Kapal angkutan ternak sapi, KM Camara Nusantara 1, telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 11 Desember 2015.
Saat diresmikan dan tiba pertama kali di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, kapal tidak terisi penuh, hanya membawa 353 ekor sapi atau setara hampir 70% dari total kapasitas. Kapasitas kapal ternak mampu membawa 500 ekor.
Namun, pada pelayaran kedua, kondisi berbalik. Kapal ternak pertama di Indonesia tidak membawa muatan.
Menurut Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI), Rochadi Tawaf, hal ini disebabkan oleh belum adanya kesepakatan harga sapi antara Kementerian Pertanian dan peternak sapi di daerah.
"Harganya belum cocok antara Mentan dan peternak, peternak minta Rp 35.000/kg timbang hidup di karantina, sedangkan Mentan minta harga Rp 35.000/kg timbang hidup di Jakarta," kata Rochadi saat dihubungi detikFinance, Jumat (22/1/2016).
Ia menambahkan selain belum adanya kesepakatan harga, peternak juga harus menanggung biaya birokrasi perizinan yang mencapai 15 titik dari desa ke karantina.
"Ini ada biaya birokrasi perizinan kalau saya hitung-hitung sampai 15 titik yang harus dibayar peternak, Mentan nggak mau tanggung," ujar Rochadi.
Pada pengiriman pertama kemarin, Ia mengatakan kerugian yang diderita oleh pedagang sapi mencapai sekitar Rp 498 juta, sehingga para pedagang tidak mau lagi menjual sapinya karena harus menanggung rugi.
"Dari shipment pertama kemarin itu rugi sekitar Rp 498 juta, makanya kapalnya sepi karena pedagang nggak mau jual lagi karena harus tanggung rugi," kata Rochadi.(detik)
Saat diresmikan dan tiba pertama kali di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, kapal tidak terisi penuh, hanya membawa 353 ekor sapi atau setara hampir 70% dari total kapasitas. Kapasitas kapal ternak mampu membawa 500 ekor.
Namun, pada pelayaran kedua, kondisi berbalik. Kapal ternak pertama di Indonesia tidak membawa muatan.
Menurut Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI), Rochadi Tawaf, hal ini disebabkan oleh belum adanya kesepakatan harga sapi antara Kementerian Pertanian dan peternak sapi di daerah.
"Harganya belum cocok antara Mentan dan peternak, peternak minta Rp 35.000/kg timbang hidup di karantina, sedangkan Mentan minta harga Rp 35.000/kg timbang hidup di Jakarta," kata Rochadi saat dihubungi detikFinance, Jumat (22/1/2016).
Ia menambahkan selain belum adanya kesepakatan harga, peternak juga harus menanggung biaya birokrasi perizinan yang mencapai 15 titik dari desa ke karantina.
"Ini ada biaya birokrasi perizinan kalau saya hitung-hitung sampai 15 titik yang harus dibayar peternak, Mentan nggak mau tanggung," ujar Rochadi.
Pada pengiriman pertama kemarin, Ia mengatakan kerugian yang diderita oleh pedagang sapi mencapai sekitar Rp 498 juta, sehingga para pedagang tidak mau lagi menjual sapinya karena harus menanggung rugi.
"Dari shipment pertama kemarin itu rugi sekitar Rp 498 juta, makanya kapalnya sepi karena pedagang nggak mau jual lagi karena harus tanggung rugi," kata Rochadi.(detik)
Tag :
ekbis