Taipan Sukanto Tanoto kembali mengundang kontroversi. Dalam sebuah wawancara stasiun televisi asal Cina yang diunggah di Youtube, Sukanto dinilai meremehkan martabat Indonesia.
Sukanto menyebut Indonesia sekadar 'bapak angkat'. Sedangkan Cina menjadi 'ayah kandung'. Padahal Sukanto Tanoto lahir dan besar di Indonesia.
Anggapan Sukanto Tanoto tentang Indonesia menyedihkan dan bahkan bisa berdampak buruk. Menurut Sosiolog Universitas Indonesia Imam Prasodjo, Sukanto mencari nafkah termasuk menghasilkan pundi-pundi rupiah di Indonesia.
"Dia (Sukanto) perutnya telah buncit dan menjadi kaya raya karena bisnis di Indonesia," tulis Imam dalam akun media sosial Facebook.
Seperti diketahui, beragam bisnis yang digeluti Sukanto seperti pemasok peralatan dan kebutuhan untuk Pertamina telah berhasil menjadikannya kaya raya. Selain itu, Sukanto menguasai bisnis hutan dan perkebunan sawit. "Rupanya (apa yang dihasilkan Sukanto) tak menjadikan Indonesia sebagai bagian penuh dari hatinya," kata Imam.
Pernyataan Sukanto, selain melunturkan rasa nasionalisme, menurut Imam, turut membawa dampak bagi warga keturunan Tionghoa di Indonesia. Imam mencontohkan Rudy Hartono, Ivana Lie, dan Liliyana Natsir.
Ketiga nama tersebut, sambungnya, lahir, dibesarkan, mencari nafkah, dan hidup dari tanah Indonesia. Tapi meski memiliki darah keturunan, hal tersebut tak melunturkan rasa nasionalisme untuk Tanah Air.
"Sangat ironis rasa kebangsaan itu tak dimiliki Sukanto," tutur Imam.
Anggota Komisi XI DPR Heri Gunawan mengatakan, Sukanto lahir, besar, menikah dan diberi karpet merah oleh pemerintah untuk memanfaatkan kekayaan alam Indonesia hingga sekarang bisa jadi konglomerat. "Pernyataan Sukanto itu tentu sangat melukai hati bangsa Indonesia. Indonesia bisa merdeka lewat perjuangan dan hujan air mata para pahlawan," katanya.
Bahkan lanjut politisi Partai Gerindra ini, banyak pahlawan yang tidak sempat menikmati kemerdekaan. Sementara Sukanto Tanoto tinggal menikmati hasil kemerdekaan Indonesia tanpa pernah angkat senjata melawan penjajah.
"Dia tidak perlu banyak ngomong. Kalau merasa bangsa Indonesia maka sebaiknya dukung Indonesia dong. Kan kayanya di Indonesia, kenapa harus ngomong Indonesia bapak angkat seperti itu?" tanya Heri.
Di saat perekonomian yang lesu beberapa tahun terakhir, kata dia, seharusnya Sukanto berpihak ke Indonesia(rmol)
Sukanto menyebut Indonesia sekadar 'bapak angkat'. Sedangkan Cina menjadi 'ayah kandung'. Padahal Sukanto Tanoto lahir dan besar di Indonesia.
Anggapan Sukanto Tanoto tentang Indonesia menyedihkan dan bahkan bisa berdampak buruk. Menurut Sosiolog Universitas Indonesia Imam Prasodjo, Sukanto mencari nafkah termasuk menghasilkan pundi-pundi rupiah di Indonesia.
"Dia (Sukanto) perutnya telah buncit dan menjadi kaya raya karena bisnis di Indonesia," tulis Imam dalam akun media sosial Facebook.
Seperti diketahui, beragam bisnis yang digeluti Sukanto seperti pemasok peralatan dan kebutuhan untuk Pertamina telah berhasil menjadikannya kaya raya. Selain itu, Sukanto menguasai bisnis hutan dan perkebunan sawit. "Rupanya (apa yang dihasilkan Sukanto) tak menjadikan Indonesia sebagai bagian penuh dari hatinya," kata Imam.
Pernyataan Sukanto, selain melunturkan rasa nasionalisme, menurut Imam, turut membawa dampak bagi warga keturunan Tionghoa di Indonesia. Imam mencontohkan Rudy Hartono, Ivana Lie, dan Liliyana Natsir.
Ketiga nama tersebut, sambungnya, lahir, dibesarkan, mencari nafkah, dan hidup dari tanah Indonesia. Tapi meski memiliki darah keturunan, hal tersebut tak melunturkan rasa nasionalisme untuk Tanah Air.
"Sangat ironis rasa kebangsaan itu tak dimiliki Sukanto," tutur Imam.
Anggota Komisi XI DPR Heri Gunawan mengatakan, Sukanto lahir, besar, menikah dan diberi karpet merah oleh pemerintah untuk memanfaatkan kekayaan alam Indonesia hingga sekarang bisa jadi konglomerat. "Pernyataan Sukanto itu tentu sangat melukai hati bangsa Indonesia. Indonesia bisa merdeka lewat perjuangan dan hujan air mata para pahlawan," katanya.
Bahkan lanjut politisi Partai Gerindra ini, banyak pahlawan yang tidak sempat menikmati kemerdekaan. Sementara Sukanto Tanoto tinggal menikmati hasil kemerdekaan Indonesia tanpa pernah angkat senjata melawan penjajah.
"Dia tidak perlu banyak ngomong. Kalau merasa bangsa Indonesia maka sebaiknya dukung Indonesia dong. Kan kayanya di Indonesia, kenapa harus ngomong Indonesia bapak angkat seperti itu?" tanya Heri.
Di saat perekonomian yang lesu beberapa tahun terakhir, kata dia, seharusnya Sukanto berpihak ke Indonesia(rmol)
Tag :
nasional