Wakil Ketua Umum DPP Gerindra FX. Arief Poyuono, mengatakan, anjloknya kurs rupiah yang menembus hingga Rp 12,247 perdolar AS lebih disebabkan kebutuhan akan dolar untuk melakukan impor yang makin meningkat seperti impor BBM dan pangan serta bahan baku.
Selain itu, lemahnya nilai tukar rupiah disebabkan oleh kenaikan suku bunga FED karena ekonomi AS membutuhkan dana yang likuid untuk menciptakan lapangan kerja. Malah kalau mau lebih ekstrim, kata Arief Poyuono, kejatuhan kurs rupiah terhadap dolar menunjukan pasar ragu akan kemampuan Joko Widodo dalam memerintah.
"Sebab baru-baru ini saya bertemu dengan sejumlah "fund" manager di Singapore dan Hongkong justru mereka bertanya apa orang Indonesia tidak salah memilih Joko Widodo sebagai presiden, sebab mereka memastikan bahwa Joko Widodo masih belum memiliki kemampuan untuk memimpin Indonesia," ujar Arief Poyuono kepada RMOL, Rabu (8/10).
Dan ini, sambung dia, terbukti dengan makin melemahnya nilai rupiah terhadap AS dolar dan mata uang asing linnya semenjak KPU menetapkan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai pemenang pilpres.
Arief Poyuono menambahakan, hal lain yang meyebabkan rontoknya rupiah dan IHSG disebabkan juga karena pelambatan pertumbuhan ekonomi global dari data-data ekonomi Jerman yang buruk. Sehingga banyak aksi jual saham dan tarik AS dolar untuk melakukan hedging dan menjaga likuiditas modal oleh perusahaan jasa keuangan.
"Sehingga makin sangat jelas pengamat pasar modal dan analis keuangan di dalam negeri telah melakukan pembohongan publik dengan mendiskreditkan Koalisi Merah Putih yang menguasai parlemen," pungkasnya. (rmol)
Tag :
politik