Taujih Ustadz Musyaffa A. Rahim :ALLAH MENGETAHUI BAHWA KITA SIBUK

Sebagai seorang da'i, atau sebagai seorang anggota lembaga yang menamakan dirinya sebagai lembaga da'wah, sudah seharusnyalah ia mempunyai hubungan yang kokoh kuat (quwwatush-shilah) dengan Allah swt. Ada banyak sarana yang bisa kita jadikan sebagai opsi atau pilihan untuk meningk atkan kuantitas dan kualitas hubungan tersebut. Di dalam al mustakhlash fi tazkiyatil anfus Sa'id Hawa rahimahullah menyebutkan 13 sarana yang bisa kita jadikan sebagai wasilah untuk mendekatkan diri kita kep ada Allah swt. Mulai dari shalat, zakat-infaq-sedekah, puasa, haji, tilawatul qu r'an, dzikrullah, tafakkur alam dan seterusnya. Meskipun demikian, kita masih sering merasakan adanya kekeringan ruhani, karena kita memang sangat jarang mengalirinya dengan siraman-siraman ruhani yang berupa sarana-sarana tersebut.

Atau istilah accu-nya, kita jarang ngeces accu dan bate rai ruhani yang kita miliki dengan sarana-sarana Islamiyyah itu tadi. Alasan yang sering kita kemukakan selalu sama dan klasik: sibuk dan repot alias susah mengatur dan mendapatkan waktu senggang untuk menyiram dan mengecesnya. Kadangkala, kalau kita sedang berkumpul dengan sesama kader, kita ingat bahwa ru hani kita sedang sangat kekeringan.

Taujih Ustadz Musyaffa A. Rahim :ALLAH MENGETAHUI BAHWA KITA SIBUK

Namun begitu keluar dari majlis ikhwah, kita kembali lagi menjadi manusia-manusia yang "sibuk". Namun, kita perlu mengingat bahwa kesibukan kita tidak berarti meninggalkan lang kah-langkah untuk melakukan siraman-siraman dan pengecesan ruhani kita. Mari kita renungkan bersama firman Allah swt berikut ini: Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) se golongan dari orang-orang yang bersama kamu.

Dan Allah menetapkan ukuran malam d an siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-b atas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah a pa yang mudah (bagimu) dari Al Qur'an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara k amu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari se bagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan All ah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur'an dan dirikanlah sembahyan g, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Da n kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (bala san) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pa halanya.

Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun la gi Maha Penyayang. (QS Al Muzzammil: 20). Ayat ini menjelaskan bahwa: 1. Allah swt mengetahui bahwa kemampuan kita dalam berqiyamullail berbeda-beda, ada yang hampir mampu mencapai 2/3 malam, ada yang mampu setengah malam, ada yan g sepertiga malam. 2. Allah swt-lah yang membuat ukuran-ukuran siang dan malam. 3. Allah swt mengetahui bahwa kita ini lemah dan tidak akan mampu memenuhi kewaj iban (ya, waktu itu qiyamullail setengah malam adalah kewajiban kaum muslimin) i tu. 4. Allah swt mengetahui bahwa diantara kita ada yang sakit, ada yang sibuk menca ri ma'isyah, ada yang sibuk berperang fi sabilillah.

Meskipun Dia mengetahui kesibukan kita, namun Dia tetap memerintahkan kepada kit a untuk: 1. Membaca Al Qur'an (bahkan diulang dua kali) sesuai dengan kemudahan kita. 2. Menegakkan shalat. 3. Membayar zakat, dan 4. Memberikan pinjaman yang baik kepada Allah swt (sedekah dan semacamnya). 5. Banyak-banyak beristighfar. Artinya, betapapun kesibukan yang melanda kita, kita tidak boleh melupakan tugas menyirami ruhani kita dan mengecesnya dengan berbagai sarana yang ada. Ada banyak cara yang ditawarkan oleh Islam agar kita tetap bisa mendapatkan kese mpatan melakukan siraman dan pengecesan ruhani kita.

Diantaranya adalah: 1. Kita harus mensplit waktu-waktu yang kita miliki agar muncul menjadi berbagai macam saat, sehingga di hadapan kita akan muncul sederet waktu yang bisa kita d aya gunakan. Pada suatu kali seorang sahabat yang bernama Hanzhalah bertemu Abu Bakar Ash-Shi ddiq radhiyallahu 'anhu. Begitu bertemu Hanzhalah berkata: Nafaqa Hanzhalah (Han zhalah menjadi munafiq). Mendengar pernyataan seperti itu Abu Bakar kaget, lalu berkata: "Kenapa? Hanzhalah berkata: "Kalau kita berada di majlis nabi saw seaka n kita melihat dengan kepala kita sendiri suasana surga danneraka, akan tetapi b egitu ketemu anak-anak, kita lupa semua yang kita rasakan tadi"Mendengar penjelasan seperti itu Abu Bakar menjawab: "Kalau begitu sama dengan saya". Singkat cerita keduanya mendatangi nabi saw. Setelah keduanya menceritakan apa yang diras akannya, nabi saw menjawab: " Akan tetapi sa-'ah wa sa-'ah". Maksudnya: bagilah ( spiltlah) waktumu agar ada saat untuk ini dan ada saat untuk itu. (HR Bukhari). 2. Kita harus pandai memanfaatkan "serpihan-serpihan" waktu yang kita miliki dan mendaya gunakannya untuk melakukan penyiraman dan pengecesan ruhani kita.

Pada suatu hari Rasulullah saw memperingatkan bahaya memaksakan diri sendiri unt uk memperbanyak ibadah. Beliau bersabda: "Sesungguhnya agama ini mudah, dan tida k ada yang memberat-beratkan diri sendiri kecuali agama itu akan mengalahkannya, karenanya, luruskan langkah dan kokohkan, berusahalah untuk selalu mendekati (t arget ideal), bergembiralah (jangan pesimis), dan meminta tolonglah dengan waktu pagi, waktu sore dan sedikit malam". (HR Bukhari). Saudara-saudara yang dimuliakan Allah 3. Terakhir sekali, kita harus pandai-pandai membuat diversifikasi acara (keraga man acara) agar tidak cepat bosan, ingatlah bahwa "sesungguhnya Allah swt tidak bosan sehingga kita bosan, dan bebanilah jiwa ini sesuai dengan kadar kemampuann ya, dan bahwasanya amal yang paling dicintai Allah swt adalah yang kontinyu" (HR Ahmad, Abu Daud dan An-nasa-i).(swam)
pageads