Kondisi bangunan SD Negeri Kaum di Desa Hegarmanah, Kecamatan Warungkiara, Kabupaten Sukabumi, memprihatinkan. Atap tiga ruang kelas jebol, sedangkan dinding dan lantai di ruangan lainnya mulai retak dan mengelupas. Kondisi tersebut cukup membahayakan keselamatan para murid dan mengganggu kegiatan belajar mengajar.
Kendati belum jebol seperti atap tiga ruang kelas I, II, dan III, di dalam ruang kelas III dua buah bambu dipasang untuk menopang atap yang nyaris ambrol. Guru kelas VI SDN Kaum Ismail menuturkan, pada 2013 pihak sekolah mengajukan permohonan bantuan perbaikan kepada dinas pendidikan. “Tapi hingga sekarang belum ada respons. Sekolah kami belum pernah mendapat bantuan,” ujar Ismail, Jumat (22/1/2016).
Ismail mengaku bingung dengan kerusakan parah yang terjadi di beberapa titik bangunan. Pasalnya, bangunan sekolah tersebut relatif masih baru, dibangun pada 2011. Menurut dia, ruang kelas yang rusak berat tetap dipergunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
“Walaupun sangat membahayakan, para murid terpaksa tetap belajar di tiga ruangan yang rusak karena kami tak memiliki ruangan lain,” ucapnya.
Menurut dia, jika hujan lebat turun disertai angin kencang, kegiatan belajar mengajar terpaksa dihentikan. Sekitar 90 murid kelas I, II, dan IV terkadang terpaksa dipulangkan lebih awal atau bergantian menggunakan ruang guru. “Kalau murid kelas II, V, dan VI, tetap belajar meskipun dalam kondisi waspada. Sebenarnya ruangan ini juga sudah tidak pantas digunakan,” ucapnya.
Ia menyatakan, selain perlu perbaikan pada tiga ruang kelas, SD tersebut juga membutuhkan sebuah ruang perpustakaan. Pasalnya, ruang perpustakaan masih disatukan dengan ruang guru. “Jangan sampai terlanjur ada murid atau guru yang menjadi korban akibat tertimpa atap bangunan. Kalau tak segera diperbaiki, atap tiga ruang kelas tersebut akan runtuh sehingga murid tak tahu harus belajar di mana,” katanya.(pr)
Kendati belum jebol seperti atap tiga ruang kelas I, II, dan III, di dalam ruang kelas III dua buah bambu dipasang untuk menopang atap yang nyaris ambrol. Guru kelas VI SDN Kaum Ismail menuturkan, pada 2013 pihak sekolah mengajukan permohonan bantuan perbaikan kepada dinas pendidikan. “Tapi hingga sekarang belum ada respons. Sekolah kami belum pernah mendapat bantuan,” ujar Ismail, Jumat (22/1/2016).
Ismail mengaku bingung dengan kerusakan parah yang terjadi di beberapa titik bangunan. Pasalnya, bangunan sekolah tersebut relatif masih baru, dibangun pada 2011. Menurut dia, ruang kelas yang rusak berat tetap dipergunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
“Walaupun sangat membahayakan, para murid terpaksa tetap belajar di tiga ruangan yang rusak karena kami tak memiliki ruangan lain,” ucapnya.
Menurut dia, jika hujan lebat turun disertai angin kencang, kegiatan belajar mengajar terpaksa dihentikan. Sekitar 90 murid kelas I, II, dan IV terkadang terpaksa dipulangkan lebih awal atau bergantian menggunakan ruang guru. “Kalau murid kelas II, V, dan VI, tetap belajar meskipun dalam kondisi waspada. Sebenarnya ruangan ini juga sudah tidak pantas digunakan,” ucapnya.
Ia menyatakan, selain perlu perbaikan pada tiga ruang kelas, SD tersebut juga membutuhkan sebuah ruang perpustakaan. Pasalnya, ruang perpustakaan masih disatukan dengan ruang guru. “Jangan sampai terlanjur ada murid atau guru yang menjadi korban akibat tertimpa atap bangunan. Kalau tak segera diperbaiki, atap tiga ruang kelas tersebut akan runtuh sehingga murid tak tahu harus belajar di mana,” katanya.(pr)
Tag :
Warta Daerah