Suasana haru menyelimuti rumah duka Letda CPN Tito Hadianov di Kompleks Polri, Jalan M No. 42, Ragunana, Jakarta Selatan. Letda Tito merupakan salah satu korban dari kecelakaan heli Bell di Poso, Sulawesi Tengah.
"Saya tahu kabarnya jam 07.15 WIB malam. Ada dari pihak TNI yang menghubungi saya, tapi saya lupa namanya," ungkap Suprapto saat ditemui di rumah duka, Senin (21/3).
Suprapto mengungkapkan sesaat sebelum helly tersebut jatuh, dirinya masih terus berkomunikasi lewat pesan singkat.
"Tiap hari selalu kontak. Pada hari kemarin saya kontak signal jelek dari pagi sampai sore masih kontek lewat SMS," kata dia.
Dirinya mengaku sempat was-was saat mengetahui anak ketiganya itu ditugaskan ke Poso. Sebelumnya, kata dia Tito ditugaskan di Semarang. Baru sebulan terakhir ia dipindahkan untuk diperbantukan di Poso.
"Saya was-was anak saya ditugaskan ke Poso. Saya bilang hati-hati Yang (panggilan Tito) jangan lupa salat dan zikir," cerita Suprapto.
Ayah empat anak ini mengaku, pertemuan terakhir dengan putra ketiganya pada bulan Februari lalu. Tak ada firasat yang aneh saat itu pertemuan terakhirnya itu.
"Saya yakin anak saya diterima di sisi Allah SWT karena dia anak yang baik dan penurut. Sampai sebelum kecelakaan itu pesan saya banyak berdoa dan zikir terus dia bilang, 'Iya Pak saya zikir terus' kata dia," tutur Suprapto.
Kepada merdeka.com, dia bercerita, Tito sejak kecil memang ingin jadi penerbang sampai mainannya semua tentang penerbangan. Setelah tamat SMA di usia 16,5 tahun ia pun langsung melanjutkan ke TNI and mengambil spesialis penerbangan. Rencananya jenazah Tito akan di makamkan pada pukul 15.00 di TMP Kalibata Jakarta Selatan.
Pantuan merdeka.com, sejumlah kolega dan teman Tito sudah berdatangan ke rumah duka. Sejumlah karangan bunga juga berjejer di depan rumahnya, salah satunya datang dari Kepala Dinas PU Kabupaten Kepulauan Mentawai, dan Dirjen Bina Keuda Reydonnyzar Moenoek.(mdk)
"Saya tahu kabarnya jam 07.15 WIB malam. Ada dari pihak TNI yang menghubungi saya, tapi saya lupa namanya," ungkap Suprapto saat ditemui di rumah duka, Senin (21/3).
Suprapto mengungkapkan sesaat sebelum helly tersebut jatuh, dirinya masih terus berkomunikasi lewat pesan singkat.
"Tiap hari selalu kontak. Pada hari kemarin saya kontak signal jelek dari pagi sampai sore masih kontek lewat SMS," kata dia.
Dirinya mengaku sempat was-was saat mengetahui anak ketiganya itu ditugaskan ke Poso. Sebelumnya, kata dia Tito ditugaskan di Semarang. Baru sebulan terakhir ia dipindahkan untuk diperbantukan di Poso.
"Saya was-was anak saya ditugaskan ke Poso. Saya bilang hati-hati Yang (panggilan Tito) jangan lupa salat dan zikir," cerita Suprapto.
Ayah empat anak ini mengaku, pertemuan terakhir dengan putra ketiganya pada bulan Februari lalu. Tak ada firasat yang aneh saat itu pertemuan terakhirnya itu.
"Saya yakin anak saya diterima di sisi Allah SWT karena dia anak yang baik dan penurut. Sampai sebelum kecelakaan itu pesan saya banyak berdoa dan zikir terus dia bilang, 'Iya Pak saya zikir terus' kata dia," tutur Suprapto.
Kepada merdeka.com, dia bercerita, Tito sejak kecil memang ingin jadi penerbang sampai mainannya semua tentang penerbangan. Setelah tamat SMA di usia 16,5 tahun ia pun langsung melanjutkan ke TNI and mengambil spesialis penerbangan. Rencananya jenazah Tito akan di makamkan pada pukul 15.00 di TMP Kalibata Jakarta Selatan.
Pantuan merdeka.com, sejumlah kolega dan teman Tito sudah berdatangan ke rumah duka. Sejumlah karangan bunga juga berjejer di depan rumahnya, salah satunya datang dari Kepala Dinas PU Kabupaten Kepulauan Mentawai, dan Dirjen Bina Keuda Reydonnyzar Moenoek.(mdk)
Tag :
Peristiwa