Dikutip dari CBC News, Kepala Pertahanan Siber untuk militer Perancis, Adm. Arnaud Coustilliere mengatakan bahwa 19 ribu situs di Perancis telah mengalami serangan siber dalam beberapa hari terakhir. Serangan ini diduga dilakukan oleh kelompok peretas Islam yang protes dengan hadirnya karikatur Nabi Muhammad.
"Yang terbaru dan sangat penting adalah lebih dari 19 ribu situs diserang peretas. Ini adalah pertama kalinya sebuah negara dihadapkan dengan serangan siber sebesar itu,” kata Coustillere.
Coustilliere menambahkan bahwa sebagian besar serangan dilakukan dengan menggunakan teknik DDoS dengan membanjiri lalu lintas data. Serangan ini dapat melumpuhkan sistem jaringan pada server target dan menyebabkan kerusakan yang sangat serius.
Menurut Arbor Networks, perusahaan yang memitoring ancaman internet, dalam waktu 24 jam tercatat sebanyak 1.070 serangan DDoS mengarah pada situs yang berbasis di Perancis. Jumlah ini merupakan seperempat lebih banyak dari jumlah serangan pada Amerika Serikat.
Coustilliere menganggap bahwa serangan ini merupakan balasan dari aksi anti-terorisme besar-besaran yang menarik 3,7 juta orang ke jalanan pada hari Minggu lalu di Perancis. Ia juga menilai kelompok peretas yang melakukan aksi ini memiliki jaringan, organisasi dan pola kerja yang terstruktur.
Aksi perang siber (Cyber War) saat ini memang tengah marak terjadi, terlebih di negara Perancis. Perang siber ini dipicu oleh aksi penembakan kantor majalah Charlie Hebdon yang menewaskan belasan orang. Insiden ini disebabkan karena majalah Charlie Hebdon yang kerap membuat kartun Nabi Muhammad.
Sebagai pembalasan aksi penembakan ini, sekelompok peretas Anonymous mengatakan bahwa mereka telah menyerang situs web yang menyediakan informasi jihad. Kelompok ini mempublikasi video dan mengatakan bahwa mereka akan merusak situs dan media sosial yang berkaitan dengan aksi terorisme ini.
Tag :
Peristiwa