Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Idrus Marham mengatakan konflik yang terjadi di tubuh Partai Golkar tidak terlepas dari tindakan oknum elit partai politik tertentu. "Saya mendapat informasi, ada elit partai politik tertentu yang mengacak-acak Partai Golkar dan potensial juga mengacak-acak pemerintah," ujar Idrus di Gedung DPR, Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Senin (15/12/2014).
Ia yakin, pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla tidak akan melakukan intervensi terhadap persoalan yang terjadi di tubuh Partai Golkar. "Apalagi Jusuf Kalla, beliau adalah mantan Ketua Umum Partai
Golkar, 100 persen tidak mungkin merusak Partai Golkar," tegas Idrus.
Terkait posisi Koalisi Merah Putih (KMP) terhadap pemerintahan Jokowi-JK, Idrus yang juga
Koordinator Harian KMP ini menegaskan koalisinya akan tetap mengambil sikap kritis. "Namun tidak pernah menempuh langkah jegal menjegal atau menjatuhkan pemerintah," tandas Idrus.
Pernyataan Idrus Marham terkait pihak eksternal Golkar yang menunggangi konflik internal partai ini cukup mengejutkan. Meski, bila disandingkan dengan konflik-konflik sebelumnya, memang konflik kali ini berbeda.
Setidaknya, model konflik yang terjadi saat ini cenderung ekstrem dan potensial merusak partai. Ancaman keberlangsungan partai menjadi taruhannya.
Ini berbeda dengan konflik yang pernah terjadi setidaknya selama era reformasi. Seperti konflik pasca munas pada 1998 yang mendaulat Akbar Tandjung sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Munas tersebut juga membuahkan sempalan partai imbas kekalahan Edy Sudrajat dengan mendirikan Partai Keadilan dan Persatuan (PKP).
Pasca-konvensi capres Partai Golkar 2004 juga memunculkan sempalan Partai Golkar dengan terbentuknya dua partai politik yakni Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) pimpinan Prabowo Subianto dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) pimpinan Wiranto. Kedua tokoh tersebut merupakan bekas petinggi Golkar yang juga alumni peserta Konvensi Partai Golkar.
Kini, konflik yang terjadi di internal Partai Golkar diyakini tidaklah berdiri sendiri. Apalagi dikaitkan dengan konstalasi politik di Tanah Air dengan adanya polarisasi dua kekuatan yakni KMP dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH). Situasi ini semestinya dijadikan momentum bagi internal Partai
Golkar untuk konsolidasi di internal. Karena, ada pihak eksternal partai yang berusaha merusak partai.(INLH)