Obama Blak-blakan Sebut Donal Trump Tidak Layak Menjabat Sebagai Presiden

Presiden Amerika Serikat Barack Obama secara blak-blakan mengimbau Partai Republik agar menarik dukungan mereka dari Donald Trump, yang menurutnya tidak layak dan tidak siap menjabat sebagai presiden.

"Ya, saya kira calon dari Partai Republik itu tidak layak menjabat presiden," kata Obama dalam jumpa pers bersama Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di Gedung Putih, Selasa (2/8) waktu setempat.

"Saya sudah sampaikan itu pekan lalu (dalam Konvensi Partai Demokrat) dan dia masih terus memberi pembuktian."

Barack Obama Blak-blakan Donal Trump Tidak Layak Menjabat Sebagai Presiden

Trump, triliuner dan bintang acara reality di televisi, akan menghadapi Hillary Clinton dari Partai Demokrat pada pemilihan presiden bulan November. Dalam satu tahun terakhir dia telah mengubah tata-krama politik konvensional dengan pernyataan-pernyataan yang cukup aneh dan konyol.

Sepekan ini, Trump terlibat polemik dengan orangtua seorang prajurit Amerika yang tewas dalam tugas, dan mengindikasikan tidak paham atas konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.

"Ide bahwa dia menyerang keluarga golongan Gold Star yang telah memberi pengorbanan luar biasa bagi negara kita; fakta bahwa dia tampaknya tidak punya pengetahuan mendasar tentang masalah-masalah kritis di Eropa, Timur Tengah, Asia; punya arti bahwa dia tidak siap menjalankan tugas ini," kata Obama.

Gold Star adalah julukan bagi keluarga yang kerabatnya gugur dalam tugas. Dalam kasus ini, Obama merujuk pada keluarga Muslim Khizr Khan yang putranya tewas dalam serangan bom bunuh diri di Irak pada 2004.

Sejumlah petinggi Partai Republik ikut mengecam Trump karena pernyataannya tentang keluarga Khan, namun toh mereka tetap mempertahankan dia sebagai calon presiden.

“Kalau kalian harus berulangkali berkata -- dalam nada keras -- bahwa pernyataan-pernyataan dia tak bisa diterima, kenapa kalian masih mendukung dia? Apa kata orang tentang partai kalian, bahwa seperti inilah panutan (standard-bearer) kalian?" lanjut Obama, ditujukan kepada para petinggi Partai Republik.

“Ini bukanlah situasi di mana Anda mengalami satu episode yang janggal. Ini terjadi setiap hari dan setiap pekan. Mereka terus menjaga jarak dari pernyataan-pernyataan yang dia buat. Seharusnya ada titik di mana Anda bilang 'orang ini bukan orang yang layak saya dukung menjadi presiden Amerika Serikat, bahkan meskipun dia menyebut dirinya anggota partai saya'. Fakta bahwa hal itu tidak terjadi membuat kecaman-kecaman mereka itu seperti pepesan kosong," kata Obama.

Obama mengatakan dia tidak meragukan ketulusan para petinggi Partai Republik dalam mengecam Trump, namun menambahkan: "Seharusnya ada titik di mana kalian mengatakan bahwa orang yang membuat pernyataan-pernyataan seperti itu tidak punya sikap, temperamen, dan pemahaman yang memadai untuk menduduki jabatan paling berkuasa di seluruh dunia, karena banyak orang yang menggantungkan diri pada Gedung Putih untuk membereskan masalah."

Apa yang terjadi sekarang lebih dari sekedar perbedaan pendapat biasa antara Partai Republik dan Partai Demokrat. Menurut Obama, Trump berada dalam kategori yang berbeda dibandingkan John McCain, yang dia kalahkan dalam pemilihan presiden 2008, dan Mitt Romney, yang dia kalahkan pada 2012. Mereka berdua lebih moderat dan tokoh politik tradisional.

“Ada juga presiden-presiden dari Partai Republik yang tidak saya setujui, namun saya tidak punya keraguan kalau mereka bisa menjalankan fungsi sebagai presiden,” kata Obama, yang bicara di dekat foto presiden dari Partai Republik, Theodore Roosevelt, di Ruang Timur Gedung Putih.

“Dalam beberapa kebijakan tertentu, saya berpendapat kalau saya benar sedangkan Mitt Romney dan John McCain keliru, namun saya tidak pernah berpendapat kalau mereka tidak mampu menjalankan tugas ini. Kalau mereka menang, saya akan kecewa tapi saya juga akan mengatakan kepada seluruh rakyat Amerika: inilah presiden kita dan saya tahu mereka akan patuh pada norma, hukum, dan logika tertentu. Mereka akan menjaga kesantunan, dan punya pengetahuan memadai tentang kebijakan ekonomi, politik luar negeri, tradisi dalam konstitusi, dan aturan perundangan sehingga pemerintahan kita berfungsi. Lalu kami akan bertarung lagi empat tahun berikutnya untuk berusaha memenangi pemilihan," kata Obama.

“Namun bukan itu situasi yang terjadi sekarang, dan bukan saya saja yang berpendapat demikian. Pendapat ini juga disampaikan para tokoh terkemuka Partai Republik. Seharusnya ada titik di mana kalian bilang sudah cukup."

Trump tentu saja tidak berdiam diri, dan segera mengeluarkan pernyataan tertulis yang langsung menyerang sekaligus Obama dan Hillary Clinton, yang pernah menjabat menteri luar negeri.

“Obama-Clinton berdua telah mendestabilisasi Timur Tengah, dan menyerahkan Irak, Libya, dan Suriah ke ISIS, dan membuat para personel kita dibantai di Benghazi (Libya),” tulis Trump.

“Mereka telah menghasilkan pemulihan paling buruk setelah Great Depression ... Negara kita telah dipermalukan di luar negeri, dan diserang oleh Islam radikal yang dibawa masuk ke tanah kita. Kita perlu berubah sekarang."

Sebelum ini Trump dikecam oleh petinggi partainya sendiri seperti McCain dan Ketua DPR Paul Ryan karena berpolemik dengan keluarga Khan.

Khan, pria kelahiran Pakistan yang pindah ke Uni Arab Emirat sebelum bermigrasi ke Amerika, kehilangan putranya Humayun Khan dalam perang di Irak.

Dia membuat heboh Konvensi Partai Demokrat ketika berpidato dan mengacungkan buku konstitusi sambil bertanya apakah Trump pernah membacanya.

Sebagai tanggapan, Trump menyebut istri Khan, Ghazala, yang berdiri di sebelahnya saat berpidato, dan mengatakan wanita itu diam saja karena memang tidak boleh bicara, mengisyaratkan bahwa Islam melarang wanita berbicara.

Pernyataan Trump itulah yang menuai kecaman meluas termasuk dari partainya sendiri.
pageads