Sikap sur’atul
istijabah hanya merupakan refleksi dari suatu ma’rifah (pengetahuan) yang hidup
terhadap kebenaran da’wah dan bukan dari bentuk ma’rifah yang mati serta jumud.
Imam Hasan Al-Bashri pernah mensinyalir keadaan ini, bahwa seekor kambing lebih
baik pikirannya daripada orang yang memiliki pengetahuan yang beku. Dimana
ucapan kata tak lagi mampu meninggalkan reaksi apa-apa pada diri seseorang
lantaran kondisi ma’rifahnya senyap dari nilai ruh yang
![]() |
Oleh : Diding Darmudi, Lc. M.S.I* |
“Jangan kau jadikan kambing gembalaan itu
lebih baik pikirannya darimu, ia dapat ditegur lewat teriakan dan digerakkan
dengan isyarat.”
Ma’rifah model ini
pula yang dimaksudkan oleh Muhammad Quthb
dalam kitabnya “Manhaj Tarbiyah Islamiyah: “Bahwa pengetahuan yang
dilandasi oleh rasio semata bukanlah ma’rifah yang dikehendaki dan diingini
oleh Islam, karena itu adalah datar dan mati. Hal itu tidak akan mempunyai
peran sedikitpun terhadap realita kehidupan dan tidak akan memiliki pengaruh
apapun dalam moralitas seseorang. Ada atau tidak adanya ma’rifah ini tak ada bedanya. Karena itu,
ma’rifah mayyitah yang dilandasi penelitian secara ‘aqli yang beku adalah tidak
sama dengan ma’rifah hayyah atau ma’rifah yang hidup . Yang tumbuh dari
kedalaman rasa, sehingga mampu berinteraksi
dengan seluruh jiwa dan memberi
satu pengaruh tertentu dalam bentuk lain. Inilah yang sangat dikehendaki Islam
dan diupayakan agar tumbuh dalam setiap dada manusia muslim.”
Bisa jadi, hal
inilah muara yang menjadikan tema-tema dakwah yang terasa hambar terdengar.
Atau acapkali terasa betapa sulitnya merumuskan gambaran keagungan Islam yang
dapat menelorkan sikap dan mencetak perilaku. Hanya lantaran pemetaan fikrah
yang kita miliki tak didukung oleh realitas harokah. Pola pemikiran yang tidak
ditopang oleh alam pergerakkan. Atau lebih ringkasnya, basis pengetahuan yang
tidak disertai amal. Itulah ma’rifah mayyitah. Padahal Islam adalah Diinul Ilmi
wal Amal serta Diinu Da’wah wal Harokah. Apa artinya peringatan yang
disampaikan oleh orang yang melepas diri dan jauh dari arena perjuangan.
Apalah artinya
ungkapan yang datang dari seseorang yang kosong dari amal Islami? Dalam dirinya
pun tak ada sinyal istijabah, apalagi sur’atul istijaabah. Ibarat ulasan perang
antara keberanian pasukan Izzudin Al-Qosam dan tentara zionis Yahudi yang terlontar dari sekelompok manusia yang
antri pada suatu pertunjukkan bioskop. Atau sebuah percakapan tentang realita
nestapa ummat yang berlangsung di tengah alunan musik jahiliyah.
Para sahabat
raddhiallahu’anhum, kekentalan ma’rifah mereka terhadap da’wah begitu hidup dan
benar-benar timbul dari kedalaman jiwa. Ibarat air yang terus mengalir dan
menyusup ke setiap celah dihapannya, mereka adalah pribadi-pribadi yang aktif
berda’wah di setiap bumi yang di pijak, da’wah menjadi obsesi mereka. Seperti
yang terlukis pada sikap Sa’ad bin Mu’adz selaku kepala suku ‘Aus,
*) Ketua Bidang Kaderisasi PKS Kota Semarang
Tag :
Nasihat