Abadijaya News: Kekompakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakilnya, Jusuf Kalla (JK), dinilai belum terlihat. Padahal keduanya telah menjalankan pemerintahan selama enam bulan sejak dilantik akhir 2014 lalu.
"Pak JK yang digadang mampu, malah terkesan tak saling mengisi, tak saling melengkapi Jokowi," kata pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro di bilangan Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (19/4/2015).
Menurut Siti, kurang kompaknya Jokowi dan JK terlihat semasa pencalonan Komjen Budi Gunawan sebagai Kepala Polri. Jokwi tidak sepakat Budi Gunawan dilantik karena tengah menyandang status tersangka. Namun, JK menginginkan Jokowi tetap melantik Budi.
"Hal ini menjadikan pemerintah baru kurang terukur. (Selain itu soal) kenaikan BBM, gas, listrik, keputusan (Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham), dan para pembantu Presiden lainnya," ujar Siti.
Dengan demikian, tambah Siti, hal ini membuat rakyat menjadi sengsara dan tak memiliki kejelasan dalam hukum. Untuk itu dia mengimbau seharusnya Jokowi sebagai Presiden memiliki sifat dan sikap yang tegas dalam memimpin Indonesia.
Selanjutnya, Jokowi harus berpihak kepada kepentingan rakyat yang telah menjadikan dirinya sebagai Presiden. Karena jika tidak, Jokowi akan kehilangan kepercayaan dari rakyat.
"Ini semua menunjukan kotroversi yang membuat rakyat makin susah. Masyarakat menjadi gundah gulana dan resah, rakyat harus kembali diberikan kepercayaan bahwa Jokowi mampu bangun Indonesia," ujar Siti.[inilah)
Tag :
Peristiwa