Para sahabat raddhiallahu’anhum, kekentalan ma’rifah mereka terhadap da’wah begitu hidup dan benar-benar timbul dari kedalaman jiwa. Ibarat air yang terus mengalir dan menyusup ke setiap celah dihapannya, mereka adalah pribadi-pribadi yang aktif berda’wah di setiap bumi yang di pijak, da’wah menjadi obsesi mereka.
Oleh : Diding Darmudi, Lc. M.S.I*
Ketua Bidang Kaderisasi PKS Kota Semarang
|
Seperti yang terlukis pada sikap Sa’ad bin Mu’adz selaku kepala suku ‘Aus, yang mengikrarkan dua kalimat syahadat setelah memperoleh penjelasan tentan Islam dari Mus’ab bin Umair dan Sa’ad bin Zararah ra. Ia bergegas kembali ke kaumnya dan berda’wah kepada mereka. Hasilnya, tiada yang tersisa dari kaumnya kecuali telah menjadi muslim. Peristiwa inilah yang melatar belakangi rantai peristiwa besar dalam sejarah Islam, yaitu terjadinya bai’atul aqobah, hijrah, kemudian berlakunya fase jihad dan akhirnya fathu Makkah.
Baca Bagian Satu : http://bit.ly/1Rckhjb
Baca Bagian Dua :http://bit.ly/1Rckhjb
Peristiwa lain yang menunjukkan prinsip “sur’atul istijabah’ di antara celah kehidupan para sahabat ra. adalah sikap ‘Umair bin Al Hamam Al Anshori yang mendengarkan ungkapan Rasulullah saw. pada salah satu peperangan: “Berangkatlah kalian menuju syurga yang luasnya seluas langit dan bumi!. “ Kemudian Umair bertanya: “Ya Rasulullah, benarkah syurga itu seluas langit dan bumi?” “Ya, jawab Rasulullah. Umair berkata: “ck....ck...” Rasul bertanya: “Kenapa engkau mengatakan seperti itu? “Umair menjawab: “Demi Allah ya Rasulullah, kecuali karena berharap agar aku dapat menjadi ahli syurga. “Rasulullah bersabda: “Engkau termasuk ahli syurga.” Lantas ia mengeluarkan beberapa korma dari kantongnya dan memakannya, tapi tak lama kemudian ia berkata: “Lama sekali hidupku juka harus menghabiskan korma ini dahulu.” Setelah itu ia membuang kormanya dan maju ke medan perang sampai syahid.
Allahu akbar- Demikianlah figur sikap yang telah melintasi perjalanan tarikh. Disanalah rujukkan para du’at masa kini, agar mereka dapat menumbuhkan kembali sikap sur’atul istijabah dalam diri. Serta menilai kadar sikap tersebut, tatkala harus berhadapan dengan tantangan da’wah yang semakin kuat menghempas. Wallahu A’lam bi Al-showaab. (habis)
Tag :
Nasihat