Sedikit ingin berbagi dengan kalian. Aku menulis ini karena teramat merindukan mereka. Merindukan tarbiyah bersama kalian, saudari-saudariku tercinta dan murrabiyahku tercinta.
Ya, tarbiyah itu memang selalu ku rindukan, pasti kalian semua sudah tau apa itu tarbiyah kan? Kalo yg belum tau, aku akan coba bantu..sebenarnya aku tak mampu menjelaskan definisi tentang arti ‘tarbiyah’. Bagiku, tarbiyah adalah bola besar yang akan terus menggelinding dan mendatangi siapa saja yang hendak ditujunya. Bola besar itulah yang akan menjadi penyejuk bagi yang mendapatinya.
Memori otak ini kembali mereview 3 tahun lalu (kurang lebih). Ketika kali pertama aku menuntut ilmu, di sekolah tercinta itu. Kali pertama diperkenalkan dengan ’keluarga’ baru, dengan guru-guru yg begitu ikhlas memberikan setiap ilmunya pada kami, dan masih banyak lagi hal baru yg aku temukan di SMA.
Salah satu yg tak kan ku lupa adalah ketika aku diperkenalkan dengan sebuah organisasi yang luar biasa indah dan yg mengubah banyak hal dalam hidupku ku rasa. Kali pertama pula mengenal ‘mereka’ orang-orang yg luar biasa. Di sinilah aku mulai mengukirkan warna-warna indah itu.
Inilah warna pertama itu...
Sebuah momen yang takkan pernah habis untuk ku ceritakan, tak bosan untuk ku ingat, dan takkan pernah ingin aku lupakan. Berawal dari sebuah organisasi yg bernama RMNJ 39 (Remaja Masjid Nurul Jannah SMA 39). Waktu itu saat galex (semacam pengenalan ekstrakulikuler sekaligus open recruitment ekskul2 yg ada di 39) aku sama sekali tidak memilih RMNJ sebagai ekskul yg akan ku ikuti. Aku ingin mencari suasana baru karena di SMP aku sudah pernah ikut Rohis (tp di 39 namanya Remas). Namun, Allah berkata lain. Allah mengirim seorang teman yg amat baik, teman yg mengajak pada kebaikan , teman yang ingin melihat hal baik pada teman yang dia ajak , teman ini pula yg secara tidak sengaja membuatku begitu mencintai semua tarbiyah itu, Satu dari teman yang diajak itu adalah aku. Selvy Febrina namanya, di sela-sela galex kami bertemu dan dia bilang begini,
” Dev, daftar ekskul apa?”
”KIR,sel”
” Oh, mending daftar Remas aja dev, dapet makanan loh ”
Waaah.. boleh juga nih dipikiranku waktu itu, tanpa pikir dua kali aku langsung daftar remas *tergiur souvenir yg diberikan Remas sebenernya hehe tp gak jg deh waktu itu ditarik-tarik juga sama kakak-kakak remas buat ke stand remas trus di ‘paksa’ daftar deh, tp makasih ya kak atas ‘pemakasaan’nya waktu itu hehe
Kaki ini pun melangkah ke sebuah pertemuan pertamaku dengan kakak-kakak remas. Pertemuan pertama itu cukup berkesan buatku. Saat Open House Remas aku bertemu dengan jamaah RMNJ dan banyak teman-teman baru. Di Open House Remas kami dikasih tau semua tentang Remas, mulai dari wajah-wajah pengurus dan anggotanya, kegiatan, metode yg berlangsung hingga kondisi yg ada didalamnya. Lalu berlanjut ke pertemuan-pertemuan lain dan ternyata aku begitu menikmati setiap pertemuan itu. Allah memberiku kenikmatan untuk merasakan indahnya persaudaraan dalam bingkai ukhuwah. Rasa cinta ini muncul salah satunya karena kami sering bertemu, bertemu saat kepanitiaan, saat shalat dhuha dan saat kami diamanahkan dalam sebuah kepengurusan RMNJ 26, Subhanallah.
Remas punya metode jitu yaitu membagi semua anggota Remas menjadi kelompok halaqoh/liqo. Aku mendapat kelompok halaqoh yg menyenangkan, tp kelompok liqo pertamaku ini tidak bertahan lama, bongkar pasang anggota liqo dan murrabiyahnya pun terjadi beberapa kali, aku sendiri selama di 39 sudah 5 kali ganti murrabiyah, banyak alasan dibalik pergantian murrabiyah mulai murrabiyah sibuk kuliah,sibuk kerja, ada juga yg menikah dan harus pindah keluar kota untuk mengikuti suaminya, dan alasan yg paling membuat sedih ialah kelompok liqo ku anggotanya kabur2an :’(
murrabiyah yg terakhir memutuskan mentrasfer aku dan seorang teman liqo ke kelompok liqo lain.
Duuuh jadi kepanjangaan intronya hehe, aku mulai aja deh ceritanya
Kini, kuukir kembali tentang kisah indah itu dalam catatan hati. Seperti yang telah kuungkapkan pada awal catatan. Berawal dari ajakan seorang teman. Semoga beliau selalu diberi rahmat oleh yang Mahakuasa lahir dan batin. Bila beliau dalam keadaan sakit, semoga penyakitnya diangkat oleh Allah tanpa mengurangi ketakwaan dan keimanannya. Amin ya Robbal ‘alamin.
Tulisan ini pun ku buat karena rasa rindu yang begitu berat tiba-tiba pada suasana liqo dan rindu melihat senyum mereka, teman-teman liqo.Sungguh suasana yang tak bisa tergantikan. Aku rindu berbagi dengan kalian, aku rindu semuanya.
Aku juga kagum dengan kelembutan murabbiyahku yang
mampu meluluhkan hati ini. Selain luluh, murabbiyahku ini mampu mengikat hatiku untuk lebih mencintai saudari-saudariku . Kuharap saudari-saudarikupun merasakan hal yang sama. Satu tahun, yah kurang lebih satu tahun aku bersamanya. Memetik ilmu sedikit demi sedikit.
Aku pun mulai menangis ketika mengenang kisah di tengah lingkaran bersama kalian. Aku mulai menyadari bahwa betapa dunia ini membutuhkan orang saleh yang tidak hanya sekadar saleh bagi diri sendiri. Namun, jauh…jauh…amat jauh, kesalehan itu perlu disebarkan. Perlu diaplikasikan.
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu bahwa hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahkan mahabbah hanya kepada-Mu, bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam rangka menyeru (dakwah di jalan)-Mu, dan berjanji setia untuk membela syariat-Mu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya, ya Allah, abadikanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya, dan penuhilah dengan cahaya-Mu yang tidak akan pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakkal pada-Mu….” (Doa Rabithah)
Entah dengan cara apa aku mengembalikan kondisiku yang dulu dengan sekarang. Tiga bulan lalu, aku masih bercengkerama dengan teman-teman yang selalu kurindukan. Kini, kami terpisah. Mereka pindah ke kota lain tiga bulan lalu.Mereka pindah karena mereka harus mengejar cita-citanya, begitupula aku tp aku tidak pindah aku masih setia di kota ini, bukankah hidup harus terus berlanjut? Aku tahu kalian pun pasti merindukan juga masa-masa ini, Sabarlah sayang kita akan bertemu lagi disini di tempat ini Insya Allah.
Banyak hal yang tertoreh dalam hati, termasuk kisah tarbiyah ini , Siapa yang tak sedih? Bila saja kalian pernah mempunyai teman tempat berbagi ilmu, namun tiba-tiba teman itu tak ditemukan lagi. Bukan hanya mata yang mengeluarkan tangis, melainkan jiwa juga merintih. Saat menulis kisah ini pun air mata berderai, namun jemari tetap lincah ingin melukiskan kerinduan pada ‘lingkaran kecil’ itu. Sebenarnya kelompok liqo itu masih ada tapi lagi-lagi kesibukan menjadi alasan utama mengapa liqo ini tidak seefektif dulu. Bahkan saat kemarin aku bertemu dengan murrabiyahku, beliau bilang akan mentransferku ke kelompok liqo lain karena teman-teman sekarang tidak bisa hadir liqo lagi. Aku sedih sekali rasanya saat beliau bilang begitu.
Rabbi, mengapa semuanya harus seperti ini.
Kerinduan ini membuncah tiap mengingat tarbiyah ini. Aku hanya ingin berbagi ilmu dengan kalian.Namun, berbagi rasanya kurang lengkap tanpa mendapat bagian. Aku juga mau diberi ilmu oleh murrabiyahku.
Aku takut ’kehausan’ di tengah perjalanan ini. Perjalanan untuk meraih keridhoan-Nya. Pernahkah kau membayangkan tidak minum selama perjalanan panjang? Sehari tak minum saja rasanya pasti haus sekali apalagi sampai berbulan-bulan, na’udzubillah tsumma na’uudzubillah. Tubuh yang tak mendapat cairan tentu akan mati perlahan. Jiwa yang tak dapat siraman kalbu pun akan mati. Bila jiwa sudah mati, maka kebenaran akan mati.
Sekali lagi, aku rindu tarbiyahku. Ingin rasanya kerinduan ini kubagi, bahkan ingin kugantikan dengan benda yang terjangkau, namun rindu ini amat luar biasa. Kekuatannya mahadahsyat hingga ketenangan tak sepenuhnya kudapat kecuali melepasnya bersua dalam majelis tarbiyah. Mungkin ini adalah salahsatu kenikmatan dari ukhuwah.
Ukhuwah, apa sesungguhnya yang kau kandung? Mengapa hati ini serasa tak puas jika belum bersua denganmu? Mungkinkah engkau telah mengakar jauh dalam lubuk hatiku yang terdalam?
Ramuan yang tepat bagiku memang hanya bisa didapatkan di bengkel jiwa yakni ‘tarbiyah’. Namun, jauh dari lubuk hatiku, aku ingin menangis di depan mereka. Tetapi, sungguh kekuatan ukhuwah itulah yang membuatku tak meneteskan air mata sebab bila kuingat wajah mereka memancarkan semangat luar biasa. Semangat yang membuatku tegar. Semangat yang hingga kini masih ada.
Kalian saudari yang kucintai karena Allah. Meskipun ku tak tahu seberapa besarnya rindu kalian padaku, maka rinduku melebihi kalian.
Inikah buah dari tarbiyah? Jika memang ini buah darinya, maka sungguh aku tak ingin membayangkan perpisahan dengan saudariku kini. Sebab aku tahu bagaimana sakitnya kehilangan, bagaimana sakitnya menahan rindu. Rintihan kecil itu selalu ada menjadi pengantar tidur. Selalu hadir membayang.
Jika rindu tarbiyahku akan terobati, aku hanya ingin tetap terjaga. Terjaga hingga akhir penantian kembali menghampiri. Aku hanya berharap hal itu cepat terwujud sebab bukan hanya ragaku yang kering, jiwaku terasa gersang dan butuh siraman hujan penyejuk
Islam memang agama yang mengantarkan damai kepada pemeluknya. Aku leleh dalam indahnya. Allohumma innaka ta’lamu anna hadzihil-quluub, qodijtama’at ‘alaa mahabbatik, ‘Ya, Allah sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul atas dasar kecintaan pada-Mu.’
Demikianlah rasa indah yang kurasakan, berkumpul atas dasar cinta kepada Dzat yang tiada sekutu bagi-Nya, Dzat yang tiada setara dengan-Nya.
Ukhuwah mengantarkanku mengenal keterasingan menjadi lekat, hingga tak dapat sepenuhnya kutuang dalam catatan kecil ini betapa aku larut di dalamnya.
Bait-bait doa pun terlantun indah tatkala mengingat mereka dalam lena tarbiyah. Aku beruntung, hidayah hadir hingga membentuk kekaguman pada-Nya.
”Sungguh hidayah akan datang kepada siapa saja yang dikehendakiNya”
Kagum akan rasa yang disusupkan pada tiap hamba-Nya. Yang hamba itu tak tahu dari mana datangnya gejolak ukhuwah yang begitu kental. Lagi-lagi, aku terharu. Tiada henti ingin kudendangkan rasa syukur tak terhingga ini pada pengatur skenario dalam hidupku. Mengatur dengan sedemikian apiknya.
Jika sekiranya, ukhuwah ini bisa dibisikkan oleh angin, maka aku ingin sang angin, atas izin Sang Pencipta, menyampaikan rasa terima kasih pada seorang teman yang telah mengantarkanku pada gerbang tarbiyah yang penuh dengan bumbu ukhuwah.(sechundzwanzig)
Ya, tarbiyah itu memang selalu ku rindukan, pasti kalian semua sudah tau apa itu tarbiyah kan? Kalo yg belum tau, aku akan coba bantu..sebenarnya aku tak mampu menjelaskan definisi tentang arti ‘tarbiyah’. Bagiku, tarbiyah adalah bola besar yang akan terus menggelinding dan mendatangi siapa saja yang hendak ditujunya. Bola besar itulah yang akan menjadi penyejuk bagi yang mendapatinya.
Memori otak ini kembali mereview 3 tahun lalu (kurang lebih). Ketika kali pertama aku menuntut ilmu, di sekolah tercinta itu. Kali pertama diperkenalkan dengan ’keluarga’ baru, dengan guru-guru yg begitu ikhlas memberikan setiap ilmunya pada kami, dan masih banyak lagi hal baru yg aku temukan di SMA.
Salah satu yg tak kan ku lupa adalah ketika aku diperkenalkan dengan sebuah organisasi yang luar biasa indah dan yg mengubah banyak hal dalam hidupku ku rasa. Kali pertama pula mengenal ‘mereka’ orang-orang yg luar biasa. Di sinilah aku mulai mengukirkan warna-warna indah itu.
Inilah warna pertama itu...
Sebuah momen yang takkan pernah habis untuk ku ceritakan, tak bosan untuk ku ingat, dan takkan pernah ingin aku lupakan. Berawal dari sebuah organisasi yg bernama RMNJ 39 (Remaja Masjid Nurul Jannah SMA 39). Waktu itu saat galex (semacam pengenalan ekstrakulikuler sekaligus open recruitment ekskul2 yg ada di 39) aku sama sekali tidak memilih RMNJ sebagai ekskul yg akan ku ikuti. Aku ingin mencari suasana baru karena di SMP aku sudah pernah ikut Rohis (tp di 39 namanya Remas). Namun, Allah berkata lain. Allah mengirim seorang teman yg amat baik, teman yg mengajak pada kebaikan , teman yang ingin melihat hal baik pada teman yang dia ajak , teman ini pula yg secara tidak sengaja membuatku begitu mencintai semua tarbiyah itu, Satu dari teman yang diajak itu adalah aku. Selvy Febrina namanya, di sela-sela galex kami bertemu dan dia bilang begini,
” Dev, daftar ekskul apa?”
”KIR,sel”
” Oh, mending daftar Remas aja dev, dapet makanan loh ”
Waaah.. boleh juga nih dipikiranku waktu itu, tanpa pikir dua kali aku langsung daftar remas *tergiur souvenir yg diberikan Remas sebenernya hehe tp gak jg deh waktu itu ditarik-tarik juga sama kakak-kakak remas buat ke stand remas trus di ‘paksa’ daftar deh, tp makasih ya kak atas ‘pemakasaan’nya waktu itu hehe
Kaki ini pun melangkah ke sebuah pertemuan pertamaku dengan kakak-kakak remas. Pertemuan pertama itu cukup berkesan buatku. Saat Open House Remas aku bertemu dengan jamaah RMNJ dan banyak teman-teman baru. Di Open House Remas kami dikasih tau semua tentang Remas, mulai dari wajah-wajah pengurus dan anggotanya, kegiatan, metode yg berlangsung hingga kondisi yg ada didalamnya. Lalu berlanjut ke pertemuan-pertemuan lain dan ternyata aku begitu menikmati setiap pertemuan itu. Allah memberiku kenikmatan untuk merasakan indahnya persaudaraan dalam bingkai ukhuwah. Rasa cinta ini muncul salah satunya karena kami sering bertemu, bertemu saat kepanitiaan, saat shalat dhuha dan saat kami diamanahkan dalam sebuah kepengurusan RMNJ 26, Subhanallah.
Remas punya metode jitu yaitu membagi semua anggota Remas menjadi kelompok halaqoh/liqo. Aku mendapat kelompok halaqoh yg menyenangkan, tp kelompok liqo pertamaku ini tidak bertahan lama, bongkar pasang anggota liqo dan murrabiyahnya pun terjadi beberapa kali, aku sendiri selama di 39 sudah 5 kali ganti murrabiyah, banyak alasan dibalik pergantian murrabiyah mulai murrabiyah sibuk kuliah,sibuk kerja, ada juga yg menikah dan harus pindah keluar kota untuk mengikuti suaminya, dan alasan yg paling membuat sedih ialah kelompok liqo ku anggotanya kabur2an :’(
murrabiyah yg terakhir memutuskan mentrasfer aku dan seorang teman liqo ke kelompok liqo lain.
Duuuh jadi kepanjangaan intronya hehe, aku mulai aja deh ceritanya
Kini, kuukir kembali tentang kisah indah itu dalam catatan hati. Seperti yang telah kuungkapkan pada awal catatan. Berawal dari ajakan seorang teman. Semoga beliau selalu diberi rahmat oleh yang Mahakuasa lahir dan batin. Bila beliau dalam keadaan sakit, semoga penyakitnya diangkat oleh Allah tanpa mengurangi ketakwaan dan keimanannya. Amin ya Robbal ‘alamin.
Tulisan ini pun ku buat karena rasa rindu yang begitu berat tiba-tiba pada suasana liqo dan rindu melihat senyum mereka, teman-teman liqo.Sungguh suasana yang tak bisa tergantikan. Aku rindu berbagi dengan kalian, aku rindu semuanya.
Aku juga kagum dengan kelembutan murabbiyahku yang
mampu meluluhkan hati ini. Selain luluh, murabbiyahku ini mampu mengikat hatiku untuk lebih mencintai saudari-saudariku . Kuharap saudari-saudarikupun merasakan hal yang sama. Satu tahun, yah kurang lebih satu tahun aku bersamanya. Memetik ilmu sedikit demi sedikit.
Aku pun mulai menangis ketika mengenang kisah di tengah lingkaran bersama kalian. Aku mulai menyadari bahwa betapa dunia ini membutuhkan orang saleh yang tidak hanya sekadar saleh bagi diri sendiri. Namun, jauh…jauh…amat jauh, kesalehan itu perlu disebarkan. Perlu diaplikasikan.
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu bahwa hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahkan mahabbah hanya kepada-Mu, bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam rangka menyeru (dakwah di jalan)-Mu, dan berjanji setia untuk membela syariat-Mu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya, ya Allah, abadikanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya, dan penuhilah dengan cahaya-Mu yang tidak akan pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakkal pada-Mu….” (Doa Rabithah)
Entah dengan cara apa aku mengembalikan kondisiku yang dulu dengan sekarang. Tiga bulan lalu, aku masih bercengkerama dengan teman-teman yang selalu kurindukan. Kini, kami terpisah. Mereka pindah ke kota lain tiga bulan lalu.Mereka pindah karena mereka harus mengejar cita-citanya, begitupula aku tp aku tidak pindah aku masih setia di kota ini, bukankah hidup harus terus berlanjut? Aku tahu kalian pun pasti merindukan juga masa-masa ini, Sabarlah sayang kita akan bertemu lagi disini di tempat ini Insya Allah.
Banyak hal yang tertoreh dalam hati, termasuk kisah tarbiyah ini , Siapa yang tak sedih? Bila saja kalian pernah mempunyai teman tempat berbagi ilmu, namun tiba-tiba teman itu tak ditemukan lagi. Bukan hanya mata yang mengeluarkan tangis, melainkan jiwa juga merintih. Saat menulis kisah ini pun air mata berderai, namun jemari tetap lincah ingin melukiskan kerinduan pada ‘lingkaran kecil’ itu. Sebenarnya kelompok liqo itu masih ada tapi lagi-lagi kesibukan menjadi alasan utama mengapa liqo ini tidak seefektif dulu. Bahkan saat kemarin aku bertemu dengan murrabiyahku, beliau bilang akan mentransferku ke kelompok liqo lain karena teman-teman sekarang tidak bisa hadir liqo lagi. Aku sedih sekali rasanya saat beliau bilang begitu.
Rabbi, mengapa semuanya harus seperti ini.
Kerinduan ini membuncah tiap mengingat tarbiyah ini. Aku hanya ingin berbagi ilmu dengan kalian.Namun, berbagi rasanya kurang lengkap tanpa mendapat bagian. Aku juga mau diberi ilmu oleh murrabiyahku.
Aku takut ’kehausan’ di tengah perjalanan ini. Perjalanan untuk meraih keridhoan-Nya. Pernahkah kau membayangkan tidak minum selama perjalanan panjang? Sehari tak minum saja rasanya pasti haus sekali apalagi sampai berbulan-bulan, na’udzubillah tsumma na’uudzubillah. Tubuh yang tak mendapat cairan tentu akan mati perlahan. Jiwa yang tak dapat siraman kalbu pun akan mati. Bila jiwa sudah mati, maka kebenaran akan mati.
Sekali lagi, aku rindu tarbiyahku. Ingin rasanya kerinduan ini kubagi, bahkan ingin kugantikan dengan benda yang terjangkau, namun rindu ini amat luar biasa. Kekuatannya mahadahsyat hingga ketenangan tak sepenuhnya kudapat kecuali melepasnya bersua dalam majelis tarbiyah. Mungkin ini adalah salahsatu kenikmatan dari ukhuwah.
Ukhuwah, apa sesungguhnya yang kau kandung? Mengapa hati ini serasa tak puas jika belum bersua denganmu? Mungkinkah engkau telah mengakar jauh dalam lubuk hatiku yang terdalam?
Ramuan yang tepat bagiku memang hanya bisa didapatkan di bengkel jiwa yakni ‘tarbiyah’. Namun, jauh dari lubuk hatiku, aku ingin menangis di depan mereka. Tetapi, sungguh kekuatan ukhuwah itulah yang membuatku tak meneteskan air mata sebab bila kuingat wajah mereka memancarkan semangat luar biasa. Semangat yang membuatku tegar. Semangat yang hingga kini masih ada.
Kalian saudari yang kucintai karena Allah. Meskipun ku tak tahu seberapa besarnya rindu kalian padaku, maka rinduku melebihi kalian.
Inikah buah dari tarbiyah? Jika memang ini buah darinya, maka sungguh aku tak ingin membayangkan perpisahan dengan saudariku kini. Sebab aku tahu bagaimana sakitnya kehilangan, bagaimana sakitnya menahan rindu. Rintihan kecil itu selalu ada menjadi pengantar tidur. Selalu hadir membayang.
Jika rindu tarbiyahku akan terobati, aku hanya ingin tetap terjaga. Terjaga hingga akhir penantian kembali menghampiri. Aku hanya berharap hal itu cepat terwujud sebab bukan hanya ragaku yang kering, jiwaku terasa gersang dan butuh siraman hujan penyejuk
Islam memang agama yang mengantarkan damai kepada pemeluknya. Aku leleh dalam indahnya. Allohumma innaka ta’lamu anna hadzihil-quluub, qodijtama’at ‘alaa mahabbatik, ‘Ya, Allah sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul atas dasar kecintaan pada-Mu.’
Demikianlah rasa indah yang kurasakan, berkumpul atas dasar cinta kepada Dzat yang tiada sekutu bagi-Nya, Dzat yang tiada setara dengan-Nya.
Ukhuwah mengantarkanku mengenal keterasingan menjadi lekat, hingga tak dapat sepenuhnya kutuang dalam catatan kecil ini betapa aku larut di dalamnya.
Bait-bait doa pun terlantun indah tatkala mengingat mereka dalam lena tarbiyah. Aku beruntung, hidayah hadir hingga membentuk kekaguman pada-Nya.
”Sungguh hidayah akan datang kepada siapa saja yang dikehendakiNya”
Kagum akan rasa yang disusupkan pada tiap hamba-Nya. Yang hamba itu tak tahu dari mana datangnya gejolak ukhuwah yang begitu kental. Lagi-lagi, aku terharu. Tiada henti ingin kudendangkan rasa syukur tak terhingga ini pada pengatur skenario dalam hidupku. Mengatur dengan sedemikian apiknya.
Jika sekiranya, ukhuwah ini bisa dibisikkan oleh angin, maka aku ingin sang angin, atas izin Sang Pencipta, menyampaikan rasa terima kasih pada seorang teman yang telah mengantarkanku pada gerbang tarbiyah yang penuh dengan bumbu ukhuwah.(sechundzwanzig)
Tag :
liqo