Massa HTI didominasi oleh perempuan. Mereka mengenakan pakaian serba hitam dan membawa bendera HTI serta spanduk bertuliskan kata-kata penolakan pada kenaikan harga BBM. "Ganti rezim, ganti sistem, hancurkan demokrasi, tegakkan khilafah," kata salah seorang orator sambil mengepalkan tangan.
Demonstran lainnya menyatakan kebijakan menaikkan harga BBM adalah aneh dan tidak jelas manfaatnya untuk siapa. "Menaikkan harga BBM ini untuk siapa?" kata dia yang kemudian disambut takbir oleh pengunjuk rasa.
"Wahai rezim Jokowi-JK, engkau telah menaikkan harga BBM. Engkau telah mencabut subsidi BBM. Demi Allah ini adalah kebijakan zzalim, berkhianat," kata sang orator. Ia lantas mengajak para demonstran untuk berdoa.
HTI menilai kebijakan kenaikan harga BBM merupakan tanda pemerintahan Jokowi-JK gagal mengurus politik anggaran. Tapi, menurut HTI, kegagalan tersebut disembunyikan dengan dalih untuk mengalihkan subsidi guna pembangunan infrastruktur.
"Orang-orang pemerintahan itu tidak becus mengelola anggaran," kata HTI.
Gelombang penolakan kenaikan harga tak hanya terjadi di Jakarta, tapi juga di daerah-daerah. Di Makassar, Sulawesi Selatan, aksi bahkan berujung bentrok.
Jokowi berpendapat subsidi BBM yang besar merupakan pemborosan. Dalam kurun waktu lima tahun, anggaran yang dialokasikan untuk subsidi BBM bisa mencapai Rp 714 triliun. Padahal, menurut Jokowi, dana sebesar itu bisa dialihkan untuk membangun infrastruktur yang ditaksir menghabiskan Rp 507 triliun, serta anggaran kesehatan sebesar Rp 202 triliun.(cnn)
Tag :
politik