Abadijaya News: Mantan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Hajriyanto Y Thohari berharap Muktamar ke-47 Muhammadiyah tetap memegang teguh netralitas organisasi terhadap politik. Hal tersebut sebagai salah satu cara untuk mengamankan posisi Muhammadiyah di Indonesia.
Sebagai kader Muhammadiyah, Hajriyanto menilai Indonesia sebagai negara yang rumit, kompleks dan cair sehingga, butuh strategi khusus di waktu mendatang. "Agar lebih aman dan selamat, Muhammadiyah lebih baik tetap netral secara politik. Kalau perlu Muhammadiyah tidak dekat-dekat dengan politik," ujarnya kepada CNN Indonesia, Rabu (4/8).
Hajriyanto menuturkan, Muhammadiyah seharusnya tetap memegang netralitas terhadap politik dan mempertimbangkan kembali tiga opsi yang disampaikan Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin dalam Sidang Pleno I Muktamar Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Makassar.
"Muhammadiyah yang akan datang akan kesulitan mengelolanya jika Muhammadiyah opsi kedua atau opsi ketiga," katanya. (Baca juga: Muhammadiyah Peluang Jadi Partai)
Ketiga opsi, pertama yang ditawarkan adalah Muhammadiyah tetap netral atau tak memihak salah satu partai politik. Meski netral, Muhammadiyah tetap menjalin hubungan baik dengan partai politik; Kedua, membuka sebuah hubungan khusus dengan partai politik tertentu; dan ketiga Muhammadiyah berperan aktif dalam pemilihan legislatif dan pemilihan presiden. Muhammadiyah dalam opsi ini secara aktif mendukung calon-calon yang dinilai dapat memperjuangkan kepentingan Muhammadiyah.
Lebih lanjut, Hajriyanto menyatakan, saat ini Muhammadiyah tidak memiliki sumber daya yang memadai jika pada akhirnya harus memilih salah satu opsi yang ditawarkan. Sehingga, dikhawatirkan akan menimbulkan permasalahan jika tidak diperhatikan dengan bijak kekurangan tersebut.
Hajriyanto menuturkan, Muhammadiyah seharusnya tetap memegang netralitas terhadap politik dan mempertimbangkan kembali tiga opsi yang disampaikan Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin dalam Sidang Pleno I Muktamar Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Makassar.
"Muhammadiyah yang akan datang akan kesulitan mengelolanya jika Muhammadiyah opsi kedua atau opsi ketiga," katanya. (Baca juga: Muhammadiyah Peluang Jadi Partai)
Ketiga opsi, pertama yang ditawarkan adalah Muhammadiyah tetap netral atau tak memihak salah satu partai politik. Meski netral, Muhammadiyah tetap menjalin hubungan baik dengan partai politik; Kedua, membuka sebuah hubungan khusus dengan partai politik tertentu; dan ketiga Muhammadiyah berperan aktif dalam pemilihan legislatif dan pemilihan presiden. Muhammadiyah dalam opsi ini secara aktif mendukung calon-calon yang dinilai dapat memperjuangkan kepentingan Muhammadiyah.
Lebih lanjut, Hajriyanto menyatakan, saat ini Muhammadiyah tidak memiliki sumber daya yang memadai jika pada akhirnya harus memilih salah satu opsi yang ditawarkan. Sehingga, dikhawatirkan akan menimbulkan permasalahan jika tidak diperhatikan dengan bijak kekurangan tersebut.
Sebelumnya, Din juga mengemukakan visi Muhammadiyah, yakni Islam berkemajuan. Dengan visi itu, Muhammadiyah mengajak seluruh elemen masyarakat mewujudkan Indonesia yang maju dengan membangkitkan umat sehingga menjadi umat terbaik.
“Islam yang luas tidak bisa direduksi dengan predikat tertentu. Islam berkemajuan visi Muhammadiyah tidak terikat dimensi ruang dan waktu. Kami ingin memantapkan gerakan pencerahan menuju Indonesia berkemajuan,” ujar Din saat membuka muktamar ke-47 di Lapangan Karebosi, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (3/8).(ccnind)
Tag :
nasional