Mereka pun langsung menunjuk sebagian menteri yang ada dalam Kabinet Kerja sebagai orang-orang yang bermadzhab neoliberal. Kelompok neoliberal ini dinilai bukan saja tunduk pada mekanisme pasar, namun juga sering mengabaikan kepentingan nasional demi kepentingan kelompok bisnisnya atau bahkan kepentingan asing.
Kini, di antara menteri yang disebut bagian dari kelompok neoliberal itu ada tiga orang sebagaimana disampaikan Ketua PDI Perjuangan Effendi Simbolon. Mereka adalah Menko Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri BUMN Rini Soemarno dan Menteri ESDM Sudirman Said.
Seiring dengan rencana menaikkan harga BBM, muncul pandangan agar Jokowi segera mengganti menteri-menteri yang dinilai neolib, termasuk tiga menteri di atas. Namun bagi sebagian orang, pandangan ini sejatinya salah sebab seharusnya Jokowi bukan mengganti para menteri melainkan orang yang menitipkan menteri-menteri itu masuk ke dalam kabinet.
Banyak yang percaya, bahkan Effendi Simbolon sendiri, bahwa ketiga menteri ini merupakan orang-orang Jusuf Kalla. Dengan demikian, Jokowi seharusnya menggusur Jusuf Kalla sekalian saja sebab ketiga menteri itu hanyalah operator pelaksana dari gagasan JK, begitu Jusuf Kalla disapa.
JK, yang sempat menjadi wakil presiden SBY di periode pertama, memang selalu tampil semangat dalam menaikkan harga BBM. Dia selalu mau pasang badan untuk menghadapi pihak-pihak yang menolak kenaikan harga BBM. Tak heran juga kini, masih menurut omongan Effendi, JK terlihat begitu bernafsu dengan rencana ini. Nafsu JK ini pun sudah memicu aksi demontrasi di berbagai tempat.
Disinilah, lagi-lagi, Jokowi dinilai harus semakin menyadari bahwa JK merupakan persoalan atau duri dalam daging yang bisa menurunkan elektabilitasnya di mata publik.(rmol)
Tag :
Kabinet