Hingga kini agresi Israel terakhir tahun 2014 dengan nama “operasi Tebing Cadas” masih menyisakan bekas. Pihak keamanan dan politik Israel terus mengungkap fakta-fakta baru dan studi terkait kesiapan perlawanan Palestina dan strateginya jika terjadi perang baru terhadap Gaza.
Tim penerjemah di Markaz Filistini Lil’ilam mencoba menggali pandangan jenderal-jenderal Israel melalui tulisan kolumnis Israel Yusha Milman dan pakar keamanan Owedeterah, yang juga jenderal Israel terkait kesiapan perlawanan dan strategisnya di masa mendatang. Berikut tulisan mereka melalui judul “Jalan Simpang Gaza” tulisan Milman
“Hamas seperti Israel sibuk mengambil pelajaran dari Operasi Tebis Cadas dengan membuat sejumlah strategis baru jika terjadi perang ke Jalur Gaza kembali. Ancaman terbesar bagi situasi tenang di Jalur Gaza adalah kondisi ekonomi dan kemanusiaan yang sulit di Jalur Gaza.
Sejak Operasi Tebing Cadas, pihak elit Hamas terlibat diskusi panas soal menentukan sikap dan mengkristalkan stategi konflik dengan Israel di masa mendatang.
Dalam laporan media dan jejering sosial di Jalur Gaza dan Tepi Barat meski hal ini sulit dipastikan kebenarannya, akhir tahun ini kemungkinan akan terjadi perubahan di elit Hamas, baik dalam level pimpinan militer atau politik.
Pelajaran yang bisa dipetik Hamas dari operasi militer Israel terakhir ke Jalur Gaza adalah, arah Hamas dalam menghadapi perang Israel sudah benar dan harus dikuatkan dengan memperbaiki kemampuan militer dan terus membangun terowongan bawah tanah hingga menembus wilayah Israel untuk membuat lompatan di masa mendatang.
Semantara bagi Israel, penggunakan roket jarak jauh Hamas dalam perang jauh untuk menembus jantung Israel dan Bandara Ben Gurion tidak berhasil termasuk melakukan perusakan bagi Israel baik nyawa atau infrastruktur. Dengan demikian, Hamas akan menggunakan roket jarak dekat ke wilayah “sabuk Gaza”.”
Bencara Kemanusiaan
Milman melanjutkan, “Berbeda dengan janji sementara perusahaan Rafael di Kementerian Pertahanan bahwa Iron Dome tidak mungkin menjatuhkan roket dan misil jarak dekat karena jarak dekat 7 km dalam 25 menit ke wilayah sabuk Gaza termasuk Sederot. Wilayah Israel itu akan menjadi lebih akurat oleh target Hamas di masa mendatang dan akan lebih intens.
Israel juga sadar bahwa Gaza di gerbang bencana kemanusiaan yang diperkirakan akan berlangsung selama antara 3-4 tahun. Hal itu sudah ditegaskan sejumlah pejabat PBB. Pemerintah Israel sendiri akhirnya mendukung pembangunan pelabuhan laut di Jalur Gaza dengan syarat diawasi penuh oleh Israel agar tidak dijadikan jalur penyelundupan senjata.
Namun rencana Israel, pelabuhan itu akan seperti “pulau terpisah buatan” di tengah laut yang didanai oleh dunia internasional sejauh 4,5 km dari pantai Gaza. Sampe desainnya sudah diajukan oleh perusahaan pelabuhan Israel.”
Hantu Terowongan Bawah Tanah
Sementara itu, melalui judul artikel “Bisik-bisik Terowongan”, Owedatirah menulis;
“Jalur bawah tanah ini dikenal di Israel sebagai metro Gaza. Terowongan ini dianggap sebagai bukti bahwa pimpinan gerakan perlawanan aktif dan mereka merasa aman dengan jalur metro ini. Jaringan bawah Gaza ini menghalangi Israel menyerang langsung ke pejuang dan elit Hamas. Elit pejuang Hamas ini mengendalikan perang dari jalur bawah tanah. Selama belum ada teknologi mengatasi “metro” bawah tanah Gaza ini, Israel akan sulit mengalahkan Hamas.
Bagi Hamas, terowongan bawah tanah adalah simpanan strategis terpenting. Buktinya, jika Israel menyerang, Hamas hanya menggunakan satu terowongan saja – padahal cabang-cabang terowongan sangat banyak – untuk menyerang atau menculik serdadu Israel. Elit Hamas akan nyaman mengendalikan perang dari balik terowongan tanpa ada bahaya yang mengancam.
Saat ini Israel hanya bicara bisik-bisik mendiskusikan terowongan. Ini akan membahayakan keamanan Israel. jika terowongan ini berlangsung tanpa ada solusi maka militer Israel akan menjadi sasaran tudingan.”
Pengamat Palestina urusan zionis Israel menyatakan, tema perang ke-4 ke Gaza di kalangan Israel tidak lebih dari propaganda opini Israel di tengah situasi yang menggantung dan tidak ada solusi Israel dalam waktu dekat terhadap persoalan seperti perbatasan. Persoalan ini hanya perang psikologi antara perlawanan dan Israel untuk menguji kesiapan perang masing-masing.
Menurut pengamat Palestina ini, perang ke depan masih jauh. Bisa jadi akan dihalangi oleh persoalan serdadu Israel yang ditawan. Dan Israel cukup mau belajar dari penyanderaan Shalit. Dan kini ada Shaul Aron yang disandera kelompok perlawanan.
Pengamat Palestina menyimpulkan, jenderal-jenderal Israel tak akan setuju digelar perang baru ke Jalur Gaza minimal pada saat ini. Sehingga pembicaraan perang di kalangan Israel seperti Menhan Avigdor Lieberman hanya libido ekstrimisme dan sebagian anggota partai kanan ekstrim di parlemen Israel Knesset. (IP)
Tim penerjemah di Markaz Filistini Lil’ilam mencoba menggali pandangan jenderal-jenderal Israel melalui tulisan kolumnis Israel Yusha Milman dan pakar keamanan Owedeterah, yang juga jenderal Israel terkait kesiapan perlawanan dan strategisnya di masa mendatang. Berikut tulisan mereka melalui judul “Jalan Simpang Gaza” tulisan Milman
Sejak Operasi Tebing Cadas, pihak elit Hamas terlibat diskusi panas soal menentukan sikap dan mengkristalkan stategi konflik dengan Israel di masa mendatang.
Dalam laporan media dan jejering sosial di Jalur Gaza dan Tepi Barat meski hal ini sulit dipastikan kebenarannya, akhir tahun ini kemungkinan akan terjadi perubahan di elit Hamas, baik dalam level pimpinan militer atau politik.
Pelajaran yang bisa dipetik Hamas dari operasi militer Israel terakhir ke Jalur Gaza adalah, arah Hamas dalam menghadapi perang Israel sudah benar dan harus dikuatkan dengan memperbaiki kemampuan militer dan terus membangun terowongan bawah tanah hingga menembus wilayah Israel untuk membuat lompatan di masa mendatang.
Semantara bagi Israel, penggunakan roket jarak jauh Hamas dalam perang jauh untuk menembus jantung Israel dan Bandara Ben Gurion tidak berhasil termasuk melakukan perusakan bagi Israel baik nyawa atau infrastruktur. Dengan demikian, Hamas akan menggunakan roket jarak dekat ke wilayah “sabuk Gaza”.”
Bencara Kemanusiaan
Milman melanjutkan, “Berbeda dengan janji sementara perusahaan Rafael di Kementerian Pertahanan bahwa Iron Dome tidak mungkin menjatuhkan roket dan misil jarak dekat karena jarak dekat 7 km dalam 25 menit ke wilayah sabuk Gaza termasuk Sederot. Wilayah Israel itu akan menjadi lebih akurat oleh target Hamas di masa mendatang dan akan lebih intens.
Israel juga sadar bahwa Gaza di gerbang bencana kemanusiaan yang diperkirakan akan berlangsung selama antara 3-4 tahun. Hal itu sudah ditegaskan sejumlah pejabat PBB. Pemerintah Israel sendiri akhirnya mendukung pembangunan pelabuhan laut di Jalur Gaza dengan syarat diawasi penuh oleh Israel agar tidak dijadikan jalur penyelundupan senjata.
Namun rencana Israel, pelabuhan itu akan seperti “pulau terpisah buatan” di tengah laut yang didanai oleh dunia internasional sejauh 4,5 km dari pantai Gaza. Sampe desainnya sudah diajukan oleh perusahaan pelabuhan Israel.”
Hantu Terowongan Bawah Tanah
Sementara itu, melalui judul artikel “Bisik-bisik Terowongan”, Owedatirah menulis;
“Jalur bawah tanah ini dikenal di Israel sebagai metro Gaza. Terowongan ini dianggap sebagai bukti bahwa pimpinan gerakan perlawanan aktif dan mereka merasa aman dengan jalur metro ini. Jaringan bawah Gaza ini menghalangi Israel menyerang langsung ke pejuang dan elit Hamas. Elit pejuang Hamas ini mengendalikan perang dari jalur bawah tanah. Selama belum ada teknologi mengatasi “metro” bawah tanah Gaza ini, Israel akan sulit mengalahkan Hamas.
Bagi Hamas, terowongan bawah tanah adalah simpanan strategis terpenting. Buktinya, jika Israel menyerang, Hamas hanya menggunakan satu terowongan saja – padahal cabang-cabang terowongan sangat banyak – untuk menyerang atau menculik serdadu Israel. Elit Hamas akan nyaman mengendalikan perang dari balik terowongan tanpa ada bahaya yang mengancam.
Saat ini Israel hanya bicara bisik-bisik mendiskusikan terowongan. Ini akan membahayakan keamanan Israel. jika terowongan ini berlangsung tanpa ada solusi maka militer Israel akan menjadi sasaran tudingan.”
Pengamat Palestina urusan zionis Israel menyatakan, tema perang ke-4 ke Gaza di kalangan Israel tidak lebih dari propaganda opini Israel di tengah situasi yang menggantung dan tidak ada solusi Israel dalam waktu dekat terhadap persoalan seperti perbatasan. Persoalan ini hanya perang psikologi antara perlawanan dan Israel untuk menguji kesiapan perang masing-masing.
Menurut pengamat Palestina ini, perang ke depan masih jauh. Bisa jadi akan dihalangi oleh persoalan serdadu Israel yang ditawan. Dan Israel cukup mau belajar dari penyanderaan Shalit. Dan kini ada Shaul Aron yang disandera kelompok perlawanan.
Pengamat Palestina menyimpulkan, jenderal-jenderal Israel tak akan setuju digelar perang baru ke Jalur Gaza minimal pada saat ini. Sehingga pembicaraan perang di kalangan Israel seperti Menhan Avigdor Lieberman hanya libido ekstrimisme dan sebagian anggota partai kanan ekstrim di parlemen Israel Knesset. (IP)
Tag :
palestina