Abadijaya News : Pengamat
politik dari Charta Politika, Yunarto Wijaya (Toto), menilai kekalahan
yang dialami oleh koalisi Indonesia hebat (KIH) pendukung Jokowi-JK di
parlemen Koalisi Merah Putih (KMP) merupakan hal biasa. Dia
mengibaratkannya seperti pertandingan sepakbola, ada yang kemasukan gol
dan waktu permainan masih panjang sehingga berkesempatan membalas.
"Kalau kalah 5-0 itu iya, diibaratkan ini masih di menit ke 10 pertandingan, masih ada 90 menit lagi plus injury time," kata Yunarto dalam diskusi bertajuk Kabinet Harapan Rakyat di Double Bay Lounge & Dinner, Ibis Budget Hotel Menteng, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 9 Oktober 2014.
Menurut Toto, meski dengan kondisi penguasan oleh KMP di parlemen tidak serta merta akan membuat instabilitas pemerintahan mendatang akan terganggu. Pasalnya, Indonesia yang menganut sistem presidensial, dimana secara teori antara eksekutif dan parlemen mempunyai posisi yang berbeda.
"Saya katakan saya optimis. Karena ada mitos yang muncul berlebihan, mengenai pemerintahan instabilitas. Kalau kita bicara teori politik yang membedakan presidensial dengan parlementer adalah perbedaan antara dua unsur itu, dimana presiden dipilih sendiri dan parlemen dipilih sendiri," ucap dia.
"Dan menurut saya, Presiden Obama sekalipun mengalami masalah ini dalam pemerintahanya, dengan minimnya dukungan dari parlemen (Republik)," kata dia.
"Kalau kalah 5-0 itu iya, diibaratkan ini masih di menit ke 10 pertandingan, masih ada 90 menit lagi plus injury time," kata Yunarto dalam diskusi bertajuk Kabinet Harapan Rakyat di Double Bay Lounge & Dinner, Ibis Budget Hotel Menteng, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 9 Oktober 2014.
Menurut Toto, meski dengan kondisi penguasan oleh KMP di parlemen tidak serta merta akan membuat instabilitas pemerintahan mendatang akan terganggu. Pasalnya, Indonesia yang menganut sistem presidensial, dimana secara teori antara eksekutif dan parlemen mempunyai posisi yang berbeda.
"Saya katakan saya optimis. Karena ada mitos yang muncul berlebihan, mengenai pemerintahan instabilitas. Kalau kita bicara teori politik yang membedakan presidensial dengan parlementer adalah perbedaan antara dua unsur itu, dimana presiden dipilih sendiri dan parlemen dipilih sendiri," ucap dia.
"Dan menurut saya, Presiden Obama sekalipun mengalami masalah ini dalam pemerintahanya, dengan minimnya dukungan dari parlemen (Republik)," kata dia.
Dalam tata kenegaraan
saat ini memang tidak ada satupun lembaga tinggi negara yang berposisi
sebagai lembaga tertinggi. Lembaga kepresidenan setara dengan Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
Dengan penguasaan kontrol oleh banyak kelompok seperti yang terjadi saat ini justru memungkinkan situasi keseimbangan terjadi, yakni parlemen menjadi penyeimbang presiden selaku eksekutif(vv)
Dengan penguasaan kontrol oleh banyak kelompok seperti yang terjadi saat ini justru memungkinkan situasi keseimbangan terjadi, yakni parlemen menjadi penyeimbang presiden selaku eksekutif(vv)
Tag :
politik