[SUR’ATUL ISTIJABAH] Responsif Memenuhi Panggilan Dakwah (Bagian 2)

Sikap sur’atul istijabah hanya merupakan refleksi dari suatu ma’rifah (pengetahuan) yang hidup terhadap kebenaran da’wah dan bukan dari bentuk ma’rifah yang mati serta jumud. Imam Hasan Al-Bashri pernah mensinyalir keadaan ini, bahwa seekor kambing lebih baik pikirannya daripada orang yang memiliki pengetahuan yang beku. Dimana ucapan kata tak lagi mampu meninggalkan reaksi apa-apa pada diri seseorang lantaran kondisi ma’rifahnya senyap dari nilai ruh yang

Oleh : Diding Darmudi, Lc. M.S.I*
Jangan kau jadikan kambing gembalaan itu lebih baik pikirannya darimu, ia dapat ditegur lewat teriakan dan digerakkan dengan isyarat.”

Ma’rifah model ini pula yang dimaksudkan oleh Muhammad Quthb  dalam kitabnya “Manhaj Tarbiyah Islamiyah: “Bahwa pengetahuan yang dilandasi oleh rasio semata bukanlah ma’rifah yang dikehendaki dan diingini oleh Islam, karena itu adalah datar dan mati. Hal itu tidak akan mempunyai peran sedikitpun terhadap realita kehidupan dan tidak akan memiliki pengaruh apapun dalam moralitas seseorang. Ada atau tidak adanya  ma’rifah ini tak ada bedanya. Karena itu, ma’rifah mayyitah yang dilandasi penelitian secara ‘aqli yang beku adalah tidak sama dengan ma’rifah hayyah atau ma’rifah yang hidup . Yang tumbuh dari kedalaman rasa, sehingga mampu berinteraksi  dengan seluruh jiwa  dan memberi satu pengaruh tertentu dalam bentuk lain. Inilah yang sangat dikehendaki Islam dan diupayakan agar tumbuh dalam setiap dada manusia muslim.”


Bisa jadi, hal inilah muara yang menjadikan tema-tema dakwah yang terasa hambar terdengar. Atau acapkali terasa betapa sulitnya merumuskan gambaran keagungan Islam yang dapat menelorkan sikap dan mencetak perilaku. Hanya lantaran pemetaan fikrah yang kita miliki tak didukung oleh realitas harokah. Pola pemikiran yang tidak ditopang oleh alam pergerakkan. Atau lebih ringkasnya, basis pengetahuan yang tidak disertai amal. Itulah ma’rifah mayyitah. Padahal Islam adalah Diinul Ilmi wal Amal serta Diinu Da’wah wal Harokah. Apa artinya peringatan yang disampaikan oleh orang yang melepas diri dan jauh dari arena perjuangan.

Apalah artinya ungkapan yang datang dari seseorang yang kosong dari amal Islami? Dalam dirinya pun tak ada sinyal istijabah, apalagi sur’atul istijaabah. Ibarat ulasan perang antara keberanian pasukan Izzudin Al-Qosam dan tentara zionis Yahudi  yang terlontar dari sekelompok manusia yang antri pada suatu pertunjukkan bioskop. Atau sebuah percakapan tentang realita nestapa ummat yang berlangsung di tengah alunan musik jahiliyah.


Para sahabat raddhiallahu’anhum, kekentalan ma’rifah mereka terhadap da’wah begitu hidup dan benar-benar timbul dari kedalaman jiwa. Ibarat air yang terus mengalir dan menyusup ke setiap celah dihapannya, mereka adalah pribadi-pribadi yang aktif berda’wah di setiap bumi yang di pijak, da’wah menjadi obsesi mereka. Seperti yang terlukis pada sikap Sa’ad bin Mu’adz selaku kepala suku ‘Aus,

*) Ketua Bidang Kaderisasi PKS Kota Semarang


pageads
Tag : Nasihat

Related Post: