Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mohamad Sohibul Iman mengatakan demokrasi menjadi sebuah jalan PKS untuk mewujudkan keadilan. Namun ditegaskannya, dalam berdemokrasi harus disertai dengan kedisiplinan.
Hal itu disampaikan Sohibul Iman dalam pidato politiknya di acara Tasyakur Milad PKS ke-18 di Hotel Kartika Chandra, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Minggu (24/4/2016). Hadir dalam acara ini Presiden RI ke-3 BJ Habibie.
"Saya ingin sampaikan kita sebagai bangsa Indonesia secara umum punya kosmologi melihat aturan main itu sebagai sesuatu yang mengekang. Banyak mereka yang berpikiran bebas, kadang mereka menjadi orang yang sulit diajak berpikir di tingkat institusi karena di situ ada batas-batas yang harus diperhatikan," kata Sohibul Iman.
Sohibul Iman pun mengatakan, demokrasi itu tidak melulu soal kebebasan, namun harus disertai dengan kedisiplinan. Pernyataan itu dikutipnya dari BJ Habibie.
"Dalam konteks demokrasi, saya meminjam apa yang disampaikan oleh eyang Habibie. Jadi kemarin saya nengok beliau karena sakit, tapi sudah sehat. Beliau katakan demokrasi itu bukan hanya berbicara tentang kebebasan, demokrasi juga berbicara tentang disiplin," katanya.
"Saya harus apresiasi kepada eyang Habibie. Karena sebelumnya saya pernah mendengar seorang tokoh internasional yang mempertentangkan antara demokrasi dan disiplin. Kami tidak butuh demokrasi, yang kami butuhkan adalah disiplin. Tapi Pak Habibie justru dalam bingkai demokrasi, kita bisa menyatukan antara kebebasan dengan kedisiplinan," tambahnya.
Sohibul mengatakan, PKS menganut falsafah mewujudkan keadilan lewat demokrasi. Untuk itu, partai memberikan ruang kebebasan, namun harus disertai dengan kedisiplinan.
"Kami PKS yang di dalam falsafah, kami nyatakan bahwa pilihan politik kami untuk mewujudkan keadilan itu adalah jalan demokrasi. Oleh karena itu demokrasi kami jalankan dengan memberikan ruang-ruang kebebasan tapi di sisi lain juga ada batas-batas kedisiplinan. PKS dengan visi dan misinya yang sangat besar sekali, itu tidak mungkin bisa kami jalankan dengan baik kalau kami hanya memberikan ruang-ruang kebebasan kepada kader-kader kami, kalau mereka tidak dibingkai dengan aturan-aturan kedisiplinan," jelas Sohibul.
"Dalam program strategis kami nomor 51 kami tegaskan di situ bahwa kami akan mendorong terus ditegakkannya kedisiplinan bagi kader, pengurus partai, dan juga pejabat-pejabat publik," tambahnya.
Selain soal kedisiplinan dalam demokrasi, Sohibul juga bicara tentang ranking partainya. Dia mengatakan PKS saat ini sedang berupaya untuk menjadi partai papan atas di Indonesia.
"Karena itu dalam kerangka inilah kami melakukan itu semua. Kami ingin naik dari partai politik papan tengah yang hanya 5 sampai 10 persen menjadi partai politik papan atas yang dua digit. Dua digit ini bisa 10 persen sampai 99 persen. Cuma kami realistis, kemudian teman-teman menetapkan 2 digit-nya 12 persen saja," kata Sohibul.
"Kami selalu membayangkan tentang keberhasilan dan perkembangan 12 persen. Tapi kita juga harus membayangkan kalau kita membesar dari 7,5 persen menjadi 12 persen, persoalan kita akan semakin rumit. Maka dari itu tidak mungkin kalau tidak kita atasi mulai dari sekarang kita tegakkan kedisiplinan di dalam partai kita. Buat apa kita besar jika hanya jadi centang perenang. Kita ingin besar dan kuat," tambahnya. (detik)
Hal itu disampaikan Sohibul Iman dalam pidato politiknya di acara Tasyakur Milad PKS ke-18 di Hotel Kartika Chandra, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Minggu (24/4/2016). Hadir dalam acara ini Presiden RI ke-3 BJ Habibie.
"Saya ingin sampaikan kita sebagai bangsa Indonesia secara umum punya kosmologi melihat aturan main itu sebagai sesuatu yang mengekang. Banyak mereka yang berpikiran bebas, kadang mereka menjadi orang yang sulit diajak berpikir di tingkat institusi karena di situ ada batas-batas yang harus diperhatikan," kata Sohibul Iman.
Sohibul Iman pun mengatakan, demokrasi itu tidak melulu soal kebebasan, namun harus disertai dengan kedisiplinan. Pernyataan itu dikutipnya dari BJ Habibie.
"Dalam konteks demokrasi, saya meminjam apa yang disampaikan oleh eyang Habibie. Jadi kemarin saya nengok beliau karena sakit, tapi sudah sehat. Beliau katakan demokrasi itu bukan hanya berbicara tentang kebebasan, demokrasi juga berbicara tentang disiplin," katanya.
"Saya harus apresiasi kepada eyang Habibie. Karena sebelumnya saya pernah mendengar seorang tokoh internasional yang mempertentangkan antara demokrasi dan disiplin. Kami tidak butuh demokrasi, yang kami butuhkan adalah disiplin. Tapi Pak Habibie justru dalam bingkai demokrasi, kita bisa menyatukan antara kebebasan dengan kedisiplinan," tambahnya.
Sohibul mengatakan, PKS menganut falsafah mewujudkan keadilan lewat demokrasi. Untuk itu, partai memberikan ruang kebebasan, namun harus disertai dengan kedisiplinan.
"Kami PKS yang di dalam falsafah, kami nyatakan bahwa pilihan politik kami untuk mewujudkan keadilan itu adalah jalan demokrasi. Oleh karena itu demokrasi kami jalankan dengan memberikan ruang-ruang kebebasan tapi di sisi lain juga ada batas-batas kedisiplinan. PKS dengan visi dan misinya yang sangat besar sekali, itu tidak mungkin bisa kami jalankan dengan baik kalau kami hanya memberikan ruang-ruang kebebasan kepada kader-kader kami, kalau mereka tidak dibingkai dengan aturan-aturan kedisiplinan," jelas Sohibul.
"Dalam program strategis kami nomor 51 kami tegaskan di situ bahwa kami akan mendorong terus ditegakkannya kedisiplinan bagi kader, pengurus partai, dan juga pejabat-pejabat publik," tambahnya.
Selain soal kedisiplinan dalam demokrasi, Sohibul juga bicara tentang ranking partainya. Dia mengatakan PKS saat ini sedang berupaya untuk menjadi partai papan atas di Indonesia.
"Karena itu dalam kerangka inilah kami melakukan itu semua. Kami ingin naik dari partai politik papan tengah yang hanya 5 sampai 10 persen menjadi partai politik papan atas yang dua digit. Dua digit ini bisa 10 persen sampai 99 persen. Cuma kami realistis, kemudian teman-teman menetapkan 2 digit-nya 12 persen saja," kata Sohibul.
"Kami selalu membayangkan tentang keberhasilan dan perkembangan 12 persen. Tapi kita juga harus membayangkan kalau kita membesar dari 7,5 persen menjadi 12 persen, persoalan kita akan semakin rumit. Maka dari itu tidak mungkin kalau tidak kita atasi mulai dari sekarang kita tegakkan kedisiplinan di dalam partai kita. Buat apa kita besar jika hanya jadi centang perenang. Kita ingin besar dan kuat," tambahnya. (detik)
Tag :
PKS