberi kekebalan hukum terhadap Rakhmon dan keluarganya, karena "dialah penggalang perdamaian dan persatuan nasional Tajikistan."
Populasi Tajikistan yang cuma 7 juta. Sebagian besar terjerat kemiskinan. Ada ratusan orang Tajik diyakini sekarang berada di Irak dan Suriah membela ISIS. Tahun lalu kepala kepolisian elit Tajikistan yang ditugasi mengganyang ektremis Islam malah menghilang dan diperkirakan kini ikut bergabung dengan ISIS.(inilah)
Tag :
internasional