Abadijaya News : Menteri Luar Negeri RI, Retno LP
Marsudi, mengatakan Indonesia telah, dan akan mendukung rakyat Palestina
membentuk negara yang merdeka dan berdaulat.
Salah satu bentuk dukungan tersebut, ditegaskan Retno, Jumat 28
November 2014, ditunjukkan dengan pengangkatan Konsul Kehormatan RI di
Ibu Kota Ramallah.
Hal itu, diungkap mantan Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda,
ketika membuka seminar internasional untuk mendukung Palestina di ruang
Nusantara, Kementerian Luar Negeri, Jakarta Pusat.
Selain itu, Retno menambahkan, RI juga membantu program pembangunan kapasitas sumber daya manusia Palestina.
"Dalam membangun SDM Palestina, kami turut menjalin kerja sama tiga pihak," ujar dia.
Kerja sama itu, dijalin dengan Jepang. Wakil Menteri Luar Negeri,
A.M. Fachir, mengatakan bahwa pada Februari lalu pernah mengungkap
Indonesia telah melatih sekitar 1.200 warga Palestina.
"Pendekatan lebih ke arah pembangunan kapasitas. Bisa saja,
Indonesia yang mengirimkan tenaga ahli ke Palestina, atau tenaga dari
Palestina dikirim ke Indonesia," kata Fachir yang ketika itu masih
menjabat sebagai Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik (IDP).
Nominal untuk pelatihan itu, ungkap Fachir, mencapai US$10 juta, atau Rp118 miliar dalam kurun periode 2008-2013.
Bahkan, di tahun ini, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Kerja
sama antara Negara-Negara Asia Timur untuk Pembangunan Palestina
(CEAPAD) ke-2 yang dihadiri oleh Perdana Menteri Rami Hamdallah.
Hubungan diplomatik
Dalam kesempatan itu, Retno turut menyebut, kedekatan dua negara telah terjalin sejak Indonesia baru merdeka.
"Saat itu, Ulama Besar Palestina, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini,
70 tahun lalu telah secara jelas menyatakan dukungannya bagi perjuangan
rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan," kata Retno.
Tidak hanya sampai di situ, lanjut dia, Al-Husaini juga mendorong
para pemimpin di kawasan Timur Tengah untuk mengakui kemerdekaan RI.
Bahkan, Al-Husaini juga ikut menghadiri KTT Asia Afrika di Bandung tahun
1955 silam.
"Melalui peristiwa itu, tidak bisa dibantah bahwa Palestina menjadi
satu-satunya peserta KAA (Konfrensi Asia Afrika) yang belum meraih
kemerdekaan secara penuh," tambah Retno.
Untuk merealisasikan dukungannya, RI menjadi negara pertama yang
mengakui kemerdekaan Palestina pada 15 November 1988. Setahun kemudian,
kedua negara mulai menjalin hubungan diplomatik. (vv)