Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Luar Batang, Faisal, memaparkan kronologi pengusiran Sekretaris Daerah DKI Jakarta, Saefullah, dari kawasan Luar Batang, Jakarta Utara, Senin malam (2/5).
Menurut Faisal, Sekda sempat menyampaikan pernyataan yang tidak sesuai dengan janji Pemprov DKI membangun kawasan Luar Batang.
"Apa yang disampaikan Sekda terkait kawasan Luar Batang, ternyata berbeda dengan versi penyampaian dari pihak Kecamatan Penjaringan kepada Ketua Masjid, serta Ketua-ketua RW dan RT," kata Faisal dalam keterangan persnya.
Dalam pertemuan di kantor Kecamatan Penjaringan selama 2 jam 30 menit, Saefullah menegaskan tetap akan ada penggusuran di kawasan Luar Batang.
Selain itu Pemprov juga akan tetap membangun plaza di sekitar Masjid Luar Batang. Serta, akan dibangun jalan-jalan besar sebagai kesatuan dari Kota Tua sampai Luar Batang. Sontak pengurus Masjid, Ketua-ketua RW dan RT serta tokoh masyarakat yang mendengarnya menolak.
"Perangkat Kelurahan dan tokoh masyarakat menyampaikan bahwa dalam urusan hukum pihak warga tidak akan memberikan jawaban. Sebab soal hukum sudah dikuasakan kepada Profesor Yusril," jelas Faisal.
Hasil pertemuan itu dianggap tidak jelas dan warga merasa dibohongi oleh Pemprov DKI. Usai pertemuan tersebut, pengurus Kelurahan pun pergi meninggalkan kantor Kecamatan dan melanjutkan pertemuan di Rumah Ketua RW.02 Luar Batang.
Di saat bersamaan, Sekda justru lanjut meninjau warga dan Masjid Keramat di Kampung Luar Batang. Ia membawa uang Rp 1 miliar dan seragam untuk marbot masjid. Itu dilakukan tanpa sepengetahuan perangkat Kelurahan.
"Pak Saefullah datang ke Masjid Keramat Luar Batang sekitar pukul 22.30 WIB," ungkap Faisal.
Sebetulnya pengurus Masjid, RT, RW dan tokoh masyarakat tidak menyarankan Pak Sekda datang ke Kampung Luar Batang. Apalagi Masjid Keramat. Alasannya, hari sudah malam dan kondisi kampung cukup tegang setelah penggusuran Aquarium, Pasar Ikan.
Ujungnya, warga yang melihat kedatangan rombongan Saefullah bereaksi dan berupaya mengusir. Beruntung, Sekda dan rombongan bisa langsung diamankan pihak RT dan Kelurahan sehingga amuk massa yang lebih buruk bisa diredam. (rmol)
Menurut Faisal, Sekda sempat menyampaikan pernyataan yang tidak sesuai dengan janji Pemprov DKI membangun kawasan Luar Batang.
"Apa yang disampaikan Sekda terkait kawasan Luar Batang, ternyata berbeda dengan versi penyampaian dari pihak Kecamatan Penjaringan kepada Ketua Masjid, serta Ketua-ketua RW dan RT," kata Faisal dalam keterangan persnya.
Dalam pertemuan di kantor Kecamatan Penjaringan selama 2 jam 30 menit, Saefullah menegaskan tetap akan ada penggusuran di kawasan Luar Batang.
Selain itu Pemprov juga akan tetap membangun plaza di sekitar Masjid Luar Batang. Serta, akan dibangun jalan-jalan besar sebagai kesatuan dari Kota Tua sampai Luar Batang. Sontak pengurus Masjid, Ketua-ketua RW dan RT serta tokoh masyarakat yang mendengarnya menolak.
"Perangkat Kelurahan dan tokoh masyarakat menyampaikan bahwa dalam urusan hukum pihak warga tidak akan memberikan jawaban. Sebab soal hukum sudah dikuasakan kepada Profesor Yusril," jelas Faisal.
Hasil pertemuan itu dianggap tidak jelas dan warga merasa dibohongi oleh Pemprov DKI. Usai pertemuan tersebut, pengurus Kelurahan pun pergi meninggalkan kantor Kecamatan dan melanjutkan pertemuan di Rumah Ketua RW.02 Luar Batang.
Di saat bersamaan, Sekda justru lanjut meninjau warga dan Masjid Keramat di Kampung Luar Batang. Ia membawa uang Rp 1 miliar dan seragam untuk marbot masjid. Itu dilakukan tanpa sepengetahuan perangkat Kelurahan.
"Pak Saefullah datang ke Masjid Keramat Luar Batang sekitar pukul 22.30 WIB," ungkap Faisal.
Sebetulnya pengurus Masjid, RT, RW dan tokoh masyarakat tidak menyarankan Pak Sekda datang ke Kampung Luar Batang. Apalagi Masjid Keramat. Alasannya, hari sudah malam dan kondisi kampung cukup tegang setelah penggusuran Aquarium, Pasar Ikan.
Ujungnya, warga yang melihat kedatangan rombongan Saefullah bereaksi dan berupaya mengusir. Beruntung, Sekda dan rombongan bisa langsung diamankan pihak RT dan Kelurahan sehingga amuk massa yang lebih buruk bisa diredam. (rmol)
Tag :
Warta Daerah