Obama Aja Dikerjai Cina, Tidak Dikasih Karpet Merah

LAWATAN Presiden AS Barack Obama ke China untuk menghadiri KTT G20 ternyata diawali dengan rangkaian kejadian yang 'tidak menyenangkan'.

Saat Air Force One, pesawat resmi kepresidenan yang ditumpangi Obama mendarat di Bandara Hangzhou, pada Sabtu (3/9/2016), pemimpin AS itu tidak disambut dengan tangga berkarpet merah seperti para pemimpin dunia lain. Hal ini memaksa Obama turun dari pesawat melalui pintu belakang, jauh dari jangkauan juru kamera.



Jelas sesuatu yang tak lazim, mengingat pintu tersebut hanya digunakan untuk perjalanan yang membutuhkan keamanan tingkat tinggi, seperti misalnya kunjungan ke Afghanistan.
Berbeda dengan perlakuan pada Obama, pihak berwenang China menggelar karpet merah untuk para pemimpin termasuk Perdana Menteri India Narendra Modi, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Korea Selatan Park Geun-hye, Presiden Brasil Michel Temer, dan Perdana Menteri Inggris Theresa May, bahkan Presiden Indonesia Joko Widodo.

Jurnalis New York Times, Mark Lander, yang berada di lokasi, mengaku belum pernah mengalami kekacauan protokol seperti ini selama enam tahun ia bertugas meliput kegiatan Gedung Putih.
Tak ayal lagi, media-media Barat pun langsung menilai jika Beijing sengaja mengacaukan upacara penyambutan Obama lantaran kritik presiden AS itu mengenai sengketa Laut Cina Selatan.

Tak hanya sampai di situ. Kemudian terjadilah peristiwa di mana Penasihat Keamanan Nasional Obama, Susan Rice, ditegur oleh seorang pejabat China. Ia dilarang melewati garis khusus bagi wartawan. Tak jelas apakah otoritas China mengetahui bahwa Rice bukan seorang jurnalis melainkan pejabat senior AS.

Tak lama kemudian, pejabat yang sama juga meneriaki koordinator pers Gedung Putih di mana yang bersangkutan tengah memberikan arahan kepada wartawan yang ikut serta dalam rombongan Presiden Obama.

"Ini adalah negara kami. Ini adalah bandara kami," ujar pejabat tersebut dalam bahasa Inggris kepada koordinator pers Gedung Putih.

Laporan yang beredar tak merinci secara jelas mengapa peristiwa ini bisa terjadi.
Ketegangan pun berlanjut antar kedua negara di West Lake State House, tempat Obama bertemu dengan Presiden Xi Jinping. Di sana petugas protokol AS dan Secret Service kabarnya terlibat perselisihan dengan otoritas China terkait berapa banyak pejabat AS yang diizinkan masuk ke gedung tersebut sebelum kedatangan Obama.


Sejumlah perlakuan tak pantas yang dialami Obama diduga disengaja oleh otoritas Negeri Tirai Bambu. Pasalnya, para pemimpin negara lain yang juga menghadiri KTT G-20 diberi fasilitas selayaknya termasuk red carpet.

"Penyambutan yang diterima Obama dan stafnya ketika mereka tiba di sini (Hangzhou) adalah tak wajar, bahkan oleh standar China sekali pun," tulis New York Times seperti dikutip dari The Guardian.

Mantan Duta Besar Meksiko untuk China, Jorge Guajardo mengatakan bahwa dia yakin pelakuan terhadap Obama adalah bagian dari penghinaan yang disengaja.

"Insiden-insiden tersebut tidak terjadi karena kesalahan. Tidak dengan China," ujar Guajardo yang pernah menyambut kedatangan Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto dan Felipe Calderon selama bertugas di Beijing.

"Saya telah berurusan dengan China selama enam tahun. Saya telah mengalami kunjungan seperti itu. Saya pernah mengantarkan Presiden Xi Jinping ke Meksiko. Saya juga pernah menerima dua presiden Meksiko di China. Saya tahu persis bagaimana prosesnya. Sampai bagian terinci dalam berbagai hal. Insiden-insiden tersebut bukan kesalahan," tegasnya.

Guajardo meyakini bahwa yang dialami Obama adalah bentuk penghinaan.
"Ini sebuah penghinaan. Ini adalah cara untuk mengatakan: Anda tahu, Anda bukan spesial untuk kami. Ini bagian dari kesombongan baru China. Ini bagian dari gaya mengaduk nasionalisme China. Itu bagian dari hal untuk mengatakan: 'China berdiri untuk negara adidaya tersebut," lanjut Guajardo.
Hal senada diungkapkan Bill Bishop, seorang pakar tentang China. Menurutnya ada upaya untuk membuat AS kelihatan lemah.

Sementara itu, seorang pejabat Kementerian Luar Negeri China yang terlibat dalam kunjungan Obama tersebut membantah bahwa China melakukan penghinaan pada Obama. Pejabat itu mengatakan kepada South China Morning Post bahwa delegasi AS telah menolak untuk menggunakan tangga berkarpet merah.

"Tidak akan baik bagi China jika memperlakukan Obama dengan buruk," ujar pejabat yang menolak menyebutkan namanya itu.

"China menyediakan tangga bagi setiap pemimpin negara, namun pihak AS mengeluhkan bahwa pengemudi yang membawa tangga tak bisa berbahasa Inggris sehingga ia tidak mengerti instruksi keamanan dari AS. Kami mengusulkan agar ia ditemani seorang penerjemah, namun hal ini ditolak dan mereka bersikeras tidak membutuhkan tangga yang disediakan bandara," imbuhnya.
Shen Dingli, pakar hubungan internasional di Universitas Fudan, Shanghai, mengatakan bahwa kritik Obama atas kebijakan China di Laut Cina Selatan menyulut insiden semacam itu.

"AS seharusnya tahu apa yang telah mereka lakukan untuk membuat China kecewa," ujarnya kepada Straits Times.

Tabloid Pemerintah China, The Global Times, mengutarakan hal serupa. "Media Barat berupaya membesar-besarkan insiden tersebut," tulis harian tersebut dalam kolom tajuknya.

"Ini menunjukkan bahwa ketegangan antara China dan AS juga merupakan tanggung jawab media yang gemar membesar-besarkan isu tak penting," katanya menyalahkan media-media Barat.

Obama sendiri memilih meredam kontroversi. Pemimpin AS ini merespons berbagai pemberitaan terkait sejumlah 'insiden' dalam kunjungannya. Ia menolak menyalahkan China. Ia justru mengevaluasi rombongan AS yang diakuinya sangat banyak.

"Saya tidak akan memperkeruh suasana karena ini bukan yang pertama kalinya terjadi dan ini tidak hanya terjadi di sini. Hal semacam ini terjadi di banyak tempat, bahkan terkadang di negara sekutu kami," jelas Obama yang menambahkan serangkaian peristiwa tak menyenangkan tersebut tidak akan menganggu hubungan kedua negara.

Obama justru mengatakan mungkin pihak China merasa bahwa jumlah delegasi AS yang dipimpinnya 'sedikit berlebihan'.

"Kami memiliki banyak pesawat, banyak helikopter, banyak mobil, serta banyak staf. Jika Anda pihak tuan rumah, mungkin Anda akan merasa itu sedikit berlebihan," ungkap Obama.
Namun ketegangan AS-China sedikit mencair ketika Presiden Xi Jinping mengundang Obama untuk menikmati teh pada Minggu (4/9/2016) malam waktu setempat.(inilah)
pageads